Yakuza: 7

1022 Words
Suara musik tradisional Jepang terdengar mengalun dengan lembut memenuhi ruang temaram dengan aksen rumah Jepang yang kental di sana. Aroma wangi dari lilin pengharum ruangan menyebar dengan lembut semakin menambah siapa pun orang yang berada di sana menjadi lebih merasa santai dan tenang. Seorang wanita bertubuh elok dengan rambut panjang sepunggung yang terurai indah menyebar di sekitar bantal yang ditindihnya, kini terlihat memejamkan mata dan menikmati tiap rasa sakit dari tusukan jarum yang menusuk kulit telanjang bagian bahu sebelah kiri. Seolah rasa sakit itu bukanlah apa-apa bagi wanita berbibir merah merona tersebut. Dengan kedua tangan magis dari seorang pria yang bertalenta, bahu mulus nan putih itu kini terhiasi dengan gambar bunga mawar merah yang terlihat begitu indah, nan menggoda. Membuat kulit mulus itu terlihat semakin seksi di mata seorang pria mana pun yang melihatnya. “Semuanya terlihat begitu sempurna, Mayuna-san. Kau bagai mawar merah yang mempesona dan berbahaya,” ucap pria tersebut dengan senyuman nakalnya, berbisik tepat di depan telinga wanita yang dipanggil Mayuna tersebut. Membuat wanita itu tersenyum miring merasa senang dengan pujian murahannya. Sudah biasa bahwa seorang pria akan mencoba untuk merayu atau pun mendekatinya. Semua itu karena kecantikan dan keanggunan yang dimilikinya. Mereka bisa menikmati keindahan dirinya, namun tidak semua pria bisa menikmati dirinya secara langsung. Begitulah wanita itu terkenal di kalangan pria. Setangkai mawar merah berduri sangat cocok untuk menggambarkan kepribadian wanita tersebut. “Kerja yang bagus, Zunto-kun,” balas wanita tersebut sembari mulai bangkit mendudukkan diri dengan gerakan yang begitu anggun, membiarkan jubah sutra yang dipakainya tersampir sebagian di sekitar bahunya, menunjukkan kulit mulus punggungnya serta belahan d**a yang hampir menyembul keluar semua, tanpa berniat untuk memperbaiki jubah lembut tersebut. Seolah wanita itu sengaja melakukan hal demikian hanya untuk menggoda pria tampan yang secara pribadi dimintanya untuk melakukan seni tato pada tubuhnya tersebut. Tentu saja pemandangan indah itu tidak akan disia-siakan oleh pria bernama Zunto tersebut. Secara terang-terangan pria itu menatap keindahan yang terpampang bebas di depan matanya dengan seringai lebar. Semua hal itu sudah biasa baginya. Pekerjaannya yang merupakan pembuat seni tato terkenal dengan wajah yang tampan membuat dirinya menjadi pria yang banyak dicari oleh gadis mau pun wanita. Mereka semua seolah berlomba-lomba ingin mencoba sentuhan tangannya yang bisa menghasilkan karya indah pada tubuh cantik mereka. Di lain sisi, tentu ada motif tersendiri bagi para gadis itu yang rela membuka pelindung tubuh di depan matanya tanpa ragu selain kemampuan seni pria itu. Apa lagi jika bukan sebuah Kenikmatan duniawi? Selain kemampuan seninya, Zunto juga dikenal dengan kemampuan mainnya di atas ranjang karena itu, banyak wanita yang berlomba ingin memanggil dirinya. Tentu saja tidak semudah itu untuk bisa memanggil pria tampan itu, karena Zunto juga sering kali memilih pasangan. Tentu saja dia akan memilih pasangan yang memungkinkan untuk memberinya benefit atau pun kesenangan tersendiri. Kini pria itu telah mendapat panggilan dari salah satu wanita paling berpengaruh di kota mereka. Mayuna. Wanita cantik yang digilai banyak pria. Namun yang paling penting adalah Mayuna merupakan salah satu wanita yang memiliki kedudukan tinggi di kota mereka, yaitu istri dari seorang Pemimpin Yakuza. Tentu saja Zunto tidak akan berani untuk bertindak lebih walau pun sebenarnya pria itu ingin. Dirinya tidak akan pernah berani meletakkan hidupnya di ujung jurang hanya karena berani menyentuh wanita dari pria yang merupakan pemimpin kelompok Yakuza bagian Timur tersebut. Sebuah organisasi berbahaya yang tidak pantas untuk dipandang rendah bagi mereka jika tidak ingin mati secara mengenaskan. “Tidakkah kau ingin melihat hasilnya, Mayuna-san?” tawar Zunto sembari menatap hasil karyanya yang tercetak dengan indah pada kulit putih bersih itu. Membuat pria itu merasa puas. “Aku yakin kau tidak akan mengecewakanku, Zunto-kun,” jawab wanita itu dengan penuh percaya diri. Mata Zunto yang menatap bahu itu kini beralih ke arah sisi wajah Mayuna yang tengah melirik ke arahnya dari samping. Mata cantik berbulu mata tebal itu nampak secara terang-terangan menggodanya dengan sudut bibir yang tersenyum nakal. Zunto semakin menyeringai lebar mendengar pujian sekaligus godaan manis itu. “Ahhh~ kau membuatku merasa tidak berarti di bawah sini, My Lady,” keluh pria itu dengan memberikan raut wajah yang dibuat sedih menatap ke arah tubuh di antara kedua kakinya yang mulai terlihat menonjol tidak tahu diri. Mata cantik Mayuna mau tidak mau ikut beralih memerhatikan area yang menonjol itu dengan anggun. Menertawakan wajah sedih pria itu yang terlihat sekali sangat menginginkan dirinya. “Mungkin bukan hari baikmu kali ini, Zunto-kun,” jawabnya dengan santai. Ya, wanita itu memang sengaja hanya berniat untuk menggoda, namun tidak berniat untuk melakukannya hari ini. Mengingat acara pemakaman suaminya baru saja dilaksanakan beberapa bulan yang lalu. Meski sudah melewati beberapa bulan, namun bukan berarti dirinya bisa bertindak bebas saat ini, karena wanita itu tahu dengan pasti bahwa beberapa pria suruhan ayah mertuanya tengah mengawasi tiap pergerakan kecil dirinya sejak itu. “Huh sayang sekali,” balas pria itu dengan senyum pasrah. Sepertinya memang hari ini bukan hari keberuntungannya. Dirinya harus melepas ikan mas yang tengah asik berenang tepat di depan mata seperti ini. Setelah pembicaraan kecil itu, suara ketukan pintu dari luar kamar terdengar. “Mayuna-san,” panggil salah satu pelayan yang dipercayainya dari luar. “Masuk,” titah wanita itu dengan mantap. Setelah mendapat ijin, barulah pintu ruangan bergeser ke samping menampilkan seorang wanita paruh baya dengan pakaian Kimono sederhana, jenis pakaian yang merupakan pakaian tradisional wanita Jepang, datang mendekati Mayuna dan berbisik di telinganya. Mendengar apa yang disampaikan wanita tersebut, Mayuna langsung menyipitkan kedua matanya dengan raut wajah dingin. “Heh, akhirnya gadis itu tiba juga di sini?” ucap Mayuna yang lebih cocok untuk diri sendiri, diikuti dengan senyuman yang diliputi aura kebencian. Mata wanita itu menatap lurus ke depan dengan begitu tajam seolah dirinya tengah menatap sesuatu yang paling dibencinya. “Kita lihat saja, bagaimana gadis kecil itu akan bertahan di tempat ini.” Melihat bagaimana raut wajah cantik itu berubah menjadi gelap bagai seorang iblis dalam sekejab mata, membuat Zunto menelan air ludah dengan susah payah. Memang kecantikan terkadang tidak bisa menutupi sifat alami dari seorang wanita iblis seperti Mayuna. Wanita yang tidak memiliki cukup hati untuk mengasihani musuhnya yang menderita tepat di depan mata. Dia merupakan wanita yang sangat cocok untuk ikut berkecimpung dalam organisasi gelap seperti Yakuza.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD