Bab 7

1245 Words
Apa kau melihat postingan status Pras? Kau pasti bisa melihat betapa bahagianya suamimu dan keluarga besarnya, sayang kau tidak termasuk di dalam bagian itu. Pesan yang terdengar seperti ejekan, membuat Laila mencoba melihat status Pras. Tidak ada status yang di posting Pras yang bisa di lihat oleh Laia atau tepatnya di privat hanya untuknya. Deg! Apa maksud Mas Pras melakukan ini? Tidak mungkin Mas Pras seperti ini, Batin Laila galau. Jari-jari Laila bermain di atas layar ponselnya, ingin sekali menghubungi Pras untuk bertanya maksud dari pria itu. Tapi Laila tak jadi melakukannya, mungkin nanti setelah Mas Pras pulang saja aku bertanya. Hampir jam dua belas malam, Laila mendengar langkah serta gerak-gerik pelan di samping tempat tidur pelan, di dalam kamar tidurnya dengan mata yang pura-pura terpejam. Menunggu sampai langkah itu hilang menutup pintu kamar mandi, Laila baru membuka matanya perlahan dan menatap pintu yang tertutup. Dengan segera Laila bergerak dengan cepat meraih ponsel Pras dan dengan jari yang gemetar mulai membuka salah satu aplikasi di sana. Dan mata Laila melihat status semua yang di posting Pras tentang acara di rumah orang tuanya. Tak ada yang mencurigakan, kecuali foto-foto kebersamaan seluruh keluarga besar Pras, sangat akrab dan semua tersenyum lebar. Video berdurasi pendek pun membuat mata Laila menjadi penuh dengan embun mengabur. Video penuh keakraban setiap keluarga besar Pras. Dan tentu saja yang membuat Laila merasakan iri di hatinya adalah di sana ada Sarah juga keluarganya yang tentu saja dia memang sudah dianggap seperti bagian dari keluarga itu. Sahabatnya itu terlihat merangkul mesra Alma mertuanya, seandainya dia ada di posisi itu dia akan sangat bahagia karena bisa seakrab itu dengan semua keluarga besar Pras. Tapi kenapa Sarah tak mengatakan apa pun kemarin saat mereka berdua bertemu tentang acara ini padaku, gumam Laila pelan. Klek! Mendengar pintu terbuka, dengan gerak cepat Laila menaruh ponsel itu ke meja nakas dan langsung kembali dalam posisi tidur membelakangi. Laila memejamkan matanya, merasakan kasur yang melesak di sampingnya dan dia menunggu gerakan selanjutnya. Tak ada gerakan apa pun kecuali terdengar tarikan napas panjang dari Pras, sampai kemudian terdengar dengkuran halus dari Pria itu. Sebaiknya aku bertanya pada Sarah, apa yang terjadi di sana,, aku yakin dia tahu sesuatu tentang rencana ibu Alma padaku dan Pras, batin Laila sambil membalikkan tubuhnya menghadap ke arah yang sudah tertidur nyenyak. **Otw*** Sabrina menatap Laila sambil menghela nafas panjang, “Jadi semalam Mas Pras pulang tengah malam?” Laila mengangguk pelan dengan terlihat sayu, “Hampir jam dua belas malam.” “Kenapa tidak di tanya tadi pagi saja?” tanya Sabrina lagi. “Mas Pras terlihat terburu-buru tadi pagi,” sahut Laila dengan termenung mengingat bagaimana Pras dengan langkah cepat pergi meninggalkannya yang sedang menyiapkan sarapan pagi, “Sarapan yang aku buat pun tidak dia makan.” Sabrina pun bolak-balik membaca pesan yang di perlihatkan oleh Laila melalui ponsel milik wanita itu. “Mungkin ini cuman prank saja, kak,” ujar Sabrina sambil tetap menatap layar ponsel Laila. Laila menggelengkan kepalanya, “Awalnya aku pikir juga iya, tapi orang ini mengetahui dengan benar tentang kehidupanku dan Mas.” Ada jeda sejenak dari Laila sebelum melanjutkan ucapannya, “Buktinya, aku tidak bisa melihat status yang di postingnya karena di private.” Sabrina mengeluarkan ponsel miliknya dan mulai terlihat sibuk membuka aplikasi yang ada di sana, dahinya terlihat berkerut dan kemudian menatap Laila sambil memperlihatkan ponsel miliknya pada kakaknya itu,“Aku bisa melihat status yang dia posting semalam, di sini juga ada kak Sarah juga Tante Sifa.” Laila mengangguk dan menghela nafas berat, “Tentu saja ada, karena Tante Sifa dan Ibu Mas Pras kan sahabat baik, dari dulu sebelum aku menikah dengan Mas Pras mereka selalu ada di setiap acara besar keluarga Mas Pras.” Sabrina menatap Laila, “ Mungkin memang seharusnya kak Laila bertanya langsung pada kak Sarah, siapa tahu memang ada sesuatu yang di rahasiakan Mas Pras dan keluarganya selama ini.” Laila mengangguk dan memang itulah yang ingin dia lakukan hari ini. **Otw*** “Maaf aku tidak bisa, ada banyak kerjaan di kantor,” sahut Sarah saat Laila menelponnya untuk mengajak bertemu. “Besok bagaimana?” tanya Laila. “Besok juga sepertinya tidak bisa,” sahut Sarah . “Jadi kapan bisa kita ketemu?” tanya Laila lagi. “Hem ...mungkin ...” ada jeda dari jawaban sarah, “Dua Minggu lagi.” “Apa! Dua Minggu lagi!” ujar Laila terkejut, “Kenapa lama sekali?” Tidak ada sahutan langsung dari Sarah di seberang sana. “Sarah, kok lama sekali ?” Laila mengulang pertanyaannya. “Aku mau berangkat ke Eropa sama Mama,” sahut Sarah. “Berangkat ke Eropa? Kenapa kemarin waktu kita ketemu kamu cerita?” masih dengan nada penasaran Laila terus bertanya dan kemudian mendengar tawa terkekeh dari Sarah. “Maaf Laila, aku lupa bilang karena kemarin itu rencananya mendadak,” jawab Sarah. “Begiru ya,” sahut Laila terdengar kecewa. “Maaf ya La, aku ngak bisa lama-lama ngobrolnya sebentar lagi aku mau rapat,” ujar Sarah ingin mengakhiri obrolan mereka berdua. Laila menganggukkan kepalanya walaupun tidak di lihat oleh Sarah, “Ya .” Pupus sudah harapan Laila ingin bertanya pada Sarah tentang acara keluarga di rumah orang tuanya Pras dan dia harus sabar menunggu sampai sahabatnya itu pulang dari luar negeri nanti. **Otw*** “Aku mau berangkat ke Bandung,” ujar Pras memberitahu Laila setelah selesai makan. “Mas mau berangkat lagi?” tanya Laila mengerutkan keningnya saat dia membereskan sisa piring setelah mereka makan. “Iya,” sahut Pras sambil berdiri dari kursinya, “Buatkan aku kopi ya sayang, aku harus menyelesaikan pekerjaanku sebelum berangkat nanti.” Laila terdiam sambil berjalan ke arah bak cuci piring dan meletakkan piring kotor di sana, tapi sebenarnya dia sedang berpikir sesuatu sambil melirik ke arah pras yang meninggalkan meja makan. Kemudian sepertinya rasa penasaran akan pesan-pesan itu membuat Laila mengikut langkah Pras ke ruang kerja pria itu. “Mas Pras,” ujar Laila berdiri di ambang pintu kerja Pras dan membuat pria itu berpaling menoleh pada Laila. “Ya, ada apa sayang?” tanya Pras. “Aku boleh ikut Mas Pras ke Bandung?” tanya Laila dan bisa wanita itu lihat ada keterkejutan di wajah Pras. “Apa?” Pras masih terlihat terkejut. “Aku mau ikut pergi ke Bandung,” ujar Laila mengulang keinginannya. Pras terdiam sejenak dan kemudian menghela nafas panjang, “Kau tidak bisa ikut.” “Kenapa?” tanya Laila heran. Pras tak langsung menjawab, terlihat berpikir pria itu menatap Laila, “Aku berangkat bersama ayah dan ibu, karena di sana ada pernikahan anak sepupu Mama dan kau tahu Mama ...” Mendengar jawaban yang tak di selesaikan oleh Pras, membuat Laila berdiri terpaku dan dia sudah tahu kemana ucapan itu mengarah. Kau tak pernah di izinkan ikut, batin Laila langsung berbalik pergi meninggalkan Pras dengan hati yang sangat-sangat kecewa. Sementara Pras hanya termangu melihat kepergian Laila dari ruang kerjanya dengan wajah yang tentu tidak hanya kecewa tapi juga sedih. Maafkan aku Laila, aku melakukan ini untuk kebaikan kita berdua, batin Pras dengan hati yang sama kecewa dengan keputusannya pada Laila tadi. Tunggu waktunya sampai semua ini selesai, aku akan membuatmu akan di terima dengan tangan terbuka oleh seluruh keluarga besar ku, Pras terus membatin. ***Otw*** Apa kau sudah siap dengan kejutan dariku? Siapkan dirimu sebaik mungkin, bersolek lah secantik mungkin nanti karena kejutan dariku memerlukan penampilan terbaik darimu! Pesan yang di terima membuat Laila semakin di buat penasaran dan segera dia menghubungi seseorang, “Tolong temui aku nanti.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD