BAB 7

1471 Words

Bibir Mince maju satu senti, memandang Arnold yang kini sudah mengurung di dalam apartemennya. Ia mengedarkan pandangannya kesegala penjuru ruangan. Ruangan di d******i warna putih, ia melihat foto setinggi manusia bertahta di dinding. Seakan semua tahu bahwa ini lah daerah kekuasaanya. Ia hanya bisa menelan ludah, ada perasaan takut, cemas, lelah, menjadi satu. Ia tidak tahu akan berbuat apa selain pasrah dengan keadaan. Oh Tuhan, sungguh mengenaskan sekali hidupnya seperti ini. Ia melihat Arnold masih mencengkaram pergelangan tangan dengan erat hingga akhirnya, tangan itu terlepas. Ketika berada di ruang tv, ia melihat sofa berwarna abu-abu. Tempat itu seakan memanggilnya untuk duduk karena memang lelah luar biasa setelah adegan kejar-kejaran tadi. Mince menghela nafas ia menggigit bibi

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD