Kan Ku Kejar Sampai Dapat

2019 Words
Setelah dari mengambil mobil di kantor polisi, Evan pergi ke kantornya. Evan bertemu dengan Haykal, sahabatnya sewaktu SMA sekaligus karyawan di perusahaannya. Evan memberikan jabatan tinggi pada Haykal, sehingga membuatnya menjadi salah satu orang penting di perusahaan, meskipun statusnya tetap bawahan Evan. Ketika bertemu Haykal, Evan meminta saran bagaimana cara agar dirinya bisa mendekati Mayang, polisi wanita cantik yang ia taksir. Meskipun Mayang menunjukkan ketidaktertarikannya pada Evan, tetapi Evan tak menyerah begitu saja. Evan akan terus berusaha untuk mendapatkan cinta Mayang. Evan pergi ke kantornya dan menemui Haykal di ruangannya. “Tumben ke ruangan gue,” tanya Haykal. “Iya nih,” jawab Evan. “Habis dari mana lo?” tanya Haykal. “Gue pusing,” ucap Evan. “Gue tanya dari mana malah jawabnya pusing. Emangnya ada apa sih? Omset restoran lo menurun? mobil di showroom lo belum ada yang laku? Atau ada kendala sama perusahaan lo yang lainnya?” tanya Haykal. “Enggak. Masalah gue bukan di kerjaan tapi di hati,” ucap Evan. “Makannya pacar tuh satu aja. Gak usah banyak-banyak,” ucap Haykal. “Bukan itu yang bikin gue pusing tapi…,” ucap Evan namun belum melanjutkan bicaranya. “Tapi apa? Buruan kasih tahu gue. Kalau gue bisa bantu pasti gue bantu,” ucap Haykal. “Gue lagi suka cewek tapi dianya susah dideketin,” ucap Evan. “Gila ya lo Van. Udah punya dua pacar cakep juga masih ada ngelirik cewek lain. Sadar dong lo,” ucap Haykal. “Cewek yang gue taksir sekarang itu beda dari kedua pacar gue. Meskipun galak tapi dia tegas dan berwibawa,” ucap Evan. “Emang siapa sih yang lo taksir?” tanya Haykal. Evan memperlihatkan foto Mayang yang ia jepret diam-diam saat bertemu tadi di kantor polisi. “Namanya Mayang. Nih fotonya.” “Lagi-lagi cewek berseragam. Lo udah punya pacar dokter dan pramugari sekarang lo mau deketin polwan. Tipe lo emang cewek-cewek yang berseragam kayak gini ya?” tanya Haykal. “Sebenarnya gak juga sih tapi ya gimana, namanya juga orang suka mana peduli sama latar belakangnya. Kalau gue suka ya gue deketin,” ucap Evan. Haykal menasehati Evan, “Tapi kan lo udah punya dua pacar, emangnya lo gak kasihan sama mereka? Kalau lo emang udah gak cinta sama mereka, putusin aja. Jangan mentang-mentang lo punya segalanya jadi lo juga berpikir kalau lo bisa mendapatkan semuanya cinta,” “Jujur, gue cinta sama mereka dan gue gak bisa milih salah satu dari mereka. Untuk saat ini, gue menjalani hubungan dengan beberapa wanita karena gue ingin menyeleksi mana diantara mereka yang paling tepat buat gue. Lo tahu sendiri kan yang namanya pernikahan itu seumur hidup, jadi gue gak mau salah pilih. Gue butuh waktu untuk menentukan mana wanita yang paling cocok jadi istri gue,” ucap Evan. “Gue tahu maksud lo baik buat diri lo tapi ya jangan nyakitin perasaan cewek juga Van. Itu namanya lo egois!” ucap Haykal. “Cuma untuk sekali ini aja Van. Gue janji Mayang adalah cewek terakhir yang gue deketin. Setelah itu, gue bakal pilih mana diantara Dinda, Mayang, dan Sela yang terbaik buat gue. Pastinya gue butuh waktu dan proses untuk mengenal mereka lebih dalam gak langsung gue pilih gitu aja,” ucap Evan. “Yang lo pilih lo nikahin, yang lo gak pilih, lo tinggalin? Gitu kan maksud lo! Gue gak ngerti dimana jalan pikiran lo Van. Lo tuh punya hati tapi gak punya perasaan,” ucap Haykal. “Jaga mulut lo!” ucap Evan dengan nada tinggi. Haykal kembali menasehati Evan “Lo terlahir dari ibu lo Van dan ibu lo itu wanita. Kalau lo nyakitin perasaan wanita itu sama halnya lo nyakitin perasaan ibu lo sendiri. Dan lo juga punya adik perempuan, apa lo gak takut karmanya bakal balik ke adik lo atau bahkan ke anak lo jika suatu saat nanti lo punya anak perempuan.” “Hahaha.. Gue heran sama lo dan Andre, kenapa sih lo berdua gak ada yang dukung gue? Padahal kalian sahabat gue dan kalian juga kerja di tempat gue. Harusnya apapun yang gue lakukan kalian dukung dan kasih solusi bukan malah sebaliknya,” ucap Evan. “Lo emang sahabat gue dan lo juga atasan gue, tapi gue gak bisa membenarkan atau bahkan mendukung lo dalam jalan yang salah. Lo harus sadar Van bahwa apa yang lo lakukan itu ada balasannya. Sekarang lo boleh senang-senang tapi lo gak tahu kan apa yang terjadi sama lo suatu saat nanti? Gue cuma ngingetin lo aja Van,” ucap Haykal. “Asal lo tahu ya, gue bakal berusaha dapetin apapun yang gue mau. Kalau gue gak dapat juga, bakal gue kejar sampai gue dapet. Jadi, lo gak perlu repot-repot ngingetin gue kayak Andre karena apa yang kalian ucapkan gak akan mempengaruhi keputusan gue. Ngerti Lo!” ucap Evan kemudian meninggalkan ruangan tersebut. Di Coffee Shop Evan kemudian pergi ke sebuah coffee shop untuk menenangkan pikirannya. Ketika sedang penuh amarah, Evan biasanya pergi ke coffee shop untuk menikmati segelas kopi yang nikmat. Setelah memesan secangkir kopi, Evan memikirkan bagaimana cara ia bisa mendekati Mayang. Hal ini karena Mayang sangat sulit dikenali. Baru ingin berkenalan saja Evan sudah ditolak apalagi jika ingin hubungan yang lebih dari sekedar teman, pasti akan lebih ditolak lagi. Menurutnya, menaklukan Mayang jauh lebih sulit dibanding saat ia mendapatkan cinta Dinda dan Sela. “Gimana caranya ya aku bisa deketin Mayang,” batin Evan sambil menyeruput secangkir kopi. “Aku ajak dia kenalan aja susahnya minta ampun gimana kalau aku ajak pacaran? Pasti udah ditolak mentah-mentah. Tapi aku gak akan nyerah gitu aja, aku bakal berjuang buat dapetin cinta dia. Lihat aja Mayang suatu saat nanti kamu pasti akan menjadi milikku,” batin Evan dengan senyuman sinis. Beberapa saat kemudian, Evan mendapat pesan dari Rita tentang Mayang. Sebelumnya, Evan memang sudah jujur pada Rita bahwa dirinya memang ingin mendekati Mayang. Untungnya, Rita menanggapinya dengan santai dan bahkan ingin membantu Evan lebih dekat dengan Mayang. Menurut Rita,  Evan adalah pria yang baik dan berbeda dari mantan Mayang yang dulu. Oleh sebab itu, Rita mau membantu pendekatan Evan dan Mayang. Rita berharap Evan bisa membahagiakan Mayang dan tidak menyakiti perasaan Mayang seperti mantan kekasihnya dulu. “Halo Evan. Aku cuma mau ngasih info nih kalau besok Mayang ada tugas operasi zebra di jalan xxxxx,” tulis Rita melalui pesan singkat. “Makasih infonya Rit. Info ini bermanfaat banget buat aku,” balas Evan pada Rita melalui pesan singkat. Evan sangat senang mendapatkan informasi tersebut. Hal ini karena ia bisa bertemu Mayang lagi dengan alasan yang berbeda. “Kebetulan nih. Mayang sayang sampai ketemu besok ya,” batin Evan sambil melihat foto mayang di ponselnya. Ketika Evan sedang berada di coffee shop tersebut, tiba-tiba Sela menemuinya. Kedatangan Sela sempat membuat Evan heran mengapa dia pergi ke coffee shop, padahal tadi saat Evan hubungi Sela mengatakan bahwa ia sedang ada jadwal terbang. Tapi sekarang dia mahal pergi ke coffee shop bersama teman-temannya. “Tadi aku telpon katanya lagi ada urusan di kantor sampai bilang gak bisa telponan lama-lama, eh gak taunya malah nongkrong di coffee shop. Bohongin aku kamu ya,” ucap Sela. “Kamu sendiri katanya hari ini ada jadwal terbang kalau malah ke coffee shop sama temen-temen kamu,” ucap Evan. “Siapa bilang aku ada jadwal terbang hari ini?” tanya Sela. “Tadi kamu WA aku bilangnya hari ini terbang,” ucap Evan. “Kapan aku WA kamu begitu? Coba kamu lihat lagi. Kalau hari ini aku ngomong kayak gitu aku mau disalahin deh,” ucap Sela. Evan pun membuka pesan w******p dari Sela dan ternyata pesan tersebut adalah pesan kemarin, bukan hari ini. Sangking terlalu fokusnya pada Mayang, Evan sampai lupa membuka pesan dari kedua pacarnya yakni Sela dan Dinda. Kali ini Evan memang salah karena telah membohongi Sela. “Loh kok pesan kemarin sih perasaan tadi aku lihat hari ini deh,” ucap Evan. “Kebangetan ya kamu sampai gak baca pesan aku!” ucap Sela marah. “Sel, ada baiknya aku sama Monica duluan aja kali ya. Ayo Nic kita pergi,” ucap Tere