"Kamu bercanda kan, Line?" "Aku nggak tahu, Nar. Bingung." "Coba kamu ceritain, kenapa kamu bisa kepikiran buat gugurin bayi kamu?" Aline diam memikirkan. "Jangan karena emosi sesaat yang nantinya bikin kamu kesal, Line." Menghela napas, Aline memandang anak bungsu Kinar. Anak laki-laki berusia delapan bulan itu tengah asyik memakan biskuit yang Kinar bawa. Begitu tampan dengan rambut hitam kecokelatan, matanya berwarna cokelat gelap mirip Abim. Yang menurun dari Kinar hanya bentuk wajah dan juga bibirnya, selebihnya menurun semua dari Abim. Tangan Aline seketika meraba perutnya yang masih terlihat datar, belum membuncit. Dia jadi berpikir, anaknya nanti akan mirip siapa. Dirinya kah atau Andrian? Membayangkannya membuat sudut bibirnya tertarik ke atas. Kinar yang memerhatikan Al