Kebaya Nikah

1075 Words
Naya mengikuti dari belakang, kemudian masuk ke dalam mobil. "Pak Agus, ke butik." Ucap Zio. "Baik tuan." jawab pak Agus, dia sudah tahu butik langganan keluarga Zio. Di dalam mobil Naya dan Zio tak berbicara apapun. Mereka sibuk dengan pemikiran mereka sendiri. Naya yang merasa canggung memilih untuk memainkan ponselnya, dia membaca novel online pavorit nya. Begitu pula dengan Zio, dia membuka aplikasi chat dan menelpon Alena isteri nya. Tut Tut Tut Tut Setelah dua kali menghubungi nya, Alena baru menjawab telponnya. "Halo sayang?" Terdengar suara Alena yang lembut mendayu. "Kamu lagi ngapain sayang?" Zio tersenyum senang mendengar suara Alena. "Aku baru saja selesai pemotretan," jawab nya. "Pemotretan? Bukannya sudah selesai? Kamu bilang hari ini kamu pulang." Terdengar nada kecewa dari suara Zio. "Maap, ada pemotretan tambahan dan dadakan untuk 3 hari kedepan. Kamu baik-baik di sana ya dan jangan sampai jatuh cinta sama perempuan itu." Suara Alena terdengar tegas. "Mana mungkin aku akan jatuh cinta padanya, kamu satu-satunya yang ada di hati ku." Zio berkata dengan sangat yakin, ekor matanya melirik ke arah Naya yang terlihat Pokus pada ponselnya. Sebenarnya Naya mendengar semua perkataan Zio, namun dia tidak ambil pusing. Toh aku tidak mencintai Zio pikirnya. Setelah berbicara cukup lama di telpon, Zio mengakhiri percakapan nya. Karena, mereka sudah sampai di butik. "Sudah dulu ya sayang, sampai ketemu." "Iya, aku sangat merindukanmu." "Tut" Sambungan telpon pun Zio tutup. "Ayo turun sudah sampai." Ajak Zio, dengan cepat Naya turun mengekori Zio. Kini mereka sudah berada di dalam butik. "Selamat siang tuan Zio, ada yang perlu kamu bantu." Sapa seorang wanita matang berwajah cantik yang merupakan pemilik butik. "Saya ingin mencari kebaya nikah untuk dia." Menunjuk dengan telapak tangan nya. "Oh, dengan nona siapa ini?" Sapa nya ramah. "Saya Naya." jawab Naya, mengulurkan tangannya dengan sopan. "Saya Santi, pemilik butik ini." Menerima jabatan tangan Naya dengan ramah nya. "Mana calon suami nya?" Santi celingukan mencari sodok pria yang akan menjadi suami Naya. "Saya." Zio berkata dengan datarnya. "A~apa, anda? Apa saya tidak salah dengar!" Terkejut, karena setahunya Zio adalah suami dari Alena. "Begitulah. Sebaiknya kamu cepat tunjukkan kebaya yang kamu punya yang cocok untuk nya. Pernikahan kami besok." Zio menatap Santi dengan tatapan yang tajam menyuruh nya berhenti bertanya. "Baiklah, ayo nona ikut saya." Tersenyum ke arah Zio, lalu ke arah Naya. Naya mengikuti Santi ke ruangan dimana banyak baju kebaya modern berjajar rapi. Santi menunjukkan sebuah kebaya dengan model simpel namun elegan yan di hiasi mutiara dan manik-manik berkualitas. Naya membawa nya ke ruang ganti, baju itu begitu pas dengan Lekukan tubuh Naya. Bagian dadanya yang agak rendah dan pas membuat benda padat itu menonjol sempurna. Naya tampak sexi dan mempesona dengan kebaya itu. "Bagaimana?" Naya berdiri di depan Zio. Zio menatap Naya kagum, sampai ia menelan saliva nya dengan susah payah. Lekukan tubuh Naya membuat nya b*******h. "Ehmm, ya sudah yang itu saja udah pas untuk kamu." Dengan cepat memalingkan wajahnya ke arah lain dan pura-pura menelepon. Zio tidak sanggup lagi menatap Naya yang terlihat sangat menggoda. "Oke." Naya tak banyak bicara dan tak berharap akan di puji oleh Zio. Karena dia hanyalah seorang wanita yang dinikahi bukan atas dasar cinta, melainkan kontrak pernikahan. Usai dari butik, Zio mengantarkan Naya pulang ke rumah nya. "Terimakasih tuan." Naya mengangguk hormat setelah sampai di halaman rumah nya. Zio tak menjawab dia hanya mengangguk saja, kemudian pergi meninggalkan Naya. Saat Naya akan masuk ke rumah, tampak Nayla keluar dari dalam rumah. "Habis dari mana?" Nayla terlihat iri. "Membeli cincin nikah sama kebaya untuk akad besok." Naya melengos masuk ke dalam kamarnya. "Sombong kamu, mentang mentang mau nikah sama orang kaya!" Dengan nada ketus, mengikuti Naya ke kamarnya. "Salah sendiri kenapa kakak menolaknya. Dia itu sangat baik kak!" Sengaja memanasi kakak nya. "Cincin nikah ku saja harga nya 300 juta, dan kebaya ku harganya 11 juta. Wah dia itu holang kayah." Sengaja dengan nada mengejek untuk memanasi kakak nya. Dia kesal karena penolakan kakak nya membuat dia harus menikah muda. "Apa? Semahal itu!" Nayla pergi keluar dari kamar Naya dengan kesal. Naya tertawa sendiri dengan tingkah kakak nya itu. Dia tahu benar seperti apa kakak nya. Dia matre dan ingin selalu morotin uang pacarnya yang suami orang itu. Nayla merasa lelah, dia segera tidur sambil memeluk guling. Zio Zio sampai di rumah nya. " Udah belanja cincin sama kebaya nya?" Mama nya langsung mencecar Zio yang baru sampai di ambang pintu. "Mah, biarkan dulu Zioio istirahat. Mungkin dia capek." Ujar sang papa. "Mama kan cuma penasaran, pah." Raut kurang senang tampak dari wajah mama nya. Zio tersenyum lalu menjawab pertanyaan mama nya, setelah dia duduk di samping mama nya itu. "Udah mam, mama tenang aja." "Syukurlah, tapi apa tidak masalah kalian hanya nikah siri tanpa adanya pesta? Naya kan perawan dan dia masih muda?" Mama merasa khawatir. "Dia udah setuju mam. Mama dan papa gak usah khawatir." Menenangkan mamanya. "Zio ke kamar dulu ingin mandi." Ujar Zio, dia langsung pergi meninggalkan mama dan papa nya. Dia segera masuk ke kamar dan membersihkan diri. Sementara itu mama dan papa nya mengobrol. Membahas tentang pernikahan kedua Zio, anak nya. "Semoga isteri nya yang sekarang bisa memberikan kita cucu pah." Mama Zio sangat berharap pada Naya. "Semoga saja." Sahut papa zio, dia sudah menyerahkan semuanya kepada Tuhan. Rumah Sakit Naya pergi ke rumah sakit sekitar jam tujuh malam. Dia menemui ibunya dan melihat kondisi ayah nya. Ayah nya sudah selesai di operasi, keadaan nya lebih baik. Namun, untuk menghadiri pernikahan dan menjadi wali nikah, ayah nya belum sanggup. Tubuhnya masih lemah, bahkan untuk bicara saja masih agak kesulitan. Sehingga untuk wali nikah besok akan di wakilkan kepada paman nya. "Ayah cepat sembuh ya. Doa kan Naya bahagia dengan Pernikahan ini. Ayah tidak perlu banyak pikiran, yang perlu ayah pikir kan hanya satu yaitu 'ingin sembuh'." Naya berbisik di telinga ayah nya. Ayah nya menatap Naya dengan sendu."Maapkan ayah." Air matanya menetes, dia sangat menyesal dengan pernikahan Naya. Naya harus berkorban untuk biaya berobat dan keperluan keluarga nya. Ayah Naya memang tak membuka matanya saat itu, namun dia mendengar jelas percakapan isteri dan anak nya mengenai rencana pernikahan nya dengan Zio. "Apa yang ayah kata kan? Sudah ku bilang ayah cukup 'ingin sembuh' saja tidak usah memikirkan hal lain nya." Naya menggenggam tangan ayah nya. Naya tinggal di rumah sakit sampai jam 9 malam, setelah itu dia pulang. Karena esok nya dia harus bersiap untuk menikah. Naya dan keluarga tidak menyiapkan apapun. Zio sudah menghandle semuanya. Bersambung.....
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD