Usai acara nikahan yang sangat mewah pada sebuah gedung ternama. Damian melempar jas yang digunakan barusan ketika resepsi. Terlihat raut wajah istrinya sangat sendu melihat perlakuan Damian yang seperti itu. “Kamu kenapa?”
“Kamu yang kenapa, Damian? Kamu dari awal acara nggak pernah sedikitpun bisa hargai aku dan orang tua aku, kan?”
“Kamu kenapa juga terima pernikahan ini? Kamu pikir aku nggak merasa terbebani sama kamu?” ucapnya dengan lantang. Dia memang tidak mau pernikahan ini berlangung, terlebih karena dia tidak ingin menikah dengan istrinya yang sekarang.
“Apa kamu sudah nggak waras, Damian?”
Dia mengambil handuk dari lemari kemudian membanting pintu kamar mandi hingga terdengar suara yang begitu keras.
Dita baru saja membuka gaun pengantinnya usai dicampakkan di malam pertama dia menikah dengan Damian. Rasanya itu sangatlah tidak baik dan sangat sakit apalagi dicampakkan oleh suami sendiri itu pasti akan sangat menyedikan bagi Dia. Mengingat bahwa Damian itu pria yang sedikit arogan dan juga egois tentang apa yang dia inginkan harus bisa dia dapatkan.
Usai keluar dari kamar mandi, Damian mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil. “Kamu mandi aja sekarang!” pintanya.
Dia mencari pakaian ganti dan benar-benar marah dengan semua ini. Terlebih karena Dita sempat cari muka dihadapan orang tuanya Damian dengan mengatakan jika dia itu pandai mengurus Damian nantinya.
Bagaimana bisa seekor kucing menjinakkan anjing seperti dia yang bisa saja mencelakai istrinya sendiri. “Lihat saja kamu akan menyesal telah menikah denganku, Dita,” ancam Damian kala dia baru saja memakai bajunya dan keluar dari kamarnya.
Dia menuju ruang keluarga dan melihat papanya sedang bicara dengan mertuanya. Usai pesta di gedung tadi, orang tuanya Dita ikut ke rumahnya dan akan menginap. “Kamu ngapain di sini, Damian? Ini malam pengantin lho,” kata mertuanya.
Mertuanya belum tahu saja bagaimana Damian bisa menyiksa anaknya nanti saat sudah masuk ke dalam kandang yang salah. Damian bukan pria yang bisa diajak bercanda mengenai hal ini. Dia adalah seorang pria yang sedikit mengerikan untuk seorang perempuan seperti Dita.
Dia menyunggingkan senyumannya. “Sebentar lagi, Dita masih mandi. Nggak bagus dong kalau masih keringatan,” canda Damian yang tak akan pernah memberi ampun pada Dita nanti.
Dia tahu tujuan keluarga ini membuat dirinya masuk ke dalam jebakan seperti ini. Dita adalah umpan untuk membantu orang tuanya dalam melancarkan aksinya
“Kamu jangan lupa ajak Dita ke dokter kandungan. Minta vitamin ke dokter biar Dita cepat isi. Ya minimal nikahnya cepatlah terus Dita isi, kan itu gampang,”
Damian tak menanggapi. “Tentu saja itu gampang, aku itu normal dan juga mudah memberikan keturunan, buktinya dua kali bercinta dengan Fiona dia langsung hamil,” kata Damian dalam hati tapi menyimpan kekesalannya.
“Tentu saja aku bakalan ke dokter nanti. Kalian tenang saja,” kata Damian.
Mereka masih berbincang, di ruang tengah. “Kamu ke kamar aja Damian!” perintah sang mama.
Melihat tatapan Julia juga sepertinya tidak suka dengan acara pernikahan ini sedari awal mendengar kabar bahwa Damian akan dijodohkan. Istrinya itu memang sangat pandai untuk mencari muka dan terlihat begitu sempurna dihadapan orang lain. Dia tidak mau jika orang tua dan juga adiknya itu terkena virus kejahatan yang akan dilakukan oleh Dita.
Dia menghela napas saat diperintahkan masuk ke dalam kamar.
Apa yang akan terjadi nanti itu tidak dipikirkan oleh keluarga Damian tentang Dita yang punya rencana lain dari pernikahan ini. Tentu bagi Damian dia sudah bisa hafal gerak-gerik orang tuanya Dita yang ingin menyegerakan pernikahan itu.
Sampai di kamar, dia mengunci pintu dan melihat istrinya mengenakan jubah mandi yang kemudian memperlihatkan paha mulusnya karena terlalu pendek. “Kenapa kamu pakai baju yang seperti itu?”
Dita berbalik dan tersenyum kepada Damian. “Kenapa memangnya? Apa enggak boleh? Kan kita sudah suami istri,” ucap perempuan ini.
Damian itu seorang pria jadi tidak bisa untuk terus seperti ini. Dia juga punya nafsu yang tidak bisa ditahan nanti. Dia bisa saja melakukan hal layaknya suami istri kepada Dita nanti. Akan tetapi dia harus bisa memikirkan konsekuensinya terlebih dahulu apakah ini akan baik nanti di masa yang mendatang. Yaitu Dita bisa menjadi istri yang baik untuknya.
“Kita buat perjanjian tiga bulan percobaan,” kata Damian tiba-tiba pada istrinya. “Jika kamu tidak melakukan kesalahan, kamu akan berhasil melewati semua ini. Jadi kamu nggak usah masa percobaan lagi. Tapi aku nggak suka kalau ada drama dari semua ini. Kalau kamu melakukan hal kotor itu, mau tidak mau dan kamu bakalan hancur dengan sendirinya atas apa yang kamu perbuat. Jadi hati-hati jika aku sudah berkata seperti ini. Itu artinya aku pengin kamu melakukan hal yang seharusnya kamu lakukan,”
“Tapi apa percobaan selama tiga bulan itu juga berarti aku bisa melakukan apa pun di rumah ini?”
“Jangan usik Julia dan juga Mama. Sekali kamu melakukan itu, kamu tidak akan bisa melakukan hal baik lagi di dalam hidup kamu. Aku nggak mau kamu kalau sampai buat mereka berdua sedih, ini bukan hal yang mudah Julia. Karena bagaimanapun juga kamu harus bisa melakukan yang terbaik. Yaitu kamu nggak boleh buat Julia terlibat di dalam urusan kita, jangan bocorkan ini juga sama siapa pun. Aku mau kita buat perjanjian ini di atas materai, yang nantinya kamu dan aku bisa memegang masing-masing satu lembar,”|
“Sepakat,”
“Kamu boleh meminta apa pun, termasuk perhiasan dan mobil. Kamu hanya tidak boleh mencampuri kehidupanku di luar sana,”
Dita berdiri dari tempat duduknya, “Tentu saja aku akan dengan senang hati melakukan perintahmu suamiku,”
Brengsek, pria ini malah ingin muntah mendengar panggilan perempuan barusan yang menyebutnya ‘suamiku’ dan itu terdengar sangat menjijikkan.
Sesungguhnya dia tidak mau jika pernikahan ini berlangsung, bagaimana kalau anak yang dikandung oleh Fiona itu selamat? Apa akan membuat semuanya menjadi berantakan nantinya? Dia ingin mencari tahu tapi tidak ada kabar sedikitpun dari Fiona sampai sekarang.
Mau tidak mau Damian juga harus turun tangan menyelesaikan masalah ini sendirian. Pasalnya Fiona bisa menghancurkan masa depannya nanti. Dia tidak mau jika Fiona datang lagi, dia ingin hidup normal tanpa ada gangguan apa pun.
Mengenai kesalahan dia yang sudah menggugurkan itu menjadi sebuah penyesalan baginya, tapi dia tidak mau jika nanti Fiona tiba-tiba datang kepadanya.
“Apa yang kamu pikirkan, Damian? Apa ada beban?” tanya Dita saat sedang membuka kopernya untuk mengambil pakaiannya.
Damian memilih untuk tidur dibandingkan dengan menjawab pertanyaan istrinya. Dia sudah terlalu muak dengan semua drama orang-orang yang pura-pura baik dengannya.