Bab 7. Si Pembuat Onar Dan Dendam Kesumat

1135 Words
Semenjak Aldrich berusaha mencuri teddy bear milik Chloe dan hampir berhasil, Chloe jadi semakin marah pada Aldrich. Terlebih saat boneka itu benar-benar hilang, Chloe langsung menuduh Aldrich yang mencurinya. Namun tak ada bukti dan Chloe tak di dukung baik oleh orang tuanya maupun kakaknya Rei. Chloe jadi semakin dendam dan terus menerus mengatai Aldrich sebagai pencuri. Dan Aldrich yang semula ingin berteman dengan Chloe jadi balik memusuhinya. Seiring dengan berjalannya waktu keduanya tak pernah akur meski kerap bertemu saat acara keluarga atau makan malam di Golden Dragon. Dan permusuhan itu berlanjut sampai saling mengerjai satu sama lain. Sebagai kakak, Rei tak sanggup lagi memisahkan perdebatan terbuka Aldrich dan Chloe atau bahkan saat keduanya saling mengerjai. Chloe tak takut sama sekali pada Aldrich dan sering menjailinya dengan merusak barang-barangnya. Sementara Aldrich menjaili Chloe dengan mengotori rok atau pakaiannya. BHUK – Chloe melempar buku catatannya yang berisi lirik lagu yang telah dihiasi banyak stiker dan tempelan hiasan lainnya. Buku itu adalah kesayangan Chloe dan Aldrich dengan sengaja menuangkan saus tomat ke atasnya sampai kertasnya rusak. “Ayo mengaku jika kamu yang melakukan semua ini!” pekik Chloe menunjuk marah pada Aldrich yang duduk bersama Ares, Jupiter serta Andrew. Ares cukup tersentak kaget dengan bentakan Chloe yang akhirnya menarik perhatian hampir seluruh penghuni kantin. Namun Aldrich hanya santai melirik dan meletakkan burger yang tengah ia makan di atas piring. Barulah kemudian ia menoleh pada Chloe yang sudah berang setengah mati padanya. “Apa kamu tahu jika menuduh tanpa bukti itu adalah fitnah dan kamu bisa di penjara karena itu?” sahut Aldrich dengan angkuhnya. Usianya 11 tahun tapi sudah bisa membantah dan membawa-bawa nama hukum. Chloe yang sebenarnya lebih sering kalah debat dengan Aldrich yang genius tak pernah mau kalah. Baginya pantang kalah dari Aldrich. “Jangan berkelit! Aku tahu kamu yang sudah melakukan semua ini!” tunjuk Chloe ke wajah Aldrich. Seketika Aldrich jadi makin berang dan mulai bangun dari kursinya. Ares yang ada di sebelah