Franda masih termenung di tempatnya. Rasanya sungguh sulit menerjemahkan maksud dari pertemuannya dengan Evanders. Dua kali bahkan dirinya bertatap langsung dengan pria itu. Jemarinya masih memutar-mutar bolpoin di atas meja kerja. Tatapannya lurus menerawang segala peristiwa bertemunya dengan Evanders. Kadang kala pikiran itu memikirkan betapa berubahnya sosok Evanders yang sekarang. Ada rasa penyesalan di hati Franda jika melihat pria itu saat ini. "Ck, kamu tuh kenapa sih, Nda. Bisa-bisanya mikir aneh-aneh," gerutunya. "Evanders bekerja di sini kah? Tapi seminggu ini aku nggak lihat dia, kok. Apa jangan-jangan dia dan Bu Meylira—" Franda mengeratkan genggaman pada jemarinya. Ada rasa menyesakkan saat opini itu hadir memenuhi pikiran. Padahal antara dirinya dan Evanders sudah tidak