mengajak Monica pergi. “Eh tungguin aku dong,” ucap Sela. “Kamu selesaikan dulu gih masalah kamu. Nanti kalau masalahmu udah selesai baru deh kamu nyusul kita,” ucap Monica pergi bersama Tere. Setelah Monica dan Tere pergi, Evan menarik tangan Sela untuk duduk di kursi yang ada di sebelahnya. Namun, Sela sudah terlanjur kecewa dan marah karena dibohongi oleh Evan. “Apa Sih gak usah pegang-pegang deh,” ucap Sela menolak Evan memegang tangannya. “Kamu marah sama aku?” tanya Evan. “Menurut kamu? Aku seneng gitu dibohongin!” ucap Sela kesal. Evan menjelaskan pada Sela “Dengerin aku dulu dong yangg.. Kamu jangan buru-buru marah sama aku, aku bisa jelasin. Aku tadi emang ada urusan di kantor kok tapi berhubung urusanku udah selesai, jadi aku nongkrong sebentar di warkop.” “Bohong! Sekali bohong mana bisa dipercaya,” ucap Sela tak percaya. “Ya udah kalau kamu gak percaya. Aku telepon orang kantor ya,” ucap Evan. Evan mengirim pesan singkat pada Haykal agar Haykal mengatakan bahwa tadi Evan ke kantor karena ada urusan sebentar. Selain itu, Evan juga meminta Haykal mengatakan bahwa sekarang urusan Evan sudah selesai sehingga ia pergi keluar untuk mencari udara segar. Setelah mendengar itu, Sela akhirnya percaya dengan Evan. “Kamu denger sendiri kan?” tanya Evan. “Iya deh aku percaya,” ucap Sela. “Nah gitu dong. Berarti kamu udah gak marah lagi kan sama aku?” tanya Evan. “Aku percaya sama omongan kamu bukan berarti aku gak marah lagi sama kamu,” ucap Sela. “Lho kok masih marah aja sih. Apa yang bikin kamu marah sama aku?” tanya Evan. “Kamu udah keterlaluan sampai chat pacarnya sendiri gak dibales. Jangankan dibales dibaca aja enggak kan!” ucap Sela. “Sayang.. Akhir-akhir ini aku sibuk banget jadi aku gak sempat buku chat. Maafin aku ya, aku janji deh setelah ini aku pasti baca dan balas chat dari kamu. Aku janji sesibuk-sibuknya aku, aku pasti luangkan waktu buat perhatian sama kamu dan ketemu sama kamu. Aku harap kamu jangan marah lagi ya,” ucap Evan sambil memegang kedua tangan Sela. Sela menganggukan kepala sebagai tanda bahwa ia sudah tidak marah lagi. Ketika sudah cinta, rasanya sulit untuk marah-marahan dalam jangka waktu yang lama, apalagi jika penyebab kemarahan itu hanyalah masalah sepele dan seharusnya tidak perlu dibesar-besarkan. “Makasih ya kamu udah maafin aku dan gak marah lagi sama aku,” ucap Evan. “Tadinya aku mau marah yang lama sama kamu tapi aku gak bisa karena aku udah terlanjur sayang sama kamu,” ucap Sela. “Sayang doang nih? Cintanya enggak?” tanya Evan. “Ya cinta dong sayang,” ucap Sela. “Sekali lagi makasih ya. Gak salah aku pilih kamu,” ucap Evan tersenyum kearah Sela. “Oh iya. Mulai sekarang kalau kita pergi bareng, kamu gak usah jemput aku ke Mess ya. Soalnya aku udah gak tinggal di mess,” ucap Sela. “Terus kamu tinggal dimana?” tanya Evan. Sela menjawab, “Aku tinggal di rumahnya Monica, kebetulan rumahnya gak jauh dari mess.” “Kenapa kamu udah gak tinggal di mess lagi?” tanya Evan. “Aku sama Tere mau nemenin Monica tinggal dirumahnya. Soalnya kan orang tua Monica udah menetap di luar kota, jadi rumahnya kosong. Nah daripada kosong mending kita tempati aja,” ucap Sela. “Oh gitu. Iya deh tapi nanti kamu share lock ya dimana rumahnya. Aku cuma sebatas kenal Monica aja tapi gak tahu rumahnya dimana,” ucap Evan. “Iya siap deh pokoknya,” ucap Sela. Saat sedang bersama Sela, Evan mendapat telepon dari Dinda. Nanti malam Dinda mengajak Evan bertemu. Tak mau Sela curiga, Evan langsung mematikan telepon tanpa berbicara sedikitpun. Sebagai gantinya, Evan mengirim pesan singkat pada Dinda bahwa nanti malam ia akan menjemputnya. “Kok dimatiin sih Yaggg telpon?” tanya Sela. “Gak apa-apa. Biasalah salah sambung,” ucap Evan berbohong. “Beneran cuma salah sambung?” tanya Sela. “Iya yangg.. Aku paling males ngeladenin orang salah sambung. Udah ya gak usah kamu pikirin,” ucap Evan. “Ohh gitu. Oke,” ucap Sela singkat.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD