Ke Apartemen

1445 Words
Sudah berbagai cara yang di lakukan Aileen supaya Bara segera keluar dari dalam mobilnya karena ia ingin segera pulang dan beristirahat. Namun, Bara tidak ingin sedikitpun mau mendengarkan ucapan Aileen, hingga gadis itu ingin kembali menghajar milik Bara lagi akan tetapi, Bara mengancam Aileen jika gadis itu melakukan hal itu kepadanya maka ia tidak akan segan untuk memegang gunung kembar gadis itu. Aileen tentu saja berpikir untuk tetap menjaga miliknya dengan sangat waspada, supaya tidak akan membiarkan sedikit pun Bara menyentuh miliknya yang berharga itu. "Bagaimana? Apa kau masih ingin menyakiti milikku?" tanya Bara tersenyum devil. "Dasar laki-laki mesumm dan tidak tahu malu!" kesal Aileen, ia pun menghidupkan mobilnya dan dengan keadaan terpaksa dirinya membawa Bara menumpang karena merasa sangat kesal, Aileen membawa laju mobilnya dengan kecepatan penuh hingga membuat Bara berulang kali senam jantung. "Kau takut?" "Tidak!" jawab Bara dengan cepat. "Benarkah?" "Tentu saja! Hal seperti ini, apa yang harus aku takutkan?!" ucap Bara dengan percaya diri, padahal jantungnya sudah dari tadi ingin copot dari tempatnya. Aileen hanya diam saja namun, gadis itu malah tersenyum devil seperti ada sesuatu hal yang di rencanakan untuk membuat laki-laki di sampingnya tidak betah lagi bersamanya. Mobil terus melaju dengan sangat cepat layaknya mobil pembalap, Bara akui Aileen gadis yang sangat luar biasa pemberani. Apa lagi ketika teringat dengan kejadian di pantai saat itu, membuat dirinya benar-benar sangatlah kagum. Ia pikir gadis cantik dan seksi seperti Aileen adalah sosok gadis yang begitu anggun dan lemah lembut namun, sebenarnya ia sosok gadis yang begitu agresif ketika bertindak. Sesampai di tempat tingkungan ada sebuah Trak melaju dengan sangat cepat dari jarak jauh dan Aileen tentu saja melihat itu semua, sedangkan Bara dirinya semakin waspada karena ia melihat gadis itu tidak ada tanda-tanda untuk meminggirkan sedikit mobilnya untuk memberikan jalan kepada Trak tersebut. "Hei! Minggirkan sedikit mobil mu!" ucap Bara yang sudah mulai panik. "Apa kau takut mati?" "Tentu saja! Apa lagi aku belum menikahi mu! Kau tahu, aku sangat ingin memiliki mu terlebih dahulu, lalu membuatkan anak di atas ranjang hingga sampai subuh dan setelah itu hidup bersama mu sepuasnya, lalu setelah itu barulah aku pikir-pikir terlebih dahulu untuk mati!" jelas Bara dengan cukup panjang lebar. "Laki-laki mesumm ini, bicara nya sangat keterlaluan!" gumam Aileen dalam hatinya kesal. "Hei! Cepatlah minggirkan mobilnya!" ucap Bara yang sudah mulai berkeringat. Aileen tidak memperdulikan Bara, ia hanya menyungingkan senyuman sinisnya saja kepada Bara yang sudah sangat takut melihat pemandangan di depan matanya. "Aileen! Cepatlah!" ucap Bara, rasanya ia hampir begitu kesulitan untuk bernafas sekarang. Ketika mobil Trak sudah berada di depan mata, Aileen pun dengan segera menyetir mobilnya menuju ke arah pinggir jalan hingga ban mobil sampai keluar dari aspal. Aileen menatap Bara, ia melihat laki-laki itu berusaha untuk mengatur nafasnya karena setelah kejadian itu dirinya benar-benar sangat takut dan hampir ingin mati karena terus menahan nafasnya. "Kau ... kau memang gadis yang sangat mengagumkan!" ucap Bara, padahal di dalam hatinya ia mengatai Aileen gadis yang sangat gila. Aileen hanya tersenyum saja, lalu kembali melanjutkan perjalanan menuju ke apartemennya. Ia tidak perduli Bara pulang bersama siapa nantinya yang terpenting dirinya bisa pulang dengan selamat dan bisa menghindari laki-laki itu. Di sepanjang perjalanan, Bara terus menatap wajah cantik Aileen. Hingga tidak sadar mobil sudah terpakir di tempat parkiran khusus untuk orang-orang yang memiliki apartemen tersebut. "Kau ingin kemana?" tanya Bara, lalu ia melihat di sekitar sekelilingnya dan ternyata dirinya sudah berada di suatu tempat yang tidak begitu asing di matanya. "Tentu saja pulang ke apartemen ku, sebaiknya kamu pikirkan bagaimana caranya kamu pulang ke rumah kamu sendiri karena aku tidak memiliki waktu untuk mengantarkan orang asing," ucap Aileen. "Aku tidak ingin pulang." "Ya, itu terserah pada mu!" "Kau tidak peduli pada ku?" "Untuk apa memperdulikan laki-laki mesumm seperti mu?" "Hei! Aku bukanlah laki-laki yang seperti itu!" "Ya, tentu saja kau tidak akan pernah mengakuinya!" Aileen dan Bara terus berdebat hingga kedua orang itu masuk kedalam lif, Aileen yang baru saja sadar akan hal itu tentu saja langsung menatap ke arah Bara dengan tatapan yang sangat membingungkan karena tidak seharusnya Bara mengikuti dirinya masuk ke dalam lif. "Kenapa kamu menatapku seperti itu?" "Seharusnya aku yang bertanya kepada mu! Kenapa kamu malah masuk ke dalam lif? Bukannya pulang ke rumah kamu?" "Kamu sendiri kan yang bilang kalau itu terserah pada ku?!" "Ya, tentu saja terserah kamu! Asalkan tidak menggangu ku!" ucap Aileen dengan tegas dan lif pun langsung terbuka. Kedua orang itu langsung saja keluar dari dalam lif tersebut dan lagi-lagi Aileen bingung, kenapa Bara terus mengikuti dirinya. "Ada apa?" tanya Bara kebingungan dan Aileen seketika mengernyitkan keningnya bingung dengan pertanyaan Bara. Namun, Aileen lagi-lagi tidak memperdulikan Bara ia langsung mengambil kunci apartemennya dan membukanya untuk segera masuk, akan tetapi tiba-tiba saja Bara masuk menerobos tanpa seiinjinnya hingga membuat Aileen setengah mati kesal kepada Bara. "Hei! Keluarlah! Aku tidak mengijinkan kamu masuk!" teriak Aileen dengan cukup nyaring. "Kamu sendiri kan bilang, kalau terserah padaku?!" "Tapi ... bukan ini yang aku maksud!" kesal Aileen. "Aku ... tidak perduli!" "Kau!" Rasanya Aileen ingin menendang Bara dan mengusirnya dari apartemen miliknya itu. "Biarkan aku beristirahat, aku sangat lelah seharian ini tidak ada istirahat," ucap Bara yang membuat wajah Aileen memerah karena semakin marah dengan sikap Bara yang layaknya sebagai tuan rumah di apartemennya. Aileen tahu dirinya tidak akan bisa mengusir Bara dari tempatnya, sehingga ia memutuskan untuk pergi ke kamarnya untuk segera mandi dan menganti semua pakaiannya yang sudah membuat dirinya tidak merasa nyaman itu, apa lagi dengan make up yang cukup banyak di wajahnya semakin membuat Aileen tidak betah. Sedangkan Bara memilih untuk menutup kedua bola matanya secara perlahan-lahan, hingga dirinya sampai tertidur dengan nyenyak. Biasanya Bara tidak pernah tidur di bawah jam 8 malam karena ia akan bekerja dan bekerja di ruang kerjanya, entah kenapa ketika berada di rumah Aileen dirinya bisa secepat ini merasa mengantuk, padahal perutnya sudah merasa lapar dan segera minta diisi. Selama berada di pesta tadi, Bara tidak sedikitpun untuk mencicipi hidangan di sana, ia lebih memilih untuk mengawasi Aileen takutnya ia sampai kehilangan jejak gadis itu lagi. Sudah satu jam lamanya Aileen mandi dan memakai pakaiannya, kini ia turun ke bawah, ia melihat Bara tidur dengan nyenyak di sofa nya saat ini. "Kenapa dia malah tidur?" gumam Aileen, ia pun berniat untuk membangunkan Bara dan menyuruh laki-laki itu untuk segera pulang ke rumahnya. Namun, langkahnya terhenti ketika mendengar suara ponsel Bara berdering dan tentunya laki-laki itu langsung saja bangun untuk menyambut panggilan tersebut. Entah apa yang di bicarakan oleh Bara saat ini, Aileen hanya mendengar kalimat ' iya' saja dari tadi, lalu langsung mematikan panggilannya. Aileen yang ingin kembali masuk kedalam kamar, tiba-tiba berhenti ketika Bara menyuruhnya untuk berhenti dan anehnya Aileen malah menurutinya, lalu berbalik menghadap ke arah Bara. "Ada apa?" tanya Aileen dengan cuek. Sedangkan Bara tidak menyahuti ucapan Aileen, justru laki-laki itu malah menghampiri Aileen yang hanya diam menatap dirinya. Bara semakin mendekat sedangkan Aileen terdiam kaku menatap wajah tampan itu, ia baru sadar bahwa Bara memang laki-laki yang tampan dan mempesona namun, ketika mengingat sifat Bara yang kurang ajar kepadanya, membuat Aileen merasa jijik dan muak kepada laki-laki itu. "Emh!" Tiba-tiba saja Aileen memberontak karena Bara langsung mencium bibirnya, di saat ia masih melamun. Bara tidak perduli Aileen yang terus menampar bahunya yang terpenting ia merasa puas saat pergi meninggalkan gadis itu. "Aku akan pulang dan memakai mobil mu! Kau jagalah diri baik-baik, jangan sampai biarkan laki-laki lain untuk masuk ke dalam apartemen mu selain aku!" ucap Bara, lalu ia pun langsung pergi dan mengambil kunci mobil Aileen yang berada di atas meja di dekat pintu. Aileen yang ingin memaki Bara seketika tidak jadi karena Bara sudah terlebih dahulu keluar dari apartemennya. Lagi-lagi dirinya di cium oleh laki-laki asing yang tidak tahu malu itu, walaupun itu bukanlah ciuman pertamanya namun, Aileen tetap saja tidak suka jika Bara memperlakukan dirinya layaknya tidak memiliki harga diri sama sekali. Bara pulang mengunakan mobilnya karena barusan Oma nya menelpon untuk segera pulang ke rumah, Bara yang tidak ingin di omeli oleh Oma nya pun memutuskan untuk menuruti saja karena kedua orang tua Bara tadi pagi memutuskan untuk berlibur sebentar keluar negeri dan sekaligus untuk melakukan perjalanan bisnis perusahaan mereka. Bayangan saat dirinya mencium Aileen terus teringat di dalam pikirannya dan membuat Bara tersenyum-senyum tidak karuan. Ia tidak menyangka, bibir gadis itu membuat dirinya terasa candu dan ingin melakukannya lagi seperti kejadian barusan. Bara pulang ke rumah dengan begitu semangat, sesampai di depan rumah dirinya langsung memeluk Oma nya yang sedang menonton televisi, lalu menciumnya berulang kali. "Cucu ku kenapa? Apa ada sesuatu hal yang sangat menyenangkan?" tanya Oma yang sangat penasaran. "Tentu saja, Oma. Apa Oma ingin tahu?" "Apa kamu Cucu Oma bersedia mengatakannya?" "Aku rasa, Oma tidak perlu tahu," ucap Bara.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD