Episode 10: Keandra yang Sekarang

1177 Words
“Karena meski semua luka tidak bisa dilupakan, tapi jika kita terus memberikan perubahan baik, semuanya juga akan menjadi lebih baik!” Episode 10 : Keandra yang Sekarang *** “Apa pun yang akan kamu lakukan kepada Rina dan pasangannya, benar-benar tak berpengaruh kepadaku.” “Aku akan menikah, Gress. Aku akan menikah dengan wanita pilihan mamahku. Aku sudah mengenalnya dengan baik, terlepas dari kami yang memang cocok.” Melalui cermin rias di hadapan mereka, Keandra semakin menatap tajam Gress. Tatapan tajam yang dipenuhi kemarahan. “Aku dan dia akan menikah dalam waktu dekat, mengingat kesehatan mamahku yang kurang memungkinkan.” “Memang, belum ada yang tahu mengenai ini, bahkan Rina sendiri. Namun, secepatnya aku juga akan mengabarinya, apalagi sejauh ini, Rina yang selalu santun kepada keluargaku, khususnya kepada mamahku, memang sudah memiliki posisi spesial di keluargaku.” “Mamahku sudah telanjur sayang kepada Rina. Jadi, ketika Rina tidak bisa menjadi istriku, mamah tetap berharap Rina menjadi bagian dari kami. Itu juga yang membuatku tetap menempatkan Rina di tempat yang spesial.” “Seharusnya kamu tahu, kenapa ini bisa terjadi? Kenapa Rina bisa, tapi kamu tidak?”  “Kamu sendiri yang selalu berusaha menyerangku, kan? Dan kamu juga yang sudah berulang kali mengemis kepadaku!” “Kamu pikir orang tua, apalagi ibu mana, yang rela anaknya terus-menerus disakiti? Bahkan aku sudah berulang kali menegaskan, bahwa kamu memang temanku. Semuanya tahu kamu temanku, tapi kamu selalu menyerangku, dan tak hentinya membuat gara-gara!” “Sekarang, setelah setahun lebih berlalu, apa yang kamu dapat? Memangnya, kamu enggak capek? Aku sama orang-orang yang urus kamu saja capek!” “Bahkan orang sekelas Ipul saja tidak mau memiliki hubungan denganmu!” “Malu, Gress! Berhentilah! Semua orang sudah mengecapmu sebagai pembuat onar! Sebenarnya, aku sangat kasihan kepadamu! Tapi mau bagaimana lagi? Ada kesempatan sedikit, kamu langsung berusaha menyerangku! Terus saja begitu!” “Apa? Kamu mau membahas masa laluku dengan Sunny lagi?” “Ya ampun … itu hanya masa lalu! Aku dan Sunny bahkan keluarganya juga sudah memiliki hubungan baik. Masa lalu itu sungguh sudah tertebus dengan semua yang kulakukan selama ini. Aku membuktikannya dengan menjadi Keandra yang lebih baik!” “Kalau kamu terus membuat onar dan menjadikan masa laluku sebagai acuan, itu sama sekali enggak mempan, apalagi sekarang, semuanya sudah berubah!” “Karena meski semua luka tidak bisa dilupakan, tapi jika kita terus memberikan perubahan baik, semuanya juga akan menjadi lebih baik!” Setelah berbicara panjang lebar, Keandra berangsur menelan ludah. “Sekarang semuanya terserah ke kamu. Aku benar-benar angkat tangan.” Setelah sampai menghela napas dalam, Keandra juga menatap Gress sambil menggeleng tak habis pikir. Gress masih terdiam, membisu tak ubahnya patung yang untuk bernapas saja sampai tidak terdeteksi tanda-tandanya. Keandra yang mendapati itu benar-benar tak peduli. Melalui ponselnya yang masih ia tahan menggunakan kedua tangan, Keandra menghubungi kontak Zean. Ia menelepon kontak tersebut, kemudian menempelkan ponselnya itu pada sebelah telinga. “Zean, cepat datang ke ruang rias. Ada yang harus kamu urus.” Keandra bertutur dengan sangat tidak semangat. “Baik … baik. Aku akan segera ke sana!” sergah Zean yang langsung mengakhiri sambungan telepon mereka. Tak berselang lama dari itu, Gress menghela napas dalam dan kemudian menelan ludah seiring ia yang tak lagi menatap Keandra. Ia sengaja menepis Keandra dari tatapannya. Gress dapati, Keandra yang ternyata tak berhenti menghubungi seseorang melalui ponsel pria itu. Pertanyaannya, kali ini Keandra akan menelepon siapa lagi? Gress mendengar dering tanda panggilan yang tersambung dan tinggal menuju balasan. “Iya, Kean?” Suara wanita! Wanita yang langsung menyambut Keandra dengan suara manis bahkan manja. “Malam ini aku akan pulang telat. Jadi jangan menungguku.” Keandra masih bertutur dengan tidak bersemangat. “Oh … iya. Aku mengerti. Jangan khawatir. Semuanya baik-baik saja, dan Mamah juga sudah tidak vertigo lagi. Oh, iya. Tadi, kamu sempat vidio-call dengan Rina. Rina sedang bersama Daniel, dan Mamah sangat senang.” Keandra menganguk pelan. “Iya. Enggak apa-apa. Aku harus kembali bekerja. Aku akan secepatnya menghubungimu. Kamu tahu akan akan makan dan sebisa mungkin melakukan yang terbaik, jadi kamu jangan mencemaskanku.” “Semangat, ya!” Keandra kembali mengangguk. “Iya.” Meski obrolan keduanya masih terbilang canggung, tapi interaksi keduanya terdengar sangat manis. Keduanya terkesan sudah mengenal satu sama lain, bahkan dekat. Namun, mengingat masa lalu Keandra yang sempat meminta Gress untuk berpura-pura ketika memberikan kejutan kepada Sunny, Gress menjadi sanksi. “Kamu sengaja bersandiwara untuk mengelabuhiku?” tegas Gress yang kembali menatap sengit Keandra melalui pantulan bayangan pria tersebut di cermin yang ada di depan mereka. Keandra menghela napas pelan, sambil menatap malas Gress. “Semuanya benar-benar jauh dari yang kamu pikirkan! Kamu sama sekali tidak mengetahui apa yang terjadi padaku, atau pun orang-orang dalam hidupku.” Di tengah tatapannya yang semakin tajam kepada Gress, Keandra melanjutkan, “kalau kamu sampai berani menyentuh Rina, aku sungguh tidak tahu, apa yang akan terjadi padamu. Ingat, siapa yang selama ini melindungi Rina dan keluarganya. Dan ingat, kamu nyaris masuk penjara andai saja aku tidak memohon kepada mereka untuk melepaskanmu. Sedangkan dari pihak keluarga Daniel, mereka semua orang-orang berpengaruh!” Keandra sungguh wanti-wanti kepada Gress, agar wanita itu tak lagi sembrono. Agar Gress tak lagi gegabah dan berbuat ulah. Kesal dan emosi, itulah yang Gress rasakan atas semua yang telah Keandra lakukan. “Aku akan menyebarkan kabar pernikahanmu, agar kamu kehilangan semua pekerjaan sekaligus fansmu!” ancamnya. Keandra hanya megerucutkan bibir, kemudian mengedikkan kedua alisnya sambil menanggapi Gress dengan santai. Dan karena tak lama setelah itu, Zean hadir di ruang rias yang hanya berisi mereka tanpa orang lain, Keandra sengaja menunduk dan asyik dengan selembar naskah skenario yang harus ia hafal. “Ya ampun … kamu lagi, kamu lagi! Kamu, yah! Lebih berbahaya dari virus korona, tahu, enggak? Sudah jangan bikin ulah terus. Apa kamu mau, aku kirim surat somasi?” omel Zean sambil berkecak pinggang dan menggeleng tak habis pikir. “Kamu berkata seperti itu karena sebenarnya kamu mau aku, kan? Jujur saja, aku enggak akan kasih tahu istrimu!” tegas Gress sambil menatap sebal Zean. Kenyataan tersebut langsung membuat Zean menggeragap lantaran murka. “Jangan memaksaku berkata kasar, ya! Bahkan kamu enggak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan istriku yang sudah memberiku tiga orang anak! Kamu … ah … benar-benar enggak ada apa-apanya!” tegas Zean yang sampai enggan menatap Gress. Sebelum Gress membalas Zean, Keandra yang masih serius menghafal naskah skenarionya pun berseru, “panggil keamanan kalau kamu memang enggak bisa usir dia! Virus memang bahaya, kan, Zean?” “Nah! Benar … benar! Enggk sudi aku, berurusan sama kamu! Bentar, tunggu keamanan datang! Enggak usah berharap diliput wartawan, karena mereka sudah malas dengan drama kamu. Bisa-bisa, yang ada kamera mereka rusak kala harus ngeliput kamu!” cibir Zean yang kemudian berlalu. Akan tetapi, Zean sungguh tak menyangka, Gress berani menyerangnya. Gress memukul kepala bagian belakang Zean menggunakan tas terbilang besar yang sedari awal menghiasi pundak kanan wanita itu. “Aw!” teriak Zean yang sampai menjadi sempoyongan. Zean bahkan nyaris tersungkur. Tentu, teriak sakit tersebut langsung mengusik Keandra. Keandra sampai langsung memastikannya. Ia dapati, Zean sedang kesakitan sambil menahan punggung kepala, sedangkan Gress meninggalkan managernya itu dengan langkah cepat. “Diapain kamu, Zean?” tegur Keandra yang masih duduk di kursi rias. “Kepalaku … dia nimpuk kepalaku pakai tasnya!” pekik Zean yang tak hentinya mengerang kesakitan. “Ya ampun! Sudah tahu dia lebih berbahaya dari virus, kenapa kamu enggak jaga-jaga?” Keandra segera menyisihkan naskahnya, dan kemudian bergegas menghampiri Zean yang ia yakini mengalami luka serius. “Aww aw …!” “Aku belum menyentuhmu, Zean! Gila kamu! Lebay kayak LELEBRITY! Mentang-mentang fans garis kerasnya!” “Hahaha … tapi serius, Kean. Pusing banget. Kayaknya aku mau pingsan. Sudah banyak burung yang berterbangan di atas kepalaku, Kean. Coba kamu telepon Manda. Baiknya aku bagaimana?” Zean tak hentinya meracau, sebelum pria itu benar-benar pingsan dan membuat Keandra yang sudah memapahnya, menjadi semakin kewalahan. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD