Pergi Ke Restoran

1601 Words
Sudah 1 Minggu lamanya Bara tidak menemui Aileen sejak kejadian di rumah sakit itu dan selama itu juga Bara masih tidak bisa tenang memikirkan Aileen. Ia sangat ingin menemui gadis itu namun ia teringat dengan ucapan Aileen sejak itu, sehingga ia hanya bisa menahan diri untuk tidak menemui gadis itu sekarang. Siang ini Bara baru saja menyelesaikan rapatnya bersama karyawan yang lain dan sekarang ia berniat untuk keluar mencari makan siang di restoran karena perutnya sudah mulai lapar meminta untuk untuk diisi. Bara keluar sambil melihat ke arah kantor yang berada di sebelahnya, dimana tempat itu tempat Aileen bekerja selama ini. Ia berharap gadis itu sudah sembuh dan bisa mulai bekerja lagi, supaya dirinya bisa melihat wajah gadis cantik itu setiap hari. Bara masuk kedalam mobilnya dan orang yang menjadi supirnya sekarang adalah Jamal pengawalnya sendiri, sedangkan Jamil duduk menemani Jamal. Biasanya mereka berdua akan bergantian untuk menyetir karena perjalanan Bara tidak hanya pergi ke kantor, ia akan pergi menemui kliennya serta pergi berjalan-jalan untuk menenangkan dirinya yang terlalu banyak beban pikiran itu. "Kita kemana, Tuan?" tanya Jamal yang sudah siap untuk menghidupkan mobilnya. "Pergi ke restoran tempat biasa," jawab Bara sambil memainkan ponselnya. "Baik, Tuan." "Kalian berdua sudah makan?" tanya Bara. "Sudah, Tuan. Baru saja," jelas Jamal. "Apa kalian berdua tidak ingin makan lagi?" "Tidak Tuan, kami berdua Jamil sudah sangat kenyang." "Baiklah." Akhirnya Bara kembali fokus dengan ponselnya dan melihat sosial media milik Aileen, hari ini ia tidak melihat gadis itu tidak membuat status di salah satu media sosial nya. "Sangat membosankan," gumam Bara, lalu ia pun menyimpan kembali ponselnya karena ia rasa tidak ada hal yang menarik lagi selain mengintip orang yang paling ia cintai itu. Mobil telah berhenti di restoran bintang lima, Bara pun langsung turun dan masuk ke dalam restoran tersebut. Ia kemudian mencari tempat untuk dirinya duduk makan, lalu karyawan yang bekerja di restoran langsung menghampirinya. Bara pun memesan makanan yang ia ingin Jan dan sang pelayan segera mencatat pesanan Bara. "Silahkan di tunggu ya Pak, makanannya akan segera datang," ucap sang pelayan dan Bara hanya menganggukkan kepalanya dengan pelan saja. Ia pun langsung meminum air putih yang sudah di hidangkan oleh restoran itu karena ia merasa tenggorokan nya terasa sedikit kering. Namun, mata Bara tanpa sengaja memandang ke arah sosok gadis yang sangat ia kenal sedang duduk di tempat pojokan bersama seorang laki-laki yang entah siapa itu yang pastinya Bara melihat laki-laki seusai dirinya. Bara pun menjadi sangat penasaran siapa sebenarnya laki-laki itu, ia melihat sendiri raut wajah Aileen tampak sangat bahagia saat bersama laki-laki di hadapannya tidak seperti sedang bersama dengannya yang selalu cemberut saat melihat kehadiran dirinya. Bara pun merasa hatinya terasa panas, ia menjadi sangat iri ketika laki-laki lain bisa membuat gadis yang ia cintai tersenyum seperti itu. "Silahkan menikmati hidangannya," ucap sang pelayan sambil menghidangkan beberapa makanan di atas meja. "Aku jadi tidak selera makan sekarang!" gumam Bara dalam hatinya akan tetapi, ia tidak sadar dirinya sudah berulang kali menyendok makanan ke dalam mulutnya hingga penuh, bahkan pelanggan yang sedang menikmati makanan mereka tiba-tiba terhenti ketika melihat dirinya yang seperti sedang kelaparan, layaknya tidak makan selama 2 hari lamanya. "Aileen jadi ini maksud kamu meminta aku menjauhi mu!" geram Bara, ia rasa dirinya tidak perlu lagi untuk menuruti perkataan Aileen mulai dari sekarang. Ia tidak ingin menyesal dan membiarkan Aileen bersama dengan laki-laki lain. Bara yang sudah tidak tahan melihat momen itu, sudah sangat geram. Ia pun langsung berdiri dengan tegak dan berjalan menghampiri ke arah Aileen yang sedang asik berbincang dengan laki-laki itu, ia tidak ingin Aileen sampai tergoda oleh laki-laki yang sedang berada di hadapannya. "Ehem!" Bara langsung berdehem dengan sangat nyaring, sehingga beberapa orang-orang yang berada di sekitarnya terkejut mendengar suaranya. "Bara?!" ucap Aileen terkejut melihat kehadiran Bara yang secara tiba-tiba. "Hem, apa yang kamu lakukan bersama laki-laki ini?!" tanya Bara dengan dingin. Tatapan Bara ke arah laki-laki yang sedang menatap dirinya bagaikan elang yang siap memangsa musuhnya. Rasanya ia ingin segera menyeret laki-laki itu menjauhi Aileen saking merasa kesal dari tadi. "Bara, seharusnya aku yang menanyakan hal itu kepada mu?!" ucap kesal Aileen. Kini gadis itu sudah terlihat baik-baik saja saat ini dan tentu saja Bara merasa sangat lega melihat gadis nya sudah sembuh sekarang, setidaknya beban pikirannya sudah berkurang namun, tiba-tiba pikirannya kembali merasa tidak tenang lagi setelah melihat laki-laki lain berduaan dengan Aileen. "Hei! Kau! Segeralah menyingkir dari sini!" usir Bara, laki-laki itu sepertinya sudah tidak peduli lagi dengan orang yang berada di sekitarnya yang sedang menatap dirinya dengan aneh dari tadi. "Maaf ... dia siapa?" tanya laki-laki itu yang akhirnya membuka suara karena ia tidak tahan mendengar nada bicara Bara yang terdengar tidak sopan sama sekali dari tadi. "Maaf Tuan Dian, dia hanyalah orang yang tidak terlalu penting. Sebaiknya abaikan saja dia," ucap Aileen yang merasa sangat bersalah. "Bagaimana saya bisa fokus kalau seperti ini kejadiannya?!" ucap tuan Dian yang terlihat tidak suka melihat ke arah Bara. "Maaf Tuan, saya akan segera menanganinya dengan baik," ucap Aileen. "Saya tidak mau tahu, waktu saya sangatlah berharga bukan untuk membuang waktu yang seperti ini, sangat tidak berguna sama sekali!" ucap tuan Dian. "Sekali lagi saya minta maaf, Tuan," ucap Aileen karena sebenarnya tuan Dian adalah orang yang begitu penting yang ingin melakukan kerja sama dengan perusahaan tempat dirinya bekerja, awalnya Aileen ingin mengajak pertemuan itu khusus tempat tamu VIP namun karena permintaan tuan Dian yang ingin tempat duduknya biasa-biasa saja, sehingga resiko yang tidak ia inginkan pun terjadi. "Baiklah, kerja samanya akan di atur akhir bulan saja. Saya ingin pamit pergi!" ucap tuan Dian yang langsung saja berdiri untuk segera pulang meninggalkan restoran dengan perasaan yang penuh kekesalan. "Bara! Kau!" Seandainya bukan di tempat umum, mungkin Aileen sudah mencincang-cincang tubuh Bara saat ini juga, saking geram dengan sikap Bara yang tidak bisa berhenti untuk tidak menganggu dirinya. "Kenapa? Kenapa kau menatapku seperti itu?" tanya Bara yang seolah-olah tidak merasa bersalah sama sekali kepada Aileen. "Sudah salah! Malah bertanya!" kesal Aileen, ia pun langsung pergi meninggalkan Bara dan laki-laki itu ingin menyusul Aileen namun tiba-tiba pelayan di restoran menghentikan dirinya karena dirinya masih belum membayar tagihan makanan yang ia pesan tadi. Bara pun dengan segera mengeluarkan kartu ATM nya dan memberikan kepada pelayan itu, matanya tidak bisa berhenti untuk melihat Aileen yang sedang berada di luar saat ini. "Terima kasih," ucap Bara dengan cepat, setelah sang pelayan baru saja memberikan ATM nya, Bara langsung berlari kecil untuk menghampiri Aileen yang sedang menuju ke arah parkiran. "Awas Pak ada kaca!" peringat salah satu pelanggan yang terus memperhatikan Bara tadi karena menurutnya Bara sosok laki-laki yang sangat bar-bar. Namun, sudah terlambat karena Bara sudah terlebih dahulu menabrak pintu kaca tersebut dan menyebabkan jidadnya terbentur dengan cukup kuat. "Sialan!" gumam Bara memaki sambil menggosok jidadnya yang terasa sakit itu. Bukan hanya sekedar rasa sakit yang Bara rasakan saat ini, melainkan rasa malu yang benar-benar membuat dirinya kehilangan harga diri. "Kenapa kaca ini disini? Lain kali aku akan memberikannya sedikit pelajaran!" gumam Bara yang sudah berbicara ngawur, ia pun berniat untuk keluar karena ia melihat Aileen sudah masuk kedalam mobilnya. "Kaca, Pak!" peringat salah satu pelanggan itu lagi namun tidak lagi berteriak, ia hanya mengatakannya dengan santai saja sekarang. Tapi lagi-lagi Bara kembali menabraknya hingga dirinya sudah dua kali terbentur di pintu kaca tersebut. "Seandainya ini adalah sebuah gua, mungkin aku sudah berteriak memaki pemilik restoran ini!" gumam Bara dalam hatinya dengan geram. Ia pun membuka pintu kaca itu untuk segera keluar dari restoran yang sudah ia masukan ke dalam daftar hitam di ingatannya. "Aileen, kau ingin kemana?" tanya Bara yang berdiri di depan mobil gadis itu. "Menyingkirlah!" kesal Aileen. "Aku tidak peduli, kau harus membawa ku juga ikut bersama mu!" "Jika kamu ingin ikut maka, jangan berdiri di situ! Masuklah!" ucap Aileen, mendengar tawaran masuk yang di katakan oleh Aileen tentu saja Bara langsung pergi ke arah pintu mobil di depannya namun, ketika membuka pintu mobil itu Bara sangat kesulitan untuk membukanya. "Kenapa tidak bisa dibuka?" tanya Bara. "Karena aku tidak sudi membawa mu masuk kedalam mobil ku!" ucap Aileen, lalu ia pun langsung pergi meninggalkan Bara dengan segera. "Akh! Gadis nakal! Rupanya kau sedang membodohi ku! Awas saja kamu, tunggu pembalasan ku!" gumam Bara, lalu ia pun melangkah menuju ke arah mobilnya dan melihat kedua pengawalnya sedang menatap dirinya turut bersedih melihat keadaan tuan mereka yang telah di permainkan oleh seorang gadis. "Ada apa? Kenapa kalian berdua menatap ku seperti itu?" tanya Bara berusaha terlihat baik-baik saja. "Tidak apa-apa, Tuan. Silahkan Anda masuk!" ucap Jamil mempersilahkan Bara untuk masuk ke dalam mobil. "Hem," jawab Bara dengan singkat. "Kita ingin kemana lagi, Tuan?" tanya Jamil, kini sekarang giliran dirinya yang menyetir. "Pergi menyusul mobil itu!" ucap Bara. "Baik, Tuan. Tapi ... apa kita tidak sebaiknya berhenti ke apotik terlebih dahulu, Tuan?" tanya Jamil dengan sangat hati-hati. "Untuk apa?" tanya Bara dengan bingung. "Tuan, apakah Anda tidak merasakan nyeri saat ini?" tanya Jamil. "Tidak! Memangnya ada apa?" tanya Bara yang masih belum menyadari benjolan yang berada di jidadnya. Jamil yang merasa tidak enak untuk mengatakannya, akhirnya ia pun memberikan cerminnya kepada tuan nya. Bara dengan bingung tetap mengambil cermin tersebut, lalu ia pun langsung berkaca karena ia rasa dirinya memang harus bercermin terlebih dahulu sebelum menemui Aileen kembali nantinya. "Apa?!" Bara seketika dikejutkan dengan kedua benjolan yang berada di jidadnya, Jamal dan Jamil mendengarnya tentu saja sangat terkejut. Namun, mereka berdua tidak ingin mentertawakan tuan mereka karena takutnya Bara akan memotong sebagian gajihnya mereka nantinya. "Cepat pergi ke apotik sekarang juga!" perintah Bara, ia secara pelan-pelan memegang kedua benjolan di jidadnya. "Baik, Tuan," jawab Jamil, ia langsung membawa laju mobil tersebut. "Ini semua gara-gara kaca itu!" gumam Bara dengan geram.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD