Hari sudah pagi, perlahan-lahan Bara bangun mengercapkan matanya berulang kali. Ia melihat gadis yang bersamanya malam ini sudah tidak ada lagi bersamanya saat ini dan melihat sebuah note di atas meja yang bertulisan 'terima kasih' untuk Bara dari Aileen.
"Kenapa aku sampai ketiduran begitu nyenyak? Bahkan gadis itu sudah pergi dari sini," gumam Bara yang sangat kecewa akan kepergian Aileen tanpa sepengetahuannya.
Bara pun pergi keluar dari ruangan tersebut untuk segera pulang ke rumah, sampai di parkiran mobil. Bara terus memikirkan gadis itu, mulai dari senyuman manis gadis itu benar-benar membuatnya jatuh hati kepadanya. Ini pertama kalinya bagi Bara yang benar-benar membuatnya hatinya sangat berdebar begitu cepat, ia tahu dirinya sudah jatuh cinta pada pandangan pertama kepada Aileen.
"Aku akan mendapatkan mu!" gumam Bara, lalu ia pun menginjak gas mobilnya untuk segera pergi dari rumah sakit itu. Bara terus memainkan musik yang membuat dirinya terus mengoyangkan tubuhnya karena moodnya hari ini begitu sangat baik, hingga ia tidak sadar dirinya hampiri saja melewati rumahnya begitu besar dan mewah itu berada di hadapannya.
Dengan segera Bara menginjak rem mobilnya, lalu memundurkan mobilnya supaya dengan mudah untuk masuk kedalam rumahnya. Sesampai di depan gerbang, Bara di sambut oleh kedua satpam yang khusus menjaga depan rumah mereka selama ini, Bara hanya tersenyum melihat ke arah satpam yang menunduk hormat kepadanya. Kedua satpam itu mengernyitkan keningnya bingung melihat majika mereka yang seperti itu. Biasanya Bara akan cuek melihat mereka namun sekarang mereka melihat Bara sangatlah berbeda dari sebelumnya.
Bara melihat neneknya sedang duduk televisi sambil mengobrol bersama kedua orang tuanya, ia pun menghampirinya dengan segera.
"Oma!" Bara langsung memeluk dan mencium neneknya dengan ekspresi wajah yang terlihat seperti ada sesuatu kabar baik dari cucu nya pagi ini.
"Cucu Oma kenapa begitu bahagia pagi ini?" tanya Oma Reta yang sudah berusia 60 tahun itu.
"Emh. Tidak apa-apa, Oma. Aku hanya merindukan Oma saja, kok," ucap Bara yang tidak ingin memberitahukan kepada Oma nya.
"Jamal, Jamil!" panggil Oma Reta karena ia tahu cucu nya itu sudah berbohong kepadanya.
"Jelaskan!" ucap Oma Reta lagi. Bara menatap kedua pengawalnya dengan begitu dingin supaya kedua pengawalnya itu tidak mengatakan apa-apa kepada Oma nya.
"Oma ... Bara hanya mengantarkan gadis itu ke rumah sakit karena dia sudah menolong Bara dari ikan-ikan hiu yang ingin memakan tubuh, Bara," jelas Bara.
"Cucu Oma, tidak apa-apa, kan?" tanya Oma Reta dengan khawatir.
"Tidak apa-apa, Oma. Jadi, Oma tidak perlu khawatir lagi dengan Bara sekarang."
Oma Reta bernafas dengan begitu lega mendengar cucu kesayangannya tidak apa-apa. Sedangkan kedua orang tua Bara hanya mengeleng-gelengkan kepalanya masing-masing, padahal anak mereka sudah sangat dewasa dan bisa menjaga diri dengan baik, bahkan memiliki 2 pengawal sekaligus berada di sisinya. Namun Oma Reta terus memperlakukan Bara layaknya anak mereka yang masih usianya belasan tahun.
"Baiklah, Oma sebaiknya beristirahat saja terlebih dahulu," ucap Bara dan Oma Reta pun mengangukkan kepalanya dengan pelan sambil tersenyum.
Setelah melihat kepergian Oma nya, Bara berbincang sebentar dengan kedua orang tuanya. Tiba-tiba kembali teringat dengan dirinya yang akan sebentar lagi menemui klien nya untuk melakukan meeting di restoran yang sudah ia pesan sebelumnya. Bara pamit kepada kedua orang tuanya untuk naik ke kamar menyiapkan dirinya dengan segera. Hanya membutuhkan 30 menit saja, sekarang Bara telah bersiap pergi ke kantor.
Kedua orang tua Bara menyuruhnya untuk makan terlebih dahulu. Bara melihat jam di pergelangan tanganya dan ternyata tidak ada waktu lagi untuk serapan bersama dengan kedua orang tuanya, hingga ia hanya sempat untuk berpamitan saja.
Sekarang Bara duduk di kursi mobil, sedangkan Jamal dan Jamil duduk di depan karena salah satu dari mereka berdua ada yang menyetir.
"Jamil!" panggil Bara.
"Ya, Tuan."
"Lacak keberadaan gadis yang menolong ku waktu itu!" ucap Bara memerintah.
"Baik, Tuan." Dengan segera Jamil membuka laptopnga yang begitu mahal dan sangat cangih. Tangannya begitu bergerak dengan dengan sangat cepat, kedua bola matanya terus fokus ke arah layar laptop tersebut dan tidak memerlukan waktu yang lama, kini Jamil menemukan semua info tentang Aileen sekarang.
Senyuman Bara seketika mengembang mendengar pengawalnya itu dengan begitu mudah mencari semua informasi tentang Aileen. Ia menjadi tidak sabar lagi untuk berjumpa kembali dengan Aileen, ia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan yang begitu bagus itu nantinya.
Perlahan-lahan mobil, sudah berhenti di depan restoran yang begitu mewah. Dengan segera Bara turun dari mobil untuk menemui kliennya karena dirinya sudah terlambat 7 menit. Ia berharap klien nya tidak pergi dan mau menunggu dirinya.
"Silahkan, Tuan!" ucap sang pelayan mengantar Bara ke ruang VIP yang di khususkan untuk para pelanggan yang begitu penting. Bara mengikuti pelayan tersebut, hingga ia tiba di sebuah ruangan yang begitu besar dan terlihat begitu sepi.
"Silahkan masuk, Tuan." Bara pun masuk, ia melihat ada seorang laki-laki yang sedang duduk di sofa dengan begitu santai dan ditemani oleh seorang gadis cantik di sampingnya.
"Selamat pagi, Pak. Maaf sudah membuat Anda menunggu lama," ucap Bara.
"Tidak apa-apa," ucap pak Anderson sambil tersenyum.
Sedangkan gadis yang bersama pak Anderson terus menatap Bara dengan intens karena ia begitu sangat terpesona dengan ketampana yang dimiliki Bara.
"Gadis ini begitu sangat centil, sangat tidak cocok dengan penampilannya. Terkecuali ...hanya gadis itu yang terlihat lucu jika centil," gumam Bara tersenyum-senyum dan gadis tersebut merasa Bara sedang tersenyum padanya saat ini, sehingga ia pun dengan sengaja membuka sedikit celah rok mininya yang menampak pahanya yang begitu putih mulus.
Bara merasa benar- benar sangat jijik melihat pemandangan di hadapannya saat ini, sehingga ia pun berganti posisi duduknya karena merasa tidak nyaman sama sama sekali. Padahal yang ia tahu, bahwa gadis tersebut istri dari kliennya itu sendiri.
"Gadis murahan!" gumam Bara dalam hatinya.
"Maaf, Tuan. Sepertinya saya membatalkan saja kerja sama kita," ucap pak Anderson dengan tiba-tiba. Bara begitu terkejut mendengarnya namun, itu semua tidak masalah untuk perusahaanya karena banyak perusahaan lain yang mengantri untuk bekerja sama dengan perusahaanya selama ini.
"Mas, kenapa membatalkannya dengan tiba-tiba?" tanya istri pak Anderson yang merasa kesempatannya hilang seketika ingin berniat mendekati Bara. Sedangkan suaminya sendiri, mengetahui dirinya yang sedang diam-diam menatap laki-laki lain dan itulah alasan pak Anderson membatalkan kerja samanya.
"Kita pulang sekarang!" ucap pak Anderson yang tidak ingin berlama-lama di ruangan tersebut karena semakin membuat dirinya terpancing emosi, melihat istrinya yang begitu sangat memalukan baginya.
Sebelum pergi, Bara ingin menikmati makanan yang tersedia di atas meja makan karena dirinya begitu sangat lapar saat ini. Sehingga ia pun menghabiskan makanan yang sudah ia pesan.