Aku Lagi yang Repot

1548 Words
Di Rumah Diajak malam tahun barunan orang yang disuka memang menyenangkan dan membahagiakan, begitulah yang dirasakan Lola. Selama beberapa waktu mengenal Viko, Lola melihat respon positif dari Viko. Sayangnya, belum ada tanda-tanda bahwa Viko akan mengutarakan cinta pada dirinya. Waktu menunjukkan pukul 20.00 malam dan Lola sudah bersiap-siap untuk pergi menemui Viko di restoran yang ia janjikan.  Lola sudah sangat senang akan menikmati waktu pergantian tahun bersama orang yang dia suka tetapi Viko malah membatalkanya. Viko sama sekali tidak memberi penjelasan mengapa ia batal mengajak Lola pergi. “La. Sorry ya malam ini kita gak jadi rayain tahun baru bareng. Soalnya aku ada urusan,” tulis Viko melalui pesan singkat. Tak terima dibatalkan secara sepihak, Lola pun menghubungi Viko hingga berkali-kali lewat pesan singkat dan panggilan suara. Namun, Viko seolah sengaja tidak mau mengangkat teleponnya padahal nomernya aktif. “Viko, angkat dong! Aku kan udah dandan cantik kayak gini masa gak jadi pergi sih,” ucap Lola berbicara sendiri. Di Kamar Lola Karena tidak ada jawaban, Lola pun kesal. Lola sudah tidak mood lagi untuk merayakan tahun baru di luar. Lola kemudian pergi ke kamarnya untuk ganti baju, menghapus make up, dan tidur. Saat melihat prediksi cuaca malam ini, Lola semakin yakin untuk tidak pergi. Cuaca sangat mendung dan kemungkinan akan hujan lebat. Ketika Lola sudah nyaman di tempat tidur, Evan malah menyusulnya dan menyuruhnya untuk pergi ke rumah Dinda. Awalnya Lola sempat menolak tetapi karena Evan memberikan iming-iming akan memberinya uang, Lola pun mengiyakan permintaan Evan. Sebenarnya, uang jajan Lola setiap bulan sudah lebih dari cukup. Namun, karena Lola sangat boros, uangnya cepat sekali habis. Evan hanya menjatah Lola uang jajan sebanyak satu kali untuk satu bulan. Jika dalam waktu satu bulan uang Lola sudah habis, maka Evan tidak akan memberinya lagi kecuali untuk kebutuhan Lola yang penting dan mendesak. Susahnya mendapat uang dari Evan membuat Lola tidak menyia-nyiakan kesempatan Evan meminta tolong. Hal ini karena Evan pasti akan memberi uang tambahan untuk Lola. Bukan uang sebagai tambahan jajan atau uang bulanan, melainkan uang imbalan karena Lola sudah membantunya mengurus pacar-pacarnya. “Loh kok jam segini udah mau tidur aja. Sekarang baru jam 8 lho,” ucap Evan. “Ya terus kenapa kalau baru jam 8 kak? Emang gak boleh tidur jam segini,” ucap Lola. “Boleh dong. Cuma malam ini kan suasananya beda,” ucap Evan. “Ada matahari bersinar di malam hari kah? Sampai bikin suasananya beda?” anya Lola. “Kamu nih kalau ngomong yang bener dong,” ucap Evan. “Habisnya aku gak tahu sih apa yang kakak maksud suasananya beda,” ucap Lola. “Malam ini kan malam tahun baru, waktu pergantian tahun ini ke tahun berikutnya. Malam-malam kayak gini nih yang suasananya beda dan biasanya ramai. Emangnya kamu gak pengen merayakan malam tahun baru sama temen-temen kamu?” tanya Evan. “Tadi aku udah dandan rapi loh kak dan udah siap mau pergi. Eh temenku malah batalin gitu aja tanpa kasih alasan. Ya udah aku balik aja ke kamar,” ucap Lola. “Kenapa balik ke kamar? Cari temen lain dong,” ucap Evan. “Gak ah males. Aku udah terlanjur ganti baju, hapus make up, dan selimutan. Aku udah gak mau keluar-keluar lagi, aku mau tidur aja dirumah!” ucap Lola. “Kok gitu sih? Padahal kan kakak mau pergi sama Sela,” ucap Evan. “Apa hubungannya sama aku coba? Kalau mau pergi ya pergi ajalah kak,” ucap Lola. “Masalahnya kakak mau minta tolong sama kamu,” ucap Evan. “Tolong apa lagi sih? Enggak ah. Aku mau tidur di rumah,” ucap Lola. “Tolong kamu anterin bunga sama coklat buat Dinda,” ucap Evan. “Emangnya kak Dinda dirumah?” tanya Lola. “Dinda bilang di rumah karena dia gak mau pergi tahun barunan kalau gak sama kakak,” ucap Evan. Lola berkata, “Jangan terlalu percaya, siapa tahu kak Dinda sekarang pergi sama temen-temennya.” “Gak mungkin. Selama 3 tahun kakak pacaran sama Dinda, dia gak pernah sekalipun bohongin kakak. Kakak beberapa kali menyelidiki dia dan ternyata benar kalau dia gak bohong,” ucap Evan. “Iya lah kalau kak Dinda mah orangnya jujur, beda sama kakak. Ibaratnya kak Dinda 99 kali jujur sama kakak tapi kakak malah balas 999 kali kebohongan,” ucap Lola. “Terserah deh kamu mau ngomong apa. Yang penting sekarang kamu harus bangun dan cepetan bantuin kakak,” ucap Evan. “Aku gak mau ah. Mending kakak suruh aja tuh kak Andre atau kak Haykal. Mereka kan sahabat sekaligus anak buah kakak,” ucap Lola. “Mereka udah pergi sama pacarnya masing-masing dan sekarang kakak juga mau pergi sama Sela,” ucap Evan. “Nah, sebelum kakak ketemu kak Sela, kakak anter dulu nih bunga dan coklatnya ke kak Dinda. Gitu aja kan beres kak,” ucap Lola. “Gak bisa gitu La. Kakak udah terlanjur bilang kalau kakak ada meeting sama klien, jadi gak bisa jalan sama Dinda. Kalau kakak ke rumah Dinda nanti dia bakal ngajak kakak keluar,” ucap Evan. “Ya udah. Ajak kak Dinda sama kak Sela aja barengan,” ucap Lola. “Kamu tuh ya. Bukannya ngasih solusi, malah nambahin beban pikiran kakak aja. Dinda dan Sela sama-sama ngajak kakak malam tahun barunan. Gak mungkin dong kakak pergi sama dua-duanya. Jadi kakak harus pilih salah satu dan kakak pilih Sela,” ucap Evan. “Kenapa kak Sela? Kan kakak lebih lama pacaran sama kak Dinda,” ucap Lola. “Kakak emang lebih lama pacaran sama Dinda tapi selama ini, kakak lebih sedikit waktu sama Sela. Kamu kan tahu sendiri kalau jadwal terbang Sela padet dan itu bikin kita jadi jarang ketemu. Kalau sama Dinda kan masih mending sering ketemu walaupun cuma sebentar,” ucap Evan. “Saat ini kakak punya dua wanita yang bersama kakak dan kakak harus bisa berlaku adil sama mereka,” imbuhnya. Lola berkata, “Tapi kak Evan kan belum menikah sama mereka. Gak ada istilah membagi cinta yang adil saat pacaran, yang ada itu berbagi cinta dalam pernikahan poligami. Itupun kalau mereka mau dipoligami. Tapi kalau menurutku sih gak mungkin ya,” ucap Lola. “Kenapa gak mungkin?” tanya Evan. “Coba deh kakak pikir, kak Sela dan kak Dinda kurang apa sih? Secara fisik mereka cantik, secara akademik aku yakin mereka juga pintar, dan soal sikap aku perhatikan selama ini, mereka sangat baik sama kakak. Aku melihat keduanya sama-sama punya cinta yang begitu besar sama kakak,” ucap Lola. “Tapi secinta-cintanya mereka sama kakak, mereka pasti gak mau diduakan. Mereka maunya jadi satu-satunya di hati kakak. Kalau sampai kakak ketahuan selingkuh, jangan harap kakak bisa bersanding sama salah satu dari mereka di pelaminan. Aku kenal sama dua-duanya kak dan aku tahu banget gimana sikap mereka,” imbuhnya. “Kak Dinda dan kak Sela itu wanita berkelas kak. Banyak cowok-cowok diluar sana yang ngantri sama mereka. Kalaupun kakak putus sama mereka, gak susah bagi mereka buat dapetin pengganti yang lebih baik dari kakak.” pungkasnya. “Udah cukup-cukup. Kakak udah sering banget denger kamu nyeramahin kakak soal itu. Pokoknya kakak gak mau tahu dan gak mau denger soal itu lagi. Usia kakak jauh lebih dewasa dari kamu, jadi kakak lebih tahu dari kamu!” ucap Evan. “Maksud aku kan baik, aku cuma mau mengingatkan kakak kalau apa yang kakak lakukan saat ini itu jahat. Apa yang aku sampaikan ini kan juga demi kebaikan kakak,” ucap Lola. “Kakak tahu apa yang terbaik buat kakak. Kamu tuh masih kecil, tahu apa kamu soal cinta? Kakak yang lebih berpengalaman dari kamu dan apa yang kakak lakukan ini juga demi kebaikan kakak. Percuma juga kakak jelasin sama kamu karena kamu gak akan pernah paham apa maksud kakak,” ucap Evan. “Ya udah terserah kakak,” ucap Lola menarik selimutnya. Setelah sempat beradu mulut, Evan kembali berbicara baik-baik dengan Lola semata-mata agar Lola mau membantunya.  Evan berkata lagi pada Lola, “Jadi intinya kamu mau bantu kakak gak?” “Enggak. Tadi kan aku udah bilang enggak,” ucap Lola. “Beneran gak mau? Padahal kalau mau mau nolongin kakak, kakak bakal kasih uang loh. Kakak tahu uang jajan kamu pasti udah habis makannya kakak tawarin,” ucap Evan. “Kali ini aku gak mau. Diluar mendung mau hujan, mager ah. Mending aku tidur,” ucap Lola menarik selimutnya. “Kalau kamu mau nanti kakak transfer Rp 500 ribu,” ucap Evan. “Gak,” jawab Lola. “1 juta deh,” ucap Evan. “Tidak,” ucap Lola. “3 juta deh tuh udah lumayan,” ucap Evan. Lola menyingkirkan selimutnya, kemudian berkata “Nah, kalau ini aku gak bisa nolak.” Evan berkata, “Lola, Lola, kamu kalau denger duit aja langsung bangun. Kamu bisa berkata-kata bijak tapi pas denger kata duit, kata bijak kamu seolah gak ada artinya.” Lola berkata, “Ini cuma karena uang sakuku habis dan kakak belum ngasih lagi. Coba aja kalau uang bulananku gak habis, mana mau aku disuruh-suruh sama kakak. Udah buruan sini uangnya.” Evan berkata, “Kerjakan dulu perintah kakak, nanti baru kakak kasih uang.” “Ya udah iya. Mana bunga dan coklatnya? Mau langsung aku anterin ke rumah kak Dinda,” ucap Lola. “Bunga dan coklatnya ada di ruang tamu. Langsung ambil aja terus kamu bawa ke rumahnya Dinda,” ucap Evan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD