Bab 20. Penetapan hati.

1040 Words
Benarkah apa yang Kyara dengar tadi? Suaminya baru saja memamggilnya istriku, bukan babu. "Kenapa kamu melihat saya seperti itu?" tanya Samudra sedikit menyentak. Pria itu gugup, ia telah tertangkap mengakui Kyara sebagai istrinya di hadapan para dokter. Dengan bibir yang tersenyum tipis Kyara menggeleng pelan. "Tidak apa-apa kok, Suamiku," jawab Kyara pelan. "Kau berani padaku!" Baru saja Kyara hendak menjawab, Lita kembali dengan heboh, pasalnya ia melihat Aron kembali ke rumah sakit ini dan di sergap para satpam. "Cucu, Oma. Kamu sudah bangun, Nak?" Buru-buru mendekat dan mengusap kepala Samudra lembut. Tak lupa juga ia singkirkan Kyara lebih dulu dengan kasar. Samudra yang melihat itu menghembuskan nafas kasar, ternyata seperti ini perlakuan yang Kyara terima setiap hari. Belum lagi darinya. "Arghh Samudra bodoh, darimana saja kau selama ini," gerutu Samudra pada dirinya sendiri. "Samudra, kamu dengar Oma apa tidak?" Tidak mendapat jawaban dari cucunya, Lita. sedikit kesal. "Dengar, Oma. Samudra baik-baik saja, kok!" "Syukurlah! Lalu ngapain si Aron itu balik lagi?" Tanpa menunggu jawaban dari Samudra, mata Lita memutar menatap Kyata tajam. "Pasti ini ulahmu, ya! Kamu meminta pacar gelapmu itu datang lagi, kan?!" "Aku? Ngga, Oma. Kyara ngga tau apa-apa kenapa Aron tiba-tiba datang ke sini pagi-pagi." "Alah alsan kamu. Pasti ini perbuatan kamu, kan. Dasar istri tak tahu di untung kamu! Jelas-jelas suami sakit, kamu malah enak-enak dengan pria lain. Kamu memang harus di beri pelajaran!" teriak Lita seraya menjambat rambut Kyara. Dokter dan para suster kembali dibuat susah, mereka berusaha memisahkan Kyara dan Lita yang sudah terlanjur mengacak-ngacak rambut Kyara. Sedang samudra? Pria itu juga berusaha memisahkan. Hanya saja kekuatannya yang belum membuatnya tidak segagah awal. "Oma, hentikan!" sentak Samudra membuat Liat langsung terdiam. Ia semakin membenci Kyara. Karena gadis itu cucunya membentak. "Samudra, tapi si cupu itu telah berselingkuh di depanmu!" "Berselingkuh? Ngga, Tuan. Kumohon, ini hanya salah faham!" bela Kyara. Ia tidak ingin Samudra yang mulai dekat dengannya kembali menjauh dan membencinya. "Salah faham, salah faham apa maksudmu, hah! Jelas-jelas kamu mau kabur dengan pria itu kalau Oma tidak hentikan, kan?" Kyara menggeleng kuat, fitnahan Lita terlalu menyakiti hatinya. "Samudra, cepat ceraikan dia?" Kyara langsung melotot. "Tuan, kumohon jangan!" batin Kyara dengan tatapan penuh harap. Sementara Samudra menghembuskan nafas kasar. Ia harus meluruskan sesuatu itu terlebih dahulu, kemudian memanggil Lita dengan tatapannya. "Oma, bisakah Oma biarkan aku istrihat lebib dulu. Setelah itu, akan aku selesaikan semuanya," tutur Samudra lembut. Ia tahu, sikap Lita yang seperti itu menggambarkan jika wanita tua itu menyayanginya. Tidak ingin sampai Samudra di khianati, ya meski caranya yang salah. "Kamu janji akan menyelesaikannya, Nak?" tanya Lita dengan tersenyum lebar. Akhirnya, apa yang dia inginkan sejak dulu akan tiba. Keluarganya akan kembali harmonis. "Samudra janji, Oma!" tutur Samudra membuat Kyara langsung tertunduk sedih. Benarkah Samudra akan menyelesaikan pernikahan mereka? Benarkan pria itu akan benar-benar menceraikannya. Haruskah perjuangan Kyara sia-sia? Entahlah. Kyara menyerhakan hidupnya pada tuhannya. Kyara membalikkan badan, mengikuti Lita guna keluar ruangan. "Heh, kamu! Siapa yang menyuruhmu keluar, hah?" Kyara menatap Samudra sebentar. "Tuan, memanggil saya?" tanya Kyara seraya menunjuk dirinya sendiri. "Iyalah, kau pikir saya bicara sama angin?" Kyara menatap sekeliling. Benar, tidak ada siapapun lagi di dalam ruangan ini selain mereka. "Huh, entah kapan para dokter dan suster itu menghilang." Dengan langkah gontai Kyara melangkahkan kaki menuju Samudra, kemudian duduk di bawahnya. "Heh, siapa yang menyuruhmu duduk di sana?" Hais! Samudra sangat kesal sekali. Ia tidak mengerti kenapa Kyara begitu merendah sekali. "Tidak ada, Tuan!" jawab Kyara polos. Memang benar tidak ada yang menyuruhnya. Kyara hanya berinisiatif karena ia tahu Samudra sangat enggan satu tempat dengannya. Mendengar jawaban kyara, Samudra kembali menghembuskan nafas kasar. "Kyara, duduklah di sini," turur Samudra seraya menepuk tempat sampingnya. Tidak ingin melihat samudra murka, buru-buru Kyara beranjak dan duduk di sana. Kyara terkejut saat Samudra tiba-tiba menggenggam tangannya. "Tuan, kumohon, maafkan aku. Sungguh, aku ngga tahu kenapa Aron tiba-tiba mengajakku pergi bersamanya. Tapi jujur, aku sama sekali ngga ada niatan pergi dengannya. Bukankah Tuan lihat sendiri aaku menolaknya? Aku benar-benar ngga mau ikut dengannya. Aku tetap ingin bersamamu. Jadi tolong, jangan sakiti keluargaku," jelas Kyara panjang lebar. Sedang Samudra yang mendengar Kyara ngoceh menatap sendu. "Jadi itu alasanmu memilihku, Kya? Karena kamu tidak ingin aku menyakiti keluargamu." batin Samudra kecewa. Namun, ocehan Kyara selanjutnya membuat bibir Samudra mekar merekah. "Aku juga mencintaimu, Tuan. Itu sebabnya aku ngga mau ikut dengannya. tolong, Tuan. Biarkan aku tetap di sampingmu. Aku rela menjai babumu selama hidupku." Geram dan tidak tahan teruz mendengar ocehan istrinya. Samudra menarik tengkuk kepala Kyara dan menciumnya. Ia cium seluruh permukaan bibir yang telah berani mengatakan cinta padanya itu. Samudra mengaku kalah, ia kalah dengan permainannya sendiri. Dendamnya yang seluas Samudra, kini luntur oleh cintanya dari seorang gadis cupu. Samudra mencintai Kyara, gadis cupu yang telah membuat hatinya pernah membencinya. Selesai mengecup dan menikmati buah bibir istrinya, Samudra membiarkan Kyara menatapnya. Dengan wajah bingung tentunya. "Tuan?" "Apa? Kau mau lagi, hm?" Ngga! Kyata buru-buru sadar. dia tidak ingin keceplosan mulu. "Ngga!" "Hm, benarkah?" Samudra mencoba menggoda. Ia tahu Kyara gadis polos dan kugu. Jadi sudah pasti ia terus terbayang-bayang dengan hal baru. Apalagi yang berkaitan dengan hal seperti ini. "Tuan ini kenapa? Kyara bilang ngga ya ngga!" sentak Kyara mencoba menguatkan. Namun samudra malah semakin senang, sentakan Kyara sangat terlihat lucu baginya. "Kau berani menyentakku?" Samudra pura-pura murka. dan benar saja, Kyata langsung luluh dan mengalah. "Eh, tidak, Tuan. Tolong maafin Kyara. Lagian Tuan ngomong apa? Kan Tuan sendiri yang cium Kyara kenapa jadi Kyara yang di desak?" "Jadi kau menyalahkanku sekarang, hm?" Kyara menatap Samudra tak menyangka. Dia serba salah. "Ah, tau, ah!" Membalikkan badan hendak pergi tapi segera di raih. Samudra meraih tangan Kyara dan menariknya, tak lupa juga ia pepet tubuh itu agar lebih dekat dengannya. "Tuan, kau mau apa?" Kyara yang ketakutan mencoba melepaskan. Pasalnya, Samudra selalu melakukan hal-hal yang di luar dugaan. "Menikmatimu," bisik Samudra lembut. Kyara kegelian, perlakuan Samudra terlalu lembut baginya yang selalu di perlakukan kasar. "Tuhan, bolehkah Kyara meminta Tuan Samudra terus seperti ini?" pinta Kyara dalam hati. Semakin lama Kyara semakin terbuai, permainan Samudra kali ini sangat membuatnya gila. Tidak, Kyara kehilangan kesadarannya. Ia tidak bisa membedakan, Samudra benar-benar sedang menikmatinya atau hanya mempermainkannya Kyara tidak tahu. Tapi yang jelas baju Kyara dan Samudra sudah lepas saat ini, melihat tubuh polos pasangannya masing-masing. Bersambung....
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD