Terlihat puas dengan jawaban Kayari tanpa alasan jelas, si CEO tampan Selatan Cendana berkata, “sesuai dugaan aku. Aku suka suara kamu manggil aku,” katanya. Kayari melongo beberapa saat, berusaha berusaha keras mengontrol dirinya dan rasa penasaran serta bingung. Menerka apa maksud Selatan, namun nihil, tidak ada jawaban jelas. Bahkan terdengar cukup aneh di telinga bagaimana Selatan memakai ‘Aku – Kamu’ alih-alih ‘Saya – Anda’ atau ‘Saya – Kamu’.
"Tau kenapa yang menghadap saya itu cuma kamu?" tanya Selatan lagi. Rasanya dia sedang terjebak dalam tanya jawab psikologis, atau malahan Selatan mungkin berharap kalau dirinya memiliki kemampuan membaca pikiran orang. Atau lagi yang paling gila—Selatan menganggap Kayari secerdas Einsten yang gila menemukan sesuati. Kenyataan bahwa dia seorang INTP dan Gemini seperti Eintensten, bahkan tidak dapat membuat kesamaan.
Kayari ragu untuk mengangguk atau menggelengkan kepalanya. Meyakinkan diri endiri lagi, mengingat pengumuman bahwa sebelumnya dikatakan bahwa para pelamar akan kembali dikabari dari telepin atau email, Kayari mengambil kesimpulan bahwa dia memang benar-benar diterima. Perlakuan khusus karena dia telah lolos dan berhasil masuk ke dalam perusahaan bergengsi ini. Maka Kayari berakhir menganggukkan kepala. Seperti sebelumnya yang dia katakan ; yakin kalau akan diterima.
"Kenapa?" tanya Selatan singkat, tetapi mata itu seperti bersiap dengan buruannya. Menunggu jawaban Kayari yang akan memuaskan atau tidak. Sesuai yang dia inginkan atau tidak. Tahu potensi dirinya atau tidak. Sampai di mana kepercayaan diri Kayari
"Tentu saja karena saya sesuai kriteria untuk diterima di perusahaan ini, Tuan Cendana,” jawab Kayari pada akhirnya setelah pertikaian singkat di dalam kepalanya sendiri. Tidak menunjukkan kegugupannya. Tidak mau melepas kesempatan berkerja di sini.
Seakan puas dengan jawaban Kayari, di sana Selatan tersenyum asimetris sambil mengangguk, "Benar. Jadi, memang nggak salah kan, kalo saya ambil kamu jadi sekretaris?" Sedikit bertepuk tangan pelan, tanpa suara, hanya sebuah simbol dilakukan Selatan.
Terdiam kaget dengan bibir sedikit terbuka. Kayari mengerutkan dahinya. Butuh memproses beberapa saat apa yang di katakan oleh Selatan. Apa dia bilang? Sekretaris?
Berusaha membuka mulut, Kayari tidak mau terkesan angkuh atau menolak, tetapi perlu mempertanyakan sebenarnya apa yang terjadi. "Maaf sebelumnya, Pak, tetapi seingat saya, saya melamar di bag—"
"Bagian penulis artikel berita,” potong Selatan Cendana dengan cukup tenang, ramah tetapi menunjukkan kuasanya. Menunjukkan bahwa dia tahu apa yang dikatakan. Tahu apa yang Kayari lamar, tidak sekadar bilang ini dan itu. “Lagi?” sambungnya bertanya retori. Tidak membutuhkan jawaban Kayari sebenarnya.
Kayari langsung mengangguk karena memang kenyatannya seperti itu. Sementara Selatan menggelengkan kepalanya. "Memangnya nggak bosan? Kamu lebih cocok duduk di sana," katanya sambil menunjuk meja kerja di deket pintu, tepat di seberang meja kerja Selatan. Kayari agak bingung, sebab dia kira yang di depan tadi adalah tempat Skretaris Selatan, sepertinya berbeda tingkatan.
"Dan di sana," katanya lagi sambil mukanya mengarah ke meja kerja Sealatan sendiri. “Sama saya," sambung Selatan.
Terdiam sesaat, Kayari sebenarnya semakin bingung, bukan karena ketidak tahuan, tetapi karena dia jelas sangat mengerti. Ia tidak bodoh. Ia juga ngerti apa maksud si CEO ini. Tapi berujung memberikan remeh sampai Selatan mengerutkan dahinya. Reaksi yang tidak dia bayangkan.
"Kenapa? Menolak?" tanya Selatan yang jadi penasaran sendiri dengan Kayari. Dengan isi kepala wanita itu.
Menggelengkan kepalanya dengan tenang, Kayari yang masih tersenyum terus menaikin kedua alisnya. Tidak menyangka bahwa dia akan sampai pada tahap ini. Apa yang dilakukan teman-temannya dulu. Orang-orang sekitarnya. Namun berbeda dengan mereka, pria di depannya masih muda, tampan, single, bahkan sepertinya lebih muda setahun darinya. Mungkin memang yang diinginkan Selatan Cendana si sempurna itu sebagai CEO adalah hal semacam ini. Ia butuh hiburan tetapi bukan wanita sembarangan. Yang cantik, cerdas dan aman. "Kenapa harus menolak? nggak ada yang salah,” jawab Kayari sambil menyilangkan kakinya. Pahanya terlihat, roknya sedikit lebih terangkat.
Mendapatkan reaksi dari Kayari, Selatan semakin bersemangat. Seperti mendapatkan sesuatu yang dia inginkan. Bahkan sepertinya melebihi ekspektasinya dari sisi yang sangat baik. Baik untuk dirinya. "Jadi, tau kan kenapa saya pilihnya kamu?" tanyanya lagi menggiring faktas lebih jelas apa Kayari mengerti atau tidak.
Ya, dia menginginkan Kayari. Bagaimana Kayari menyebut namanya, suara itu, sungguh sudah memastikan bahwa wanita itu yang dia inginkan saat ini untuk kehidupannya, malam-mala liar dan menjadi penghangat kasur. Merasakan romansa seksi dan sensual di kantor tau di mana pun. Kayari seksi, cantik dan pintar. Memenuhi keinginannya.
Tanpa basa-basi, Kayari mengangguk dan masih tersenyum dengan angkuh. Khas wanita itu. "Kontrak?" tanya Kayari tanpa basa-basi. Langsung pada yang dia inginkan. Yang dia butuhkan.
Selatan hanya menunjuk map berwarna merah yang ada di meja depan Kayari dengan ujung dagunya mengarahkan. Sama seperti Kayari, ia duduk sambil menyilangkan kakinya. Telunjuknya bergerak seperti menghitung detik jaram jam.
"Dibaca baik-baik sebelum kamu setuju dan tanda tangan. Lalu sebelum ini—" kata Selatan menggantung kalimatnya, sambil mengeluarkan kartu dari dompetnya, "jadi punya kamu,” tambahnya.
Kayari benar-benar terkejut karena— Wow, are you serious, Mr. Selatan Cendana? Black card? Tidak pernah dibayangkan akan mendapat kartu hitam keramat yang hanya dimiliki beberapa orang. Kartu yang tidak ada limit pengeluarannya. Diberikan padanya. Kayari tidak tahu bahwa hubungan ini akan sampai pada tahap sejauh itu. Dia kira hanya mendapatkan uang biasa—kemudian selesai. Tentu angsuran setiap bulan dengan uang belanja lainnya, tetapi black card, tidak pernah ada di kepalanya.
Segera membuka map merah yang diberikan Selatan, Kayari harus hati-hati. Melihat apa yang ditawarkan Selatan, dia tahu ini bukan main-main. Jelas pria itu mencari yang aman dan menguntungkan juga untuknya. Tidak mau tersebar atau sampai mendapatkan masalah. Reputasinya juga dipertaruhkan di sini. Kayari jelas dipilih dengan penuh perhitungan yang bahkan sejujurnya dia sendiri masih bingung bagaimana kualifikasinya.
Dengan seksama, Kayari membaca poin pertama, kedua, ketiga, keempat dan kelima. Begitu cermat. Lalu ia mengatur napas setelahnya. Hampir tidak bisa napas setiap baca poinnya. Adrenalinnya seperti terpacu. Ada rasa takut, penasraan, tertarik, lalu iming-iming kebahagiaan.
"Sanggup?" tanya Selatan ketika menyadari bahwa Kayari telah membaca kertas yang telah dia siapkan.
Tersenyum angkuh—khas Kayari. Kalau sudah seperti ini, jelas dia yakin pada jawabannya. Walaupun masih banyak pertanyaan tetapi jelas di luar kontrak dan hubungan mereka. Pertanyaan yang kadang dia sendiri tidak begitu tahu apa. Masih abu-abu di dalam kepala, apa saja yang dia ingin tahu "Saya—"
"Kalo sanggup, kerja mulai detik ini. Sini," tukas Selatan memutus ucapan Kayari sambil nepuk-nepuk pahanya. Menegaskan sejauh mana hubungan mereka. Dia tidak ingin Kayari hanya menyetujui lalu nanti menolak atau menghindar. Atau putus di tengah jalan. Sebab dia benar-benar mengingikan Kayari dengan cara yang agak gila. Sesuatu yang tidak terpikirkan orang-orang dari Selatan Cendana.
Jelas Selatan dapat menunjuk wanita mana pun untuk bersamanya dengan mudah yang ada di dalam jajaran foto perjodohan dari sang ibu. Skandal percintaan Selatan bukan hal baru, walaupun tidak ada yang benar-benar dijadikan kekasih. Semuanya sesuai consent. Selatan bukan lelaki berengsek pemaksa. Dia juga mengandalkan keuntungan bersama. Sifat dan sikapnya juga baik hingga jadi idaman.
Banyak yang menyukai dan tergila-gila pada Selatan. Namun kenyataan dia menginginkan Kayari saat ini sampai membuat kontrak, jelas ada sesuatu yang tidak diketahui siapa pun. Tidak diketahui Kayari atau orang-orang.
Namun yang terpenting saat ini, dia menginginkan Kayari berada di sisinya. Ingin memiliki dan memeta tubuh Kayari. Ingin memanjakan dan memberikan kebahagiaan duniawi pada Kayari.
[]