"Ya.., Aamiin. kalau begitu saya permisi dulu Julia, nak Ali. istri dan anak saya sedang menunggu saya". akhirnya ustadz tersebut permisi kepada Julia dan Ali.
" ya silahkan ustadz, hati hati dijalan.
" Assalamu'alaikum"
"wa'alaikum salam" jawab Ali dan Julia bersamaan.
kini Julia dan Ali tinggal berdua.
" kenapa kau bisa kenal ustadz itu?" tanya Ali
" ya memang aku kenal kak, beliau adalah ustadz yang ada di kota kami. dan beliau adalah orang yang sangat baik".
jawab julia.
" setelah ini kamu mau kemana lagi?"
"tidak ada, kita pulang saja ya, ini sudah sore".
"serius huh, cepat sekali kamu mau pulang. ini belum malam lia, aku sudah berniat menghabiskan waktu bersama kamu hari ini.
"tapi inikan sudah sore kak, waktu kakak habisnya sampai kapan?" julia mulai kesal
"paling tidak kita bersama sampai jam 10 malam nanti, julia. dan aku tudak suka waktuku dipotong potong. nanti aku antar kamu pulang dengan selamat sentosa".
"aku yang gak mau kak, aku udah nurutin kakak kemari berdua aja. sekarang kakak maksa maksa aku harus pulang malam".
tolak Julia bersikeras, namun masih nada lembut membuat hati Ali geger.
'marah aja begini banget, apa lagi mesra' Ali bergumam dalam hati.
" jadi, kamu gak mau nonton sama saya, nih?" tanya Ali
" enggak mau kak Ali. gak usah maksa maksa. udah ya, aku mau pulang. nanti Hapsyah akan bingung kalau aku lama pulang".
Ali hanya memandangi Julia. difokuskannya tatapannya pada bibir Julia yang komat kamit. merasa dipandangi, Julia pun tersadar.
"kakak ngapain mandangin aku begitu?", tanya Julia merasa risih dipandangi.
" gak mandangin apa apa Julia, aku cuma berpikir kapan aku bisa cium bibir kamu? pasti sangat....
" kak Ali mikirin apa sih tentang aku?" potong Julia dengan wajah yang sudah memerah.
" Kak Ali mau berbuat m***m ya?"
" kok kamu nanya nya begitu?
ya saya mau lah. mau benget malahan". tanpa diduga jawaban Ali bikin syok.
"sekarang juga aku mau, Julia. tapi kalau kamu setuju, alias kamu izinin saya mesumin kamu". lanjut Ali lagi dengan senyum tanpa dosa".
'mimpi apa aku semalam, bisa jumpa manusia berpikiran m***m terus' gumam Julia dalam hati.
"ya sudah deh kak, aku pulang dulu ya. kalau kak Ali masih mau disini, ya silahkan aja". Julia berbalik hendak pulang.
Ali yang repleks langsung menangkap tangan Julia dan menariknya. dan akibat tindakan nya itu, Julia pun oleng dan terjatuh tepat di d**a Ali yang sedang duduk. Namun, secepat kilat Julia langsung berdiri. dengan wajah merah dan menahan amarah, Julia menatap Ali dengan tajam.
" Kak Ali ngapain narik narik aku, ngapain pegang pegang tangan aku. kita itu bukan mahram, dan kakak gak boleh menyentuh aku baik sengaja maupun gak sengaja, faham?"
"aku menyesal ikut kakak kesini, sangat menyesal" katanya lagi dengan mata memerah menahan tangis.
" maaf.. maaf, Julia. aku tidak sengaja sungguh. tak ada sedikitpun niatku untuk menyentuh mu. aku hanya repleks, aku tidak mau kau tinggalkan begitu saja".
kata Ali menyesli perbuatannya.
" saya pulang kak, Assalamu'alaikum" ucapnya dan langsung berbalik. beruntung nya ada sebuah taksi dekat restoran, jadi dia bisa cepat masuk kedalam taksi tersebut.
Ali terdiam tanpa bisa mencegah. tidak mungkin lagi dia menahan Julia bersamanya. dia sangat menyesal telah membuat Julia marah. Namun apalah guna penyesalan. karena tidak bisa mengembalikan keadaan.
'sial' batin Ali.
akhirnya diapun pulang dengan hati tidak tenang.
***
Julia tiba dirumah dengan wajah masam.
tentu saja itu tak luput dari perhatian Hapsyah.
" bukankah kau menghabiskan waktu dengan pangeran tampan mu. jadi, apa yang membuat wajah cantikmu jadi murung, hemmm?" tanya hapsyah pada Julia.
" tidak ada, aku hanya kelelahan" bohong Julia. tidak mungkin dia menceritakan pada Hapsyah kalau Ali sudah hampir memeluknya. itu sangat memalukan, batinnya.
" baiklah, kalau sahabatku yang cantik ini tidak mai cerita. aku tidak memaksa". kata Hapsyah.
"sekarang kau mandilah, ini sudah hampir maghrib". lanjut hapsyah lagi. dan akhirnya Julia pun pergi mandi.
setelah selesai mandi, Julia bercermin dikamarnya, meneliti seluruh tubuhnya. sangat halus dan terawat. tidak ada celah yang membuat fisiknya jelek. selama ini tidak ada orang yang melihat tubuhnya, bahkan sahabatnya sekalipun tidak. biarlah kelak suaminya kelak yang pertama.
' benarkah aku siap menikah, bukankah aku masih sangat muda. aku masih ingin kuliah dan menikmati waktu' batinnya bertanya dalam hati
***
di lain tempat, Ali yang baru saja selesai membersihkan diri terlihat lebih uring uringan. Asistennya sampai bingung melihat perubahan Ali. namun tak berani untuk bertanya langsung. padahal pagi tadi dia terlihat sangat bahagia. kenapa saat pulang jadi malah kesal.
" besok pagi kita kembali ke Jakarta".
katanya pada Dian.
"malam ini saya ingin pergi bertemu Robby. kau istirahat lah hingga besok pagi ". perintah Ali tak ingin dibantah.
***
Ali memasuki perusahaan dengan wajah dingin. auranya sungguh menyeramkan. dikuti Dian dibelakangnya juga menunjukkan hal yang sama. para karyawan bergegas memasuki ruangan masing masing dan mengerjakan tugas masing masing. sesampainya Ali pada ruangannya. Dian langsung memberikan sebuah berkas pada Ali.
" Ini adalah laporan perkembangan perusahaan di kota B milik tuan Erwin. saya sudah menyelidiki semuanya, dan menyuruh pak Anton untuk bertanggung jawab sementara disana. dan untuk keuntungannya saya sudah membuka sebuah rekening seperti yang tuan inginkan. dan itu atas nama nona Julia, semuanya sudah ada disini. Tuan tinggal menyerahkan semua kepadanya". Dian menjelaskan semua.
ya, Ali memang menyuruh bawahannya untuk menyelidiki dan melihat perkembangan perusahaan milik sahabatnya itu. perusahan itu bergerak di bidang tekstil, dan menurutnya Erwin telah menjalankan usaha Itu dengan baik sebelumnya.
" sebaiknya kau saja yang memberikan kepadanya. sejauh ini kita sudah melakukan permintaan Erwin. jadi, biar adiknya melakukan selanjutnya". menurut Ali ini lebih baik. dia tak ingin lagi terlibat dengan wanita itu. dia akan menjauhkan diri dari gadis yang telah mengusik hatinya.
" bagaimana dengan klien yang dari bali, apa konsep mereka sesuai dengan harapan kita" tanya Ali selanjutnya
"oh itu, mereka belum menunjukkan konsepnya kepada saya tuan. mereka janji akan menyerahkannya besok pagi".
" baiklah kalau begitu, kau boleh pergi. dan jangan lupa nanti malam gantikan saya meeting di restoran XX.
" baik tuan, saya permisi". pamit Dian pada Ali.
banyak berkas yang harus di periksa dan ditanda tangani oleh Ali, namun fokusnya sedang bermasalah. teringat apa yang dikatakan robby.
" jika kau ingin memilikinya, jangan setengah setengah. kau harus bisa tunjukkan padanya bahwa kau memang serius. dan kau juga harus bisa mengubah semua kebiasaan buruk mu. dengan kau minum minum begini, yang ada Julia akan semakin membencimu.
Julia itu beda dengan wanita yang lain, bro. dia tidak akan mengejar mu, dia tidak akan mencari mu walaupun seandainya dia suka padamu. dia akan lebih suka mengadu kepada Tuhannya, dan membiarkan jalan hidupnya seperti air yang mengalir. jika kau tak bisa mengikuti inginnya, lepaskan dia. dia masih sangat muda, dan mungkin dia ingin melanjutkan sekolahnya. biarkan dia meniti hidupnya dengan kemauannya. aku yakin dia masih ingin mengecam pendidikan".
'kenapa aku tidak bisa fokus? apa yang salah pada diriku? kenapa aku tidak rela?inikah jatuh cinta? ' semua pertanyaan bermunculan di benaknya.
tak terasa waktu sudah sore, Ali pun bergegas pulang kerumah. pikirannya penuh dengan Julia, tapi dia tak bisa berbuat semaunya. dilajukan nya mobil sport miliknya membelah jalan yang mulai padat. dalam waktu 45 menit, mobil yang dibawanya pun sampai pada rumah mewah bergaya eropa. diapun memasuki rumah tersebut, dan langsung naik ke lantai atas.
sepi, inilah kesan rumahnya, tak ada siapapun dirumah mewah ini kecuali dirinya dan pembantu yang datang pagi dan pulang sore. diletakkan tas kerja pada ruang kerja nya yang ada didalam kamarnya. tak ada hal apaoun yang bisa didengarnya dirumah nya kecuali suara dentingan jam dinding. teringat lagi dia kalimat robby.
"berkomitmen itu memang berat, bro. tapi punya pasangan itu pun sungguh enak. setiap saat ada yang mengurus mu, saat kau pulang kerja, ada yang menunggui mu. setiap kau bangun tidur, ada wajah damai yang bisa kau jumpai. dan pastinya kau tak perlu membayar jalang dan memakai pengaman karena takut penyakit". kata robby mencoba menyadarkan Ali.
"oh..., ayolah Ali. rasa nikmat yang kau dapatkan akan berkali kali lipat nikmatnya. apa lagi dia adalah wanita yang menjaga dirinya, yang bahkan ujung kukunya pun tak pernah tersentuh orang lain. berpikirlah lagi"
Ya, robby benar. jika Julia disini pasti semua akan lebih menyenangkan. akan ada yang menyambutnya,akan ada yang menungguinya, akan ada yang melayaninya.
'kenapa harus Julia yang ada di pikiranku''. gumamnya dihati.
Ali memasuki kamar mandi. dia butuh air dingin untuk menyegarkan tubuh dan pikirannya yang berkecamuk. dibawah shower, dia renungkan semua yang sudah terjadi padanya. ketidak pedulian ayah dan ibunya yang meninggalkan rasa sakit, kepergian neneknya yang meninggalkan rasa sedih dan kehilangan. dia selalu menunjukkan bahwa dia baik baik saja.
bertemu Julia, tak pernah hatinya begitu merasa bahagia sebelum kenal dengan Julia. kehadiran Julia mempunyai getar tersendiri dihatinya. namun, sekarang Julia pun tak ingin dirinya. entah kenapa rasa sakit dihatinya saat Julia menolaknya.
kulitnya mulai mengkerut karena kedinginan. diambilnya handuk yang tersedia di lemari kamar mandi dan mengeringkan tubuhnya.