Pesona Istri Orang

1665 Words
"Oh, lebih kuat , Mas!" Desis Merry dengan suara yang begitu mendayu dan merdu saat milik suaminya bergerak teratur di bawah sana. Adam menghela nafas dalam diam saat rasa itu terasa akan meledak , tapi Merry terus menyemangati. "Ayo, Mas. Bukankah Dokter mengatakan jika kita harus lebih sering bercinta untuk mendapatkan peluang besar atas kehamilan. Kalau Mas lemah seperti ini, bagaimana aku bisa cepat hamil!" ucap Merry dengan nada sedikit kecewa. Terlihat jelas ada perasaan gelisah dan frustasi di wajah Merry saat Adam perlahan justru menurunkan ritme gerakannya , dan detik berikutnya Adam justru lemas karena dia sudah mendapatkan puncak dari rasa inginnya, padahal mereka baru bermain kurang dari dua menit. "Aku sudah selesai, Sayang!" Ucap Adam dengan sangat lirih dan aku bisa melihat dengan sangat jelas ekspresi kecewa Merry saat Adam begitu cepat menyelesaikan permainan mereka padahal Merry belum mendapatkan kepuasannya. Aku mengeram tertahan dengan rasa yang kian membuncah ingin di tuntaskan, tapi apalah daya , aku hanya seorang anak kost yang tinggal cukup jauh dari rumah tempat kelahiran ku. Aku hanya bisa meremas milikku sendiri saat lagi-lagi aku harus menyaksikan percintaan panas antara Merry dan Adam suaminya. Bukan melihat jelas , tapi mengintip kegiatan panas mereka lewat celah dinding yang berlubang bekas aliran listrik dan hanya di tutup kaca riben , yang kalo di perhatikan dari arah jauh tidak akan terlihat, tapi jika di liat dengan seksama akan tampak sangat jelas. Lubang seukuran lingkaran gelas itu selalu menjadi bagian dinding kamarku yang paling aku suka. Setiap kali melihat Adam pulang ke rumah istrinya, Merry, aku selalu menggunakan kesempatan itu untuk menonton aksi panas keduanya, dan jika sudah begini, aku juga akan tersiksa dengan perasaan inginku sendiri. Merry adalah istri ketiga Adam, usianya baru dua puluh tujuh tahun. Merry baru berusia dua puluh tahun saat Adam memperistrinya, akan tetapi sampai lima tahun pernikahan mereka, Merry tidak kunjung hamil. Aku pikir hal itu wajar mengingat sudah tiga tahun ini aku menempati salah satu kamar kost milik mereka dan tiga tahun ini pula aku seolah menjadi saksi bagaimana Adam yang tidak pernah bisa memberi kepuasan batin pada istrinya itu, Merry. Kamarku berada tepat di sebelah kamar Merry , entah apakah dia tidak menyadari jika di dinding kamarnya ada dinding yang terlapis kaca atau tidak, tapi yang pasti aku ngotot tidak ingin pindah kamar dari tiga tahun lalu, karena alasan ini. "Kok cepat sih Mas. Perasaan kita baru mulai, masa Mas udah selesai aja sih!" protes Merry tapi Adam tidak begitu peduli, dia langsung bergegas ke kamar mandi dan membiarkan Merry terbaring tanpa busana dan dengan perasaan yang tidak menentu karena dia belum mendapatkan puncak dari kenikmatannya , akan tetapi detik berikutnya aku melihat Merry menarik ujung selimut bed covernya untuk menutup tubuh polosnya dari rasa dingin karena pendingin ruangan. Aku tidak bisa melakukan apapun untuk membantu Merry, keinginan wanita itu untuk menjadi seorang ibu tentu saja menjadi tanda tanya besar dari pihak Adam, tapi sepertinya Adam tetap tidak ingin mengakui ketidakmampuannya itu hanya karena Adam sudah memiliki dua orang anak dari istri pertama dan keduanya, dan pastinya Merry merasa di sini dialah yang bermasalah. Merry masih sangat muda dan cantik, kulitnya putih dengan pinggang yang ramping, bokongnya berisi dengan gestur aduhai. Benar-benar sempurna untuk menjadi seorang model majalah dewasa , entah bagaimana ceritanya hingga Merry berakhir menikah dengan Adam yang notabenenya bukanlah laki-laki tampan meskipun bisa dibilang mapan. Adam memiliki tubuh gembul dengan perut yang lebih maju dibanding d**a, di tambah gaya jalannya benar-benar mirip bebek obesitas, tapi herannya laki-laki dengan perut buncit itu bahkan memiliki empat orang istri. Sungguh membagongkan bukan! Aku masih memperhatikan Merry dari arah celah dinding itu, dia terdiam dengan pikirannya sendiri dan terus saja menggenggam ujung selimut yang menutup tubuhnya saat Adam keluar dari dalam kamar mandi dan langsung menggunakan pakaian lengkapnya. Sepertinya laki-laki itu akan langsung pergi setelah menuntaskan hasratnya yang hanya kurang dari dua menit. "Aku akan balik. Nila dari tadi menelpon minta di temani ke salon. Jika gak di turuti, dia akan mengomel sepanjang hari!" Ucap Adam sambil merapikan ikat pinggang dan penampilannya lalu membuka tas kecil yang dia bawa dan mengeluarkan satu amplop coklat di dalamnya. Aku menebak jika itu adalah uang jatah bulanan Merry. Entah bagaimana Adam bisa membagi rata waktunya dengan keempat istrinya, tapi satu yang bisa aku simpulkan, Merry tidak pernah merasa puas setiap kali suaminya menjalankan kewajiban atau nafkah batinnya sebagai seorang suami, sementara keinginannya untuk memiliki anak sepertinya hanya akan menjadi angan-angan Merry saja karena di sini jelas Adam tidak ingin berusaha maksimal untuk membuat Merry hamil. Aku melihat Merry tidak bergeming dari rebahnya tidak seperti beberapa saat lalu saat Adam datang mengunjunginya dan bermalam di tempatnya, dia tampak lebih bersemangat, wajahnya terlihat berseri-seri karena senang, tapi kali ini Merry justru terlihat murung, tidak bersemangat. Seperti orang yang hilang gairah. Ah sangat tidak enak di lihat. Merry yang biasanya cantik dan berseri-seri itu kini seperti bunga layu yang terdampar di gurun pasir. Sial. Merry yang sedang frustasi, tapi aku juga ikut merasa sangat buruk! Aku merasa sangat frustasi , saat melihat wanita yang aku cintai kehilangan gairah hidup juga semangatnya, dan paling parahnya lagi aku tidak bisa melakukan apapun untuk membuatnya sedikit tenang. Aku hanya bisa menggerutu sendiri dengan perasaan kecewa dan sakit hati. Aku Zaky , salah satu penghuni kost milik Merry atau mungkin milik Adam suaminya. Aku berasal dari bandung, dan saat ini aku sedang merantau di Jakarta. Aku bekerja di salah atau pabrik tekstil. Usiaku sudah dua puluh tujuh tahun, sama lah sama umur Merry, tapi sampai detik ini aku masih belum menikah. Bukan karena tidak ingin, tapi aku sedang mengumpulkan uang untuk menyelesaikan renovasi rumahku di bandung dan mengumpulkan modal untuk membangun usahaku sendiri, dan saat sudah cukup, baru aku akan menikah. Lagi pula bukankah wanita sekarang rata-rata ingin mencari suami yang mapan? Mapan dalam artian sudah punya rumah sendiri dan pekerjaan sendiri, karena dulu aku punya adik perempuan, dia menikah di usia yang sangat muda , suaminya hanya seorang pengangguran, alhasil sekarang dia yang harus menjadi tulang punggung keluarganya, mencari nafkah untuk anak-anak dengan menjadi TKW , yang mana seharusnya laki-laki lah yang harusnya mencari nafkah, bukan sebaliknya. Aku tidak mau seperti itu, bagaimanapun aku ingin istriku diam di rumah, merawat dan mendidik anak-anakku, jika pun dia ingin membantuku mencari nafkah, maka cukup cari nafkah di rumah saja , maka aku sudah membuat kios kecil untuknya, hanya tinggal mengumpulkan modal untuk membuka usaha, meskipun sampai saat itu aku masih belum punya calon untuk di ajak menikah. Sebenarnya aku bukan laki yang buruk, tubuhku tinggi dengan postur tegap dan kokoh, kata teman-temanku, aku itu ganteng, dengan alis tebal ku, juga hidung mancung ku, meskipun kulitku sedikit gelap , tapi inilah kulit khas orang Indonesia. Tidak sedikit wanita di tempatku bekerja yang mengutarakan rasa tertariknya padaku, tapi aku dengan halus menolaknya, karena ternyata hatiku justru sedang terpaut pada satu wanita , dia adalah Merry, ibu kost ku, wanita yang sudah berstatus istri orang tapi masih sangat cantik, dan iya, aku terpesona. Ahay. Entahlah, pesona istri orang memang lebih menggoda, tapi sungguh meski begitu aku tidak pernah berniat untuk merebut atau menggoda wanita itu, tidak sama sekali. Aku tau batasan ku, karena ibuku selalu mengatakan untuk tetap di jalan yang benar meskipun kadang godaan terlalu indah untuk sekedar di lewatkan. Aku lekas bergegas ke kamar mandi untuk mencuci wajahku yang terasa panas karena perasaan marah dan kecewa yang mendera pikiranku. Merry yang kecewa tapi aku pun ikut terluka, dan setelahnya aku juga lekas keluar dari dalam kamar , mencari udara segar untuk merileksasikan otak dan pikiranku yang terasa sumpek hanya karena membayangkan ekspresi kecewa di wajah cantik Merry tadi, dan ternyata saat aku keluar dari pintu kamarku, aku justru sudah melihat Merry yang tengah berdiri di bawah pohon mangga sembari menyiram tanaman sayur hidroponik yang dia tanam di bawah pohon mangga itu. Merry menyirami tanamannya dengan selang yang cukup panjang dan sudah terhubung dengan keran di sisi tembok sebelah kiri, tepat di depan kamarku. Dia menggunakan gaun warna krem yang sangat cantik. Rambutnya dia biarkan tergerai indah dan aku pilih duduk di kursi bambu depan teras kamarku. Memandang pemandangan indah di depan sana sambil menghisap sebatang rokok, dan menikmati secangkir kopi. Kulihat Merry berputar mengelilingi pohon mangga yang di bawahnya ada tanaman tomat juga terong panjang dan tiba-tiba selang itu justru terlepas dari keran air dan Merry tidak tau itu. Merry terlihat menggoyangkan ujung selangnya, mungkin pikir Merry selang itu terjepit hingga airnya mampet, dan dia terus menyipitkan matanya untuk melihat corong dari selang itu, dan aku tersenyum melihatnya dari dudukku. Dengan inisiatif ku sendiri, aku kembali mencolokkan ujung selang satunya lagi agar dia bisa menyelesaikan aktivitas menyiram tanamannya. Naas, saat selang itu sudah kembali terpasang, Merry justru terkejut karena airnya langsung muncrat dan membasahi wajah dan bagian depan gaunnya, tepat di bagian dadanya. "Ah, basah deh!" Serunya sambil menatap gaunnya yang basah dan aku kembali tersenyum ke arahnya. Aku pikir dia akan berhenti saat gaunnya basah, tapi ternyata dia justru semakin membuat gaunnya basah. Layaknya anak-anak yang suka bermain air, Merry juga begitu, dia malah sengaja mengarahkan ujung selang itu di atas kepalanya, hingga kini tubuhnya basah secara sempurna. Aku melihatnya dari arah dudukku, melihat bagaimana gaun itu yang basah dan melekat sempurna di tubuh moleknya hingga daging mengkal di depan dadanya tercetak dengan sangat jelas. Oh tiba-tiba milikku kembali bangkit dan ini benar-benar bahaya. Beruntung sore itu anak-anak kost yang lain sedang keluar dan hanya aku yang tidak ikut keluar, jika mereka ada di sini, bisa di pastikan mereka juga akan melihat pemandangan indah ini. Aku lihat Merry bermain dengan selang dan air keran itu, dengan sesekali berputar dan sialnya aku tetap tidak bisa mengalihkan pandanganku dari tubuh moleknya yang semakin tercetak jelas seiring basahnya gaun yang dia gunakan. "Oh, sial!" Umpat ku yang lolos begitu saja saat merasakan sesak di balik celana, dan saat itu pula Merry menyadari keberadaan ku di sana. Dia buru-buru berbalik dan menutup dadanya, lalu meninggalkan halaman itu. Tentu saja tujuan Merry pasti kamarnya, dan itu artinya keberuntungan untukku. Kalian tau kan maksudku....!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD