UWUphobia

1134 Words
Yusuf berlari dengan sekuat tenaga menuju kelas dua belas ips 3. Jam sebentar lagi menunjukkan bahwa guru pelajaran pertama akan masuk, ia telat karena rencananya gagal. Yusuf berniat tidak sekolah pada hari ini dengan nongkrong di warung kopi, tapi hal itu menjadi bencana bagi Yusuf, ketika ia melihat Ayahnya berjalan dengan galak sambil membawa batu. Yusuf yang melihat itu langsung berlari menuju sekolah sambil berteriak 'Yusuf ke sekolah kok Yah'. "Woi Yusuf ngapain lo kesini." Dika bertanya dengan ngegas. Dika yang sedari tadi main ponsel mengalihkan pandangan matanya ke arah Yusuf yang baru saja datang, tumben temannya ini telat bisanya Yusuf duluan yang datang dibandingkan dengannya. "Ya belajarlah taik." Balas Yusuf dengan tidak selo. Dika memang gesrek, Yusuf kesekeloh ya tentu belajar. "Sellow lah bambang." Dika ketawa terbahak bahak. Benarkan Yusuf bilang Dika emang tidak waras, masalah sepela aja dia ketawa. "Apa lo sini berantem." Yusuf memajukan tubuhnya seakan akan mengajak Dika berantem yang dibalas Dika dengan menendang kursi mejanya. "Assalamualaikum." Seisi kelas langsung terdiam setiba guru matematika masuk ke dalam kelas. "Walaikumsalam." Jawab semua murid kelas kecuali Yusuf yang menambahkan dengan kata ' Cekgu'. Ibu Sinta sang guru matematika hanya menatap malas Yusuf. "Oke anak-anak kumpulkan PR kalian ke depan." Bagaikan kesambar petir Yusuf langsung kelimpungan membuka tas. Yusuf lupa bahwa ia tidak membawa buku satupun karena berniat untuk bolos, jadi PR yang ia kerjakan dua hari yang lalu tertinggal rumah. "Deffin bagi PR lo." Pinta Yusuf sambil menarik kerah maju Deffin, orang yang ditarik kerahnya pun mendengus geram. "Ni." Deffin melempar bukunya dengan pelan ke belakang tempat Yusuf duduk. Yusuf langsung bersemangat mengerjakan pekerjaan rumah menjadi pekerjaan sekolah, jika tidak karena keluarganya Yusuf tidak ingin mengerjakan soal-soal ini. "Ngapain kamu Yusuf?" Suara Ibu Sinta membuat Yusuf langsung mengangkat wajahnya sambil tersenyum dengan lebar, berharap dengam senyumannya Ibu Sinta akan luluh. "Lagi..lagi...lagi." Yusuf benar-benar binggung sekarang ingin menjawab apa. "Sekarang keluar dari kelas saya, dan keliling lapangan selama sepuluh menit." Yusuf langsung berbinar biasanya Ibu Sinta akan menyuruhnya membersihkan kamar mandi. Jika keliling lapangan Yusuf tidak mempermasalahkan sama sekali, lagi pula ini masih pagi. " Siap Buk." Ucap Yusuf dengan senyuman manis dan tangan yang seperi hormat bendera lalu langsung berlari keluar kelas. "Kamu Dika ngapain bengong, cepat nyusul Yusuf kamu pikir saya nggak tau kamu tidak mengerjakan PR?" Dika mengangguk dan lansung keluar dari kelas menyusul Yusuf. "Woi Yusuf tungguin gue." Yusuf menghentikan langkahnya menunggu Dika sejajar dengannya. Mereka pun kembali melanjutkan mengelilingi lapangan, di bagian tenggah lapangan Yusuf melihat ada cewek yang ia suka baru saja keluar dari masjid. Itu Putri anak IPA 2 yang Yusuf suka, pasti sekarang Putri sedang melaksanakan kegiatan rohis. "Ngapain berdiri lo Suf?" Tanya Dika sambil mendorong pela bahu Yusuf. "Oh pasti liatin Putri ya? Cari cewek lain aja, si Putri nggak bakalan mau sama orang kayak lo." Ucap Dika. Yusuf menatap sinis Dika. "Abang Yusuf." Perasaan memucah pada dirinya langsung hilang ketika cewek di depannya ini menghalangi pandangan matanya untuk melihat Putri. "Apaan sih lo" Yusuf mendorong pelan tangan Auris yang bergelantungan seperti monyet di tangannya. "Aduh abang jangan galak-galak." Dengan senyum yang lebar Auris kembali memeluk tangan Yusuf. "Abang-abang lo pikir gue abang lo?" Yusuf dan Auris seleting ya otomatis mereka sebaya, jadi tidak pantas cewek ini memanggilnya dengan sebutan abang. Dapat Yusuf dengar kekehan dari teman Auris. Yusuf heran kenapa sih Auris ini selalu mengangunya sepertinya saat ini. Apa karena ketampanannya? Tapi di sekolahnya ini sangat banyak orang yang tampan walaupun tidak ada yang bisa mengalahkan ketampanannya. "Iya deh Yusuf sayang, kamu mau nggak jalan sama aku?" Ucap Auris dengan suara yang menggoda sambil menatap dengan harap pada Yusuf. "Nggak usah ngadi-ngadi deh lo, sekarang cabut dari hadapan gue atau nggak gue laporin lo sama guru BK. Gue tau lo sama teman lo ini lagi bolos." Yusuf kembali menghentakkan dengan kasar tangan Auris agar terlepas dari lengannya. Auris memilih untuk tidak menuruti ucapan Yusuf. "Sama abang Dika aja sayang." Dika berucap sambil terkekeh. Mencoba menggoda auris yang sebenarnya Dika sendiri sudah tau apa jawaban yang akan ia dapatkan "Ihhh ogah. Lo kan udah punya pacar, gue aduin baru tau rasa." Dika hanya mengaruk rambutnya binggung, sebenarnya Dika sudah bosan dengan pacarnya. Tapi masih binggung alasan apa yang tepat jika pacarnya bertanya kenapa minta putus. "Adel mana?" Tanya Dika mencoba mengalihkan pembicaraan. "Ya di kelas lah, udah kami ajak cabut selalu aja banyak alasan. Coba deh lo bilang sama pacar lo biar nggak usah serius amat belajarnya cepat tua nanti." Jawab Auris panjang lebar. "Udah-udah cabut lo pada." Yusuf kembali mencoba mengusir mereka. Auris menghentakkan kakinya dengan kesal sambil mengajak teman-temannya untuk segera pergi. Auris akan mengalah sekarang, tapi jangan berharap ia akan mengalah kembali. "Ayo cabut." Auris berkata pada ketiga temannya. Mereka mengangguk bersamaan. Sebelum pergi Anara kembali bertanya tentang rencana Auris. "Kita jadi manjat?" Tanya Anara salah satu teman Auris. Kali ini mereka ingin cabut keluar dari sekolah tidak seperti biasanya yang hanya di dalam sekolah. "Iya dong." Auris menjawab dengan percaya diri. "Tapi dalaman kita nampak Ris." Jawab Bella. "Nggak papa." Anara, Bella dan Mia melongo tidak percaya dengan jawab Auris. Hingga terjadilah perdepatan di antara mereka. Yusuf dan Dika yang mendengarkan itu semua hanya mengelengkan kepala mereka dengan heran dan kembali melanjutkan hukuman mereka. *** "Assalamualaikum." Ucap Yusuf tiba di rumahnya. "Walaikumsalam, Yusuf tolong bantu Ibu masak nasi." Yusuf hanya menghela nafasnya malas, sejak kakaknya Dira pindah ke rumah suaminya. Selalu saja Yusuf di suruh melakukan pekerjaan rumah yang seharusnya bukan laki-laki yang mengerjakan. Dengan wajah ditekuk Yusuf kebelakang rumah untuk melakukan hal yang barusan Ibunya suruh. "Ini Bu, gimana udah pas belum airnya?" Yusuf dengan wajah kesalnya memajukan beras yang sudah dicuci dan diisi air itu ke arah Ibunya. "Kurangi airnya." Kata Ibu Niar yang dibalas dengan anggukkan Yusuf. Tiba di belakang Yusuf mengeluarkan air dari tempat menanak nasi dengan pelan-palan. "Yusuf jangan lama." Yusuf langsung beranjak menuju Ibunya yang sedang menonton sinetron, heran deh bukannya anaknya disuruh ganti baju dulu, tapi malah disuruh masak nasi. Yusuf kembali memajukan tempat menanak nasi itu ke arah Ibunya. "Ini kebanyakan air." Yusuf langsung melongo tidak habis pikir. "Suruh sama Ayah aja Bu." Ibu Niar langsung melototkan matanya membuat Yusuf langsung menciut, hingga tiba percobaan ke empat kali, hakim di rumahnya ini mengatakan airnya sudah pas. Setelah semua hal selesai Yusuf kembali memasuki kamar sederhananya sambil memainkan ponsel, tiba saat membuka Waaatspp ada puluhan spam pesan dari Auris hingga hampir seribu, Yusuf benar-benar tidak habis pikir. Sebenarnya perempuan ini segabut apa sih? Malas meladeni, Yusuf memilih melihat status wattsap temannya dan ini nih yang Yusuf nggak suka karena kalau sudah melihat salah satu temannya pasti ada yang membuat phobianya kambuh apa lagi kalau bukan UWUphobia suka iri lihat kemesraan orang, Yusuf mematikan ponselnya dan memilih untuk tidur. *** Cerita baru nie, jangan lupa di vote dan coment ya. Siapanih yang nunggu kelanjutannya?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD