8

1590 Words
Dua minggu berlalu sejak Kayla menolak ajakan Andreas untuk mentraktirnya makan. Dan sejak saat itu pula ia tak pernah lagi melihat Andreas dalam wujud Andre. Yang ada hanya Andreas yang terlihat semakin menyeramkan dimata Kayla. Ia merindukan Andre nya. Kayla bermenung di bangku taman tempat pertama kali ia bertemu dengan Andreas. Saat itu Andreas tengah berbaring dan ia mengejutkan pria tersebut. Jika mengingat hal itu lagi, membuat Kayla tersenyum sendiri. Itu kenangan yang menarik menurutnya. Sore ini langit tampak sangat mendung. Hawa dingin juga mengusik kehangatan kulit Kayla yang berbalut baju tipis lengan panjang. Ia tahu akan turun hujan karena itu ia di sini. Kayla begitu suka dengan hujan. Karena di tengah hujan ia bisa berteriak sekencang mungkin dan menangis. Entah untuk apa, yang jelas jika melakukan hal itu ia merasa sesak di dadanya sedikit berkurang. Hari ini sungguh harinya kelabu. Andreas yang marah-marah karena Kayla tanpa sengaja merusak baju yang tadi ia pakai untuk pemotretan, kostum Rilla kesukaannya dipakai orang lain. Walaupun kostum itu memang dipakai untuk bersama, tetap saja ada rasa sedih di hatinya. Tidak! Ia tidak dipecat. Hanya saja karena kostum rekan kerjanya itu tengah dicuci, jadilah kostum Rillakuma nya yang digunakan untuk sementara. Mungkin karena dia dua hari ini libur. Ditambah lagi tantenya menelpon tentang kapan p********n hutang yang pernah Kayla pinjam pada pamannya. Jujur, tentang hutang itu. Ia tak berhutang. Pamannya justru memberikannya secara Cuma-cuma uang untuk modal hidup Kayla sendiri. Namun karena tantenya tak suka dengannya, jadilah tantenya menganggap itu hutang saat ia tahu pamannya memberikan uang tersebut pada dirinya.  Haaaah! Hari ini ada tiga cobaan yang datang. Dari kejauhan Kayla bisa melihat konstum yang biasa ia pakai tengah digunakan rekannya di ujung sudut jalan sana. Mengalihkan pandangan, Kayla lebih memilih menatap langit dan berharap air yang ditampung langit gelap itu akan segera turun. Sedangkan di tempat yang sama di sebuah mobil Pajero Sport mewah, Andreas tengah berdiam di dalam mobilnya sembari menatap sebuah badut Rillakuma yang selama ini ia kenal sebagai Rilla. Andreas tersenyum manis saat melihat wajah gadis yang ada dalam konstum tersebut. “Cantik.” Gumamnya. Pasalnya yang sedang memakai kostum tersebut tengah beristirahat dan melepas kepala badut dari kepala si pemakai. Gadis itu cantik dan juga masih muda.  “Akhirnya aku bisa lihat wajah kamu kan. Salam kenal Rilla.” Ucap Andreas pelan. Kekecewaan Andreas akan hancurnya kostum mahal yang digunakan Kayla saat pemotretan tadi sedikit terobati karena ia sudah melihat wajah Rilla yang selalu ia bayangkan betapa cantiknya gadis pemilik tangan mulus tersebut. Setelah puas dengan pencariaanya, Andreas pun langsung pergi dari tempat tersebut, karena juga akan turun hujan dan Rilla nya juga sudah masuk ke dalam kedai yang pernah ia singgahi makan di sana. Tak berapa lama setelah itu, hujan yang cukup deras turun memandikan pepohonan, rumah-rumah dan jalanan serta membasahi apapun yang bisa disentuh oleh air tersebut, termasuk Kayla yang sudah menunggu moment ini dari tadi. Semakin lama hujan semakin turun deras. Membuat orang-orang yang berlalu lalang dan pengendara  motor semakin menepi dan berteduh. Berbeda dengan Kayla, ia justru hanya duduk diam di bangku taman tersebut. Taman seketika sepi saat hujan turun. Karena beberapa muda-mudi yang duduk langsung mencari tempat berteduh yang cukup jauh dari taman. Berutung disekitaran taman itu hanya tanah lapang, jadilah tak ada orang yang mengisi untuk berteduh. Kayla sudah basah kuyup, bahkan tak ada celah sedikitpun ditubuhnya yang tak basah.  Dingin memang, tapi akan ia tahan. Hatinya menangis, ia merindukan orang tuanya. Kayla memang tak mengenal orang tuanya. Dari kecil gadis itu dirawat oleh pamannya. Kata sang paman, ayahnya meninggal saat Kayla dalam kandungan dan ibunya meninggal saat melahirkan Kayla. Karena itu tantenya sangat membencinya karena menganggap Kayla lah sebagai dalang yang menyebabkan ibunya meninggal. Kesedihannya semakin mendalam. Entah kenapa, tapi hatinya begitu sedih. Perasaannya sangat sakit. Apalagi wajah Andreas yang marah padanya tadi sungguh membuat semangatnya menghilang. Satu isakan lolos dari bibir Kayla. Tak ada yang bisa ia lakukan sekarang selain menangis. Kayla menangis sejadi-jadinya dengan suara tangis yang terbenam oleh suara hujan yang sangat deras. Biarlah ia menangis sekarang. Setelah ini ia bisa melegakan hatinya. Dan hujan lebat saat itu menjadi saksi bagaimana Kayla menangis begitu pilu. *****   Hujan lebat yang mengguyur kota semalam hanya bisa memberikan kesan dingin pada pagi ini. Kayla merasakan tubuhnya meriang. Hidungnya tersumbat dan suaranya serak. Sepertinya ia tengah sakit. Namun hari ini ada kegiatan yang harus ia lakukan. Yaitu mencari pekerjaan yang lain selain menjadi menyebar brosur. Ia ingin mencari pekerjaan lain. Melupakan pertemuannya dengan Andre sebagai Rilla dan melepaskan semuanya. Tentang permodelan, ia sebenarnya sudah mendapatkan gaji dari hasil kerjanya menjadi model. Dan bayarannya cukup besar. Sangat besar malahan. Namun uang itu belum mau ia pakai. Ia akan memakai itu untuk mengganti uang yang sudah pamannya berikan padanya dulu. Biar hidupnya tak diganggu tantenya lagi. Walaupun tak enak badan, Kayla tetap keluar setelah membereskan semua bahan-bahan dokumen untuk melamar pekerjaan. Kalian tahu? Ada yang berbeda dari cara Kayla keluar.  Biasanya gadis itu keluar seperti biasa, sekarang Kayla mengunakan topi dan masker, karena memang wajahnya sudah wara-wiri di majalah-majalah fasion. Dari mana ia tahu? Dari saat ia hujan-hujanan kemaren. Ia didatangi ibu-ibu sosialita dan mengatakan ia mirip dengan model yang mempromosikan baju dress keluaran Andreas group. Demi keselamatannya, Kayla terpaksa berbohong kalau itu bukan dia. Sekarang keluar seperti biasa akan terasa tak nyaman. Alhasil Kayla melakukan penyamaran. Kayla keluar menggunakan motor matik berwarna pink hitam kesayangannya. Namun rute jalanya ia tukar dari yang sebelumnya mencari pekerjaan, berganti menjadi menemui om dan tantenya. Empat puluh lima menit waktu yang Kayla butuhkan untuk bisa segera sampai ke rumah sang paman. Beruntung tante Anggi ada di rumah. “Mau ngapain kamu ke sini? Kalau ingin meminta uang pada om kamu, maaf tak ada.” Ucap Anggi ketus tak bersahabat. “Nggak kok tante. Maaf karena saya selalu merepotkan tante.” “itu kamu tahu.” Kayla hanya tersenyum mendengar pernyataan tantenya, walaupun sebenarnya hatinya pilu. Jangan tanyakan bagaimana perasaannya saat ini. Kayla meraih sebuah amplop yang ada dalam tasnya dan menyerahkannya pada Anggi. “Apa ini?” tanya wanita itu ketus. “Ini tabungan Kayla yang Kayla kumpulkan selama ini. Kayla mau mengganti uang yang paman berikan pada Kayla dulu.” Ucap Kayla sopan. Seperti wanita penggil harta, Anggi segera merebutnya dan membuka isi amplop tersebut. “Waah! Dapat uang dari mana sebanyak ini? Jual diri?” Darah Kayla mendidih mendengar pernyataan menohok tantenya. Dalam hatinya gadis itu menggerutu “Nggak punya tipi di rumah? Ngakunya tante-tante sosialita, masa wajah secantik ini nggak tahu? Hellooo, sudah wara-wiri ini di majalah-majalah fasion.”—gerutu Kayla membatin. Tentu saja ia hanya mengucapkan itu dalam hatinya saja. Ia tak mau pamer. Setelah urusannya selesai, Kayla langsung keluar dan pergi meninggalkan rumah omnya. Ia berjanji tak akan memakai sedikitpun harta dari sang paman. Sampai kapanpun. Diperjalanan Kayla mampir ke sebuah warung nasi dan membeli sarapan pagi di sana. Walaupun sudah terlambat untuk sarapan karena memang sudah jam sepuluh pagi, namun ia tetap harus makan. Setidaknya untuk menambah stamina bagi tubuhnya yang sedang tak sehat. “Ibuk, saya pesan teh hangat satu dan bubur kampiunnya ya.” Ucap Kayla memesan makanan yang ingin dia makan. Beruntung selain nasi, warung tersebut juga menyediakan bubur kampiun dan kacang hijau. Setelah pesanannya datang, Kayla mulai melahap dengan santai bubur tersebut sambil sesekali bermain ponsel. Sampai saat ini tak ada pesan masuk dari Andreas yang memintanya untuk lakukan pemotretan. Tak apalah. Setidaknya jika tak bersama pria itu, pikiran Kayla tak kemana-mana. Jujur jika terus bersama Andreas, otak m***m Kayla akan muncul. Apalagi bagian bawah Andreas yang nampak menggoda dimata Kayla. Jadi biarlah untuk sementara ia tak bertemu dulu dengan pria tersebut. Tapi Kayla merindukan Andreee. Mana Andrenyaaa... ***** Di Andreas Group, Andre tengah duduk di kursi kebesarannya. Ia masih suka tersenyum sendiri saat mengingat wajah cantik Rilla nya yang berhasil ia lihat kemaren. Dan sungguh ia sudah merindukan wajah cantik itu lagi. Tapi kenapa Rilla merahasiakan wajah secantik itu darinya? Apa Andreas boleh egois? Ia ingin wajah cantik itu hanya dinikmati olehnya saja. Sungguh. Bertemu dengan Rilla bahkan sampai mengetahui wajah gadis itu membuat Andreas tak bisa tenang. Ia tak tenang jika Rilla nya dilirik banyak orang di luaran sana. Cantiknya Rilla hanya untuknya. Ya hanya untuknya. Tapi jika ia muncul di hadapan Rilla nya, nanti ia takut gadis itu akan kabur. Bagaimana kalau Rilla marah saat tahu dirinya sudah melihat secara diam-diam wajah gadis tersebut, bahkan sampai mengambil fotonya. Andreas mendadak gusar. Ia mengacak rambutnya galau. Tapi sebisa mungkin ia tak terlalu berpikir buruk. Andreas segera mengalihkan pikirannya pada pekerjaan. Ngomong-ngomong soal pekerjaan, setelah ia mengusir Kayla kemaren karena merusakkan gaun terbaik dari Caroline yang ia punya, Andreas tak melihat gadis itu lagi. Terdiam sejenak, Andreas lalu meraih ponselnya dan menghubungi Olin untuk meminta Kayla datang ke perusahaan. Gadis itu harus mengganti kostum yang ia rusakkan sesuai perjanjian kemaren dengan Kayla. Tak butuh waktu lama dari Andreas menghubungi Olin, Kayla sudah muncul di perusahaannya. Kenapa begitu cepat? batin Andreas menelisik. Namun ia tak peduli, yang jelas gadis ini sudah ada di hadapannya. “Ada apa?” tanya Kayla lunak. “Tidak ada. Aku hanya memintamu datang guna membicarakan hal tentang gaun kemaren yang kau rusak.” Jawab Andreas santai membuat Kayla mendengus. “Itu tandanya ada yang akan kau bicarakan. Ck!” “Terserah kau saja mau berpikiran apa. Yang jelas sekarang, ayo kita bicara soal gaun ke—“ “Oooo! Soal gaun kemaren—itu—itu aku—“ “Kenapa?” tanya Andreas curiga. “Ba—bagaimana kalau—kalau kita lupakan saja. Hehehe” ucap Kayla santai dengan cengiran. “WHAT?? LUPAKAN? MIMPI KAU!!!” *****  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD