Bab 2. Cinta Satu Malam

1087 Words
"Apa yang Anda lihat, Tuan Aldrich. Anda ingin wanita? Aku akan pesankan, untukmu. tapi, Anda minum ini dulu!" ajak salah satu pria yang meminta Aldrich minum minuman yang dia suguhkan. Tanpa curiga, Aldrich meminumnya. Aldrich Julio Alexander. Pengusaha sekaligus mafia yang cukup terkenal dan kejam. Aldrich tidak tahu jika kliennya, ingin menghancurkannya. Satu kali tegukkan minuman tersebut langsung habis tak bersisa. Sorakan para klien membuat suasana di club malam semakin meriah. Mereka senang karena Aldrich menghabisi minuman yang diberikan. Salah satu dari klien Aldrich, saling melirik dan menganggukkan kepala, mereka tersenyum menyeringai melihat Aldrich. Aldrich merasakan ada yang tidak beres dengan dirinya, dia langsung menoleh ke arah kliennya dan pandangan Aldrich ke arah mereka sangat tajam. Aldrich mengepalkan tangannya dengan erat. Aldrich menyadari kalau saat ini dia diberikan sesuatu di minumannya. Aldrich berpura-pura tidak tahu dan tetap tenang agar tidak kelihatan jika dia mulai terpengaruh oleh obat itu yang mulai beraksi. "Permisi, saya mau ke toilet dulu," ucap Aldrich segera berdiri dengan tegap. Aldrich merapikan jasnya, dia tidak peduli dengan kliennya yang memanggilnya. Aldrich ingin segera pulang. Aldrich masih melihat ke arah Azalea yang sudah kembali ke meja dan mereka berpapasan, akan tetapi Azalea cuek kepadanya. Aldrich berbelok ke arah toilet, dia ingin mengelabui kliennya, sambil mengumpat dan memaki kliennya. Aldrich mengirimkan pesan ke seseorang untuk menghabisi kliennya itu. Sedangkan Azalea, tanpa curiga langsung meminum minuman yang disuguhan oleh pelayan. "Ini minuman apa lagi?" tanya Beatrice sedikit curiga dengan minuman yang dibawa pelayan dan minuman itu langsung diminum oleh Azalea sampai tak bersisa. "Ini, salah satu service kami kepada pengunjung. Yang lainnya juga dapat kok, Nona. bukan hanya Nona," dusta pelayan itu yang segera pergi dari hadapan keduanya. "Lea, aku ke toilet dulu, kamu tunggu di sini. Ingat, jangan kemana-mana, tunggu ya," pinta Beatrice. Azalea menganggukkan kepala mengiyakan apa yang Beatrice katakan. Cukup lama Azalea menunggu. Tapi, Beatrice tidak kunjung datang. "Kenapa dengan tubuhku, club ini panas sekali," ucap Azalea dengan berdiri dan jalan perlahan ke pintu keluar dengan sempoyongan. Pria yang memberikan minuman kepada Azalea tersenyum, dia sudah mendapatkan mangsanya. Pria itu mengikuti Azalea keluar dari club dan dia akan segera membawa Azalea pergi ke tempat yang sudah dia siapkan. "Wanita ini sangat menggoda, aku akan mendapatkan dia, aku pastikan dia akan bersamaku di ranjang," ucap pria yang sudah tidak sabar untuk tidur dengan Azalea. Akan tetapi, saat dia hendak meraih tangan Azalea, Aldrich keluar dari toilet dan menabrak Azalea hingga keduanya saling menatap satu sama lain. Pria yang tadinya ingin menarik tangan Azalea kesal karena Aldrich memeluk Azalea. Pria itu tidak terima jika buruannya di tangkap oleh Aldrich. Dia pun segera menarik tangan Azalea dengan kasar. "Cari wanitamu sendiri, bro. Jangan ambil wanitaku!" hardiknya. Aldrich yang tahu pria itu langsung menyeringai. Aldrich melepaskan tangan pria itu dengan kasar. Aldrich yang keluar dengan cara diam-diam agar tidak ketahuan malah tanpa sengaja bertemu Azalea. Dan dari kejauhan, Aldrich juga melihat kliennya sudah siapkan wanita untuk menjebaknya. Aldrich yang diminta untuk mencari wanita lain, menatap pria itu. "Jangan sentuh kekasihku, jika tidak ingin berakhir di kuburan," ucap Aldrich dengan sorot mata tajam. Perkataan Aldrich membuat pria itu ketakutan. Terlebih lagi, anak buah Aldrich sudah mendekatinya dan yang membuat pria itu takut, Aldrich menyibakkan tasnya dan memperlihatkan Revolver kesayangannya. Aldrich melihat pria itu pergi segera membawa Azalea ke mobil. Aldrich berniat ingin menyelamatkan Azalea. Aldrich merasa kasihan dengan Azalea, masih kecil tapi diperlakukan seperti itu oleh p****************g. Aldrich yang tidak tau rumah Azalea memutuskan untuk mengantarkan ke apartemen miliknya baru besok dia antar ke rumah wanita ini. Aldrich merasakan tangan Azalea bermain di tubuhnya, dia kesal dengan apa yang Azalea lakukan. "Cukup, jangan lakukan itu, aku sudah tidak tahan lagi, jangan seperti ini, aku akan makanmu nanti, stop hentikan segera!" geram Aldrich dengan tingkah Azalea. Azalea yang sudah terpengaruh obat itu, tidak mendengarkan apa yang Aldrich katakan. Saat di mobil, Azalea terus membuat konsentrasi Aldrich buyar. Aldrich mencoba menahannya, dia melajukan mobil menuju apartemen miliknya. Sesekali, dia menepis tangan Azalea untuk tidak menggodanya. "Girl, jangan lakukan itu, aku tidak akan melakukan dengan gadis kecil. Aku suka wanita mapan dan seksi tidak sepertimu," ucap Aldrich menahan gairahnya. Sesampainya, di apartemen Aldrich menarik Azalea untuk masuk ke apartemen miliknya. Aldrich harus segera mandi, karena reaksi tubuhnya sudah tidak baik-baik. Terlebih lagi Azalea yang terus menggodanya. Apalagi, melihat wajah imut Azalea membuat dirinya terpana dan tergoda. "Aku butuh kamu, ayo kita lakukan. Tubuhku panas, aku sudah tidak kuat," ucap Azalea dengan manja. Mendengar perkataan dari Azalea, membuat Aldrich tertawa kecil. Dia tidak menyangka kalau wanita kecil ini membutuhkan dia. Efek obat membuat dia gila. Sesampainya, di unit apartemen, Aldrich membawa Azalea ke kasur akan tetapi godaan Azalea meruntuhkan pertahanannya. "Tuan, aku butuh kamu. Lakukan sekarang," rengek Azalea kepada Aldrich. "Kamu berani bayar aku berapa?" tanya pria tampan bermata biru yang saat ini tengah menatap seorang wanita cantik yang ada di hadapannya. "Berapa maumu?" tanya Azalea. Aldrich tertawa mendengar jawaban wanita yang berada di bawahnya ini. Aldrich membisikkan sesuatu di telinga Azalea. "Tidak perlu, membayarku. Aku akan membayarmu $400.000 bagaimana?" tanya Aldrich menawarkan sejumlah uang ke Azalea. Mendengar tawaran Aldrich, Azalea menganggukkan kepala. "Baik, aku terima tawaranmu," jawab Azalea yang setuju dengan apa yang dikatakan oleh Aldrich. "Jangan salahkan aku, Baby, atas apa yang aku lakukan, aku juga tidak menerima tuntutan apapun, karena bagiku, malam ini akan menjadi malam terindahku dan tentunya dirimu juga," ucap Aldrich. Azalea sudah tidak lagi memperdulikan apa yang diucapkan oleh Aldrich padanya saat ini. Aldrich, mulai melakukan permainan panasnya, dia memberikan sentuhan kecil dan saat ingin melakukan penyatuan Aldrich terkejut karena Azalea masih perawan dan dia tidak menyangka di negara yang bebas ini ada wanita yang menjaga hal itu. Aldrich dan Azalea terus menerus bermain dan akhirnya mereka menyudahi permainan mereka dan keduanya tertidur pulas sambil berpelukkan. Esok harinya, Azalea terbangun lebih dulu. Dirinya merasakan seluruh tubuhnya sakit terlebih lagi saat dia bergerak area sensitifnya perih. Azalea yang hendak bangun merasakan tubuh mungilnya terasa berat karena ada yang menimpanya. "Beatrice, enyahlah dari tubuhku, jangan sampai aku menendangmu. Kenapa kamu memelukku, aku masih normal, Beatrice!" Azalea meracau memanggil nama sahabat. Karena tidak ada respon, Azalea mulai kesal dan dia yang memiliki bela diri sedikit, segera menendang dengan sekuat tenaga. Orang yang disangka Beatrice ditendang oleh Azalea dan orang terkejut hingga dia jatuh ke bawah. Teriak kencang terdengar, setelah itu suaranya tidak lagi terdengar. Azalea membuka matanya, dia terkejut karena mendengar suara teriakan yang asing di telinganya. "Su-suara pria? Apa yang dia lakukan di sini dan apakah dia mati?" tanya Azalea pada dirinya sendiri dengan raut wajah ketakutan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD