SETUJU

693 Words
"Lalu kita harus bagaimana?" Zio memandang wajah istrinya dengan tatapan yang bingung. "Huuuh, aku tidak tahu Zi, tapi sepertinya aku memang harus setuju kamu menikah lagi. Tapi biarlah aku yang akan cari istri baru mu nanti." Jawab Alena dengan wajah sendu nya. "Apa kamu yakin?" Zio tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh istri nya. "Aku yakin Zi, tapi..." Alena tidak melanjutkan perkataannya. "Tapi apa ?" Zio menatap intens wajah istrinya yang terlihat makin cantik di matanya. "Tapi setelah menikah dan melahirkan satu anak aku ingin kamu menceraikan nya, anggap saja ini sebagai pernikahan kontrak" Jawab Alena dengan tegas. "Apa ada yang mau dengan pernikahan semacam itu?" Zio tak percaya dengan kata-kata yang didengarnya. "Tentu saja ada, nanti aku pasti akan mendapatkan nya." Jawab Alena dengan yakin. "Baiklah kalau begitu. Aku akan mempercayakannya padamu sayang." Jawab Zio dengan lembut, diiringi helaan nafas gusar. Alena memeluk erat suaminya. Dia begitu mencintai Zio, tapi juga mencintai karirnya. Kehadiran anak hanya akan menghambat karirnya saja menurut nya. Dia tidak ingin bentuk tubuh nya rusak, gendut, atau pun tidak kencang setelah melahirkan. Terlebih, dia tidak suka mendengarkan rengekan dan tangisan bayi nantinya. Itulah yang menyebabkan dirinya memilih untuk KB dan belum mau melepaskan nya. Zio mengecup bibir Alena dengan lembut. Alena membalas nya dengan panas, akhirnya aktivitas ciuman itu berubah menjadi makin panas. Zio sudah tak bisa mengendalikan hasratnya, kini tangan nya sudah bergerilya menyentuh semua bagian dari tubuh istrinya itu. Kini mereka sudah berada diatas kasur king size yang empuk, bibir mereka saling bertemu, sementara tangan Zio mulai menyusup menyentuh squishy milik Istrinya yang besar dan kenyal. Aktivitas pun makin hot, hingga akhirnya terjadilah hubungan intim yang begitu panas antara Zio dan Alena istri nya. Heheh bayangin aja sendiri, apa yang terjadi selanjutnya? Ups hanya untuk 21+ ya. Bocil dan yang masih belum nikah dilarang baca! Setelah aktivitas panas itu selesai, tubuh mereka kini tertidur. Zio memeluk tubuh Alena yang masih polos. Usai Sarapan, Di Rumah Zio "Bagaimana apa sudah ada keputusan?" Tanya ibu Zio, menatap ke arah Alena penasaran. "Iya bu, aku sudah memutuskan kalau aku yang akan mencarikan istri untuk suamiku." Jawab Alena yakin. "Benarkah? Apa kamu yakin Lena? Apa kamu bisa mencari istri untuk suamimu?" Tanya mama mertuanya dengan tak percaya, dia menatap Alena lekat-lekat. "Aku yakin bu, hari ini aku akan pergi menemui temanku. Dia punya banyak kenalan, aku mungkin akan menemukan wanita itu di sana." Jawab Alena meyakinkan mama mertuanya. "Baiklah kalau begitu, tapi ingat mama ingin wanita baik-baik, wanita yang masih perawan. Mama gak mau Zio dapat bekas orang!" Ujar ibu mertuanya dengan tegas. "Oke bu, aku pasti akan mencari yang terbaik." Jawab Alena mantap, diiringi helaan nafas panjang. Ada-ada saja pikirnya, harus perawan apa tidak salah. Zio sendiri kan sudah berusia matang, meski dia begitu memesona. Sementara itu Zio dan ayahnya saling lempar pandang. Mereka geleng-geleng kepala mendengar obrolan mereka, terutama saat mendengar perkataan ibu Zio. "Tapi jika kamu tidak dapat menemukan calon istri untuk Zio, maka ibu yang akan mencarikan nya." Lanjut mama dengan tegas. "Baiklah Bu, ibu tenang saja." Jawab Alena, mulai bosan sebenarnya, dengan segala bahasan mertuanya yang terus membicarakan calon istri untuk suaminya. Waktu sudah menunjukkan jam delapan pagi. Zio segera pamit kepada orang tuanya untuk pergi ke kantor, begitu pula Alena pamit untuk pergi bertemu dengan teman nya. Dia sudah membuat janji. Zio Dia mengendarai kendaraan dengan kecepatan sedang, otak nya seakan penuh dengan perkataan mama nya yang selalu menginginkan cucu. Tak bisa dipungkiri dirinya pun menginginkan keturunan, apalagi usianya yang sebentar lagi menginjak empat puluh tahun. "Lena sayang kenapa kamu lebih memilih aku menikah lagi, daripada mengandung anak ku. Lebih penting karir kah daripada suamimu ini." Batin Zio terus meronta sebenarnya, tapi rasa cintanya kepada Alena membuatnya tak bisa menolak kemauan wanita itu. Kini dirinya sampai di perusahaan milik nya. Segera memarkirkan mobilnya, lalu masuk ke kantor dengan naik lift khusus pembesar perusahaan. Di ruangannya, setumpuk berkas sudah menunggu. Dengan serius ia bekerja. Zio adalah sosok pekerja keras, dia selalu serius dalam setiap pekerjaan nya. Dia sosok yang dingin dan jarang bicara, kecuali dengan orang-orang terdekat nya. Zio bisa berlaku lembut dan romantis kepada orang yang di cintai nya, seperti kepada Alena misalnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD