Makan Bersama

1458 Words
Situasi yang di alami Aileen saat ini benar-benar membuat dirinya sudah ingin berteriak saja di depan banyak orang, saking merasa sangat kesal dengan sikap Bara yang tidak bisa berhenti untuk menganggu dirinya. Sedangkan Bara ia malah begitu asik meminum kopi hitam yang sudah di sediakan oleh Aileen, padahal kopi tersebut sangat panas namun dirinya terlihat seperti sedang meminum jus yang dingin saja saat ini. Aileen pun terus menatap Bara dengan sinis, ia pun tiba-tiba berkhayal dirinya sedang menumpahkan kopi itu ke wajah Bara. "Pasti itu sangat menyenangkan," gumam Aileen dalam hatinya yang sangat berharap bisa melakukan hal itu kepada Bara. "Apa yang sedang kamu pikirkan? Apa kamu sedang memikirkan untuk menerima ku sebagai suami mu sekarang?" tanya Bara dengan tiba-tiba. "Tukang ngawur!" "Benar, bukan?" "Kenapa kamu sangat suka sekali berkhayal hal yang tidak-tidak, sih?!" "Berkhayal tidak masalah, lagian juga bakal terkabulkan," jelas Bara dengan percaya diri. Aileen pun meremas rok nya, ia sudah bingung harus bagaimana lagi caranya ia bisa membuat Bara tidak menganggu dirinya lagi. "Apa perlu aku pergi ke dukun saja?" gumam Aileen dalam hatinya, pikiran gadis itu tiba-tiba menjadi tidak karuan sekarang. "Kapan kamu keluar? Aku ingin bekerja sekarang!" "Bukankah bos kamu bilang, bahwa kamu tidak perlu tergesa-gesa untuk bekerja, kan?" "Tapi aku ingin bekerja! Sebaiknya kamu pergi sekarang!" Bara tidak perduli mendengar ucapan Aileen yang berusaha untuk mengusir dirinya, sedangkan Aileen ia langsung pergi ke meja kerjanya dan mengabaikan Bara yang berada di ruang kerjanya, ia tidak perduli lagi jika Bara tidak ingin keluar yang terpenting dirinya bisa mengerjakan pekerjaannya dan bisa pulang secepatnya. Apa lagi jam sudah menunjukkan pukul 4 sore dan sebentar lagi jam kerja juga sudah habis. "Ternyata aku seharian ini bersamanya," gumam Aileen yang baru saja menyadari itu semua. "Apa yang kamu kerjakan?" tanya Bara dan Aileen hanya diam saja tanpa menyahuti laki-laki itu. Bara mencoba untuk bersabar dan mencari berbagai cara supaya Aileen mau berbincang dengannya lagi karena ia sangat merasa terhibur jika gadis itu terus berada di sampingnya. Selama ini Bara selalu dalam kesendirian dan tidak pernah melakukan hal yang konyol seperti sekarang. "Aku ingin mengajak mu untuk makan malam bersama, apa kamu mau?" tanya Bara. "Bawa saja orang lain, kamu lihat sendiri aku sedang sibuk." "Aku hanya ingin membawa kamu saja." "Tapi aku sedang sibuk dan tidak memiliki banyak waktu." "Aku akan menunggu kamu ketika kamu sedang tidak sibuk lagi." "Aku akan terus sibuk." "Bagaimana mungkin sampai seperti itu?" "Ya, mungkin saja." "Lalu apa kamu tidak mandi, makan ataupun tidur?" "Itu urusan ku! Intinya kamu segeralah pulang!" "Aku tidak ingin pulang sebelum mengajak kamu makan malam." "Bara, aku harus bagaimana lagi mengatakannys supaya kamu bisa mengerti?!" "Aku hanya ingin mengajak kamu makan malam, begitu sulitkah kamu jangan menolaknya?" "Lalu bagaimana denganmu? Apakah kamu bisa, supaya tidak menganggu ku lagi?" Bara pun seketika terdiam, ia memang tidak bisa melakukan hal apa yang di katakan oleh Aileen karena harapannya hanyalah ingin Aileen menjadi miliknya dan tidak akan membiarkan orang lain untuk mendekati gadis itu sedikit pun. "Aku tidak bisa. Lalu kau ingin apa?" "Aku pun juga tidak bisa untuk melakukan apa yang kamu mau!" balas Aileen sambil matanya terus menghadap ke arah komputer nya dan tangannya terus bekerja, walaupun sering mengetik kalimat yang salah namun, Aileen akan memperbaiki nya dan memeriksanya kembali sebelum ia menyerahkan kepada bos nya nanti. Bara pun akhirnya pasrah saja mengajak Aileen untuk makan malam dan ia pun pergi keluar dari ruang kerja gadis itu dengan rasa penuh kekecewaan. Sedangkan Aileen merasa sangat lega karena laki-laki itu sudah pergi dari hadapannya dan sekarang ia bisa tenang lagi. Ia sangat berharap Bara tidak lagi kembali menganggu dirinya nanti. Aileen melihat jam di pergelangan tangannya sudah menunjukkan pukul 5 sore, ia merasa bekerja hari ini benar-benar tidak terasa akibat kehadiran Bara yang terus menganggu dirinya. Aileen pun memutuskan untuk segera pulang apartemennya namun, ketika mencari kunci mobilnya tiba-tiba saja ia tidak melihat kunci mobil tersebut berada di dalam tasnya. Ia pun mencari di segala arah sisi, tetap saja Aileen tidak melihat benda kecil itu. "Dimana kunci mobil ku, ya?" gumam Aileen yang sudah mulai gelisah. "Apa mungkin berada di dalam mobil ku? Tapi, aku rasa tidak." Aileen terus bergumam sendiri sambil berpikir dimana dirinya meletakkan kunci yang sangat penting itu. Gadis itu sampai memijit kepalanya pusing sekarang, ia tidak menyangka dirinya selalu mengalami nasib sial hari ini. "Apa mungkin ..." Aileen pun segera berlari sambil membawa tasnya karena ia baru saja teringat akan sesuatu hal saat ini. Sesampai di parkiran, Aileen terus mencari-cari keberadaan seseorang yang tentunya siapa lagi kalau bukan Bara sendiri. Saat dirinya menumpang naik ke dalam mobil Bara, ia tidak sengaja menjatuhkan tasnya dan ia rasa saat itulah kunci mobilnya terjatuh dan tertinggal di dalam mobil milik Bara. "Kemana laki-laki itu? Biasanya ia terus bergentayangan dimana-mana dan sekarang ketika dicari malah sudah di temukan!" kesal Aileen. "Apa aku berjalan ke kantor nya saja untuk menemuinya?" Aileen memutuskan untuk langsung pergi ke kantor Bara dan sangat berharap laki-laki itu belum pulang saat ini. Tidak memerlukan waktu yang lama untuk berjalan menuju ke kantor, kini dirinya sudah ada di depan kantor yang besar dan megah itu. Aileen melihat beberapa karyawan sudah pulang dan ada juga masih duduk di hadapan komputer nya karena sebagian karyawan memilih untuk lembur malam ini. "Permisi, Mbak. Apa pak Bara nya masih belum pulang?" tanya Aileen. "Iya, belum. Apa Anda Nona Aileen yang di maksud, pak Bara?" tanya salah satu karyawan yang bekerja disitu. Aileen mengangkukan kepalanya dengan ragu. "Iya, benar." "Kalau begitu, Nona silahkan ikut saya," ucap karyawan tersebut, lalu Aileen pun mengikuti gadis yang bekerja di kantor itu dan masuk ke dalam lif menuju ke lantai 12, Aileen sangat berharap Bara tidak mempersulitkan dirinya lagi setelah ini. Sesampai di depan ruangan, Aileen terdiam membisu sebentar. Ia bingung haruskah ia masuk atau tidak saat ini namun, dirinya juga perlu menanyakan keberadaan kunci mobilnya itu kepada Bara supaya bisa secepatnya pulang. Walaupun sebenarnya ia bisa pulang tanpa membawa mobilnya dan di apartemen nya juga, Aileen memiliki kunci mobil cadangan tapi ia lebih baik mengambil kunci mobil tersebut karena ia juga merasa tidak yakin kemana kunci cadangan itu ia simpan di apartemennya. Selama ini Aileen hanya memakai satu-satunya kunci mobil itu dan terutama kunci mobil tersebut terdapat sebuah boneka yang begitu berarti baginya karena boneka kecil itu adalah kado ulang tahun dari nenek tersayangnya yang sudah meninggal. Ia tidak mungkin membiarkan pelampung kunci nya hilang begitu saja. Akhirnya Aileen memutuskan untuk masuk saja dan menemui Bara ke dalam ruangan yang terasa begitu sepi itu. Aileen masuk ke ruangan pribadi Bara dan ia Bara sedang menikmati anggur merah dengan begitu santai di sofa sambil melihat ke arahnya, Aileen merasa suasana saat ini benar-benar sangat cangung seolah-olah dirinya baru saja membuat masalah dengan Bara. "Duduklah!" ucap Bara lalu menuangkan minuman itu ke dalam gelas kaca untuk Aileen. "Aku tidak ingin berlama-lama, aku kemari hanya ingin menanyakan keberadaan kunci mobil ku," ucap Aileen. "Duduklah terlebih dahulu." "Bara, aku sangat lelah dan ingin beristirahat." "Apa aku ada menyuruh bekerja tadi?" Aileen pun terdiam. "Duduklah!" ucap Bara lagi dan gadis itu pada akhirnya memilih untuk duduk, sambil wajahnya cemberut tidak suka menatap Bara. Bara pun berdiri dan membukakan pintu setelah mendengar suara ketukan pintu dari luar, ia kemudian mempersilahkan kedua orang masuk sedang membawakan sesuatu di kedua tangannya masing-masing. Aileen hanya menatap bingung dan sekaligus penasaran apa yang telah Bara lakukan lagi saat ini. "Kemarilah!" ajak Bara dan Aileen hanya bisa menurut saja. "Ada apa?" Bara tidak menjawab pertanyaan Aileen, laki-laki itu begitu asik membuka kota yang berada di atas meja yang ternyata isinya adalah berbagai macam menu makanan di dalamnya. "Segeralah makan makanan ini sebelum dingin." "Kau menyiapkan untuk ku?" "Bukan hanya untuk mu, aku juga ingin makan." "Aku kira hanya untuk ku." "Kalau kamu bisa menghabiskannya, aku tidak mempersalahkan hal itu," ucap Bara. "Sudahlah, sebaiknya kamu juga ikut makan." Aileen dengan segera mengambil sendok makan yang sudah disediakan di atas meja, ia merasa dirinya tidak perlu sungkan ataupun malu kepada Bara karena makanan tersebut juga memang di sediakan untuknya. Jadi, ia rasa dirinya tidak perlu menyia-nyiakan itu semua sekarang. "Katanya kau tidak ingin makan malam denganku." "Ini karena kamu yang memaksa ku, lagian ... ketimbang makanan ini dibuang. Sebaiknya aku memakannya saja," ucap Aileen yang seketika membuat senyuman terukir indah dibibir Bara. "Makanlah yang banyak." "Tentu saja." Melihat Aileen yang makan dengan sangat lahap, Bara pun juga ikut makan sambil sesekali memandang ke arah gadis yang sedang makan juga bersamanya. Ia mengira Aileen akan menolaknya lagi sama seperti di kantor tempat gadis itu bekerja. *** Sekarang sudah menunjukkan pukul 8 malam dan Aileen berniat untuk segera pulang ke apartemen, ia pun meminta kunci mobilnya supaya Bara memberikan untuknya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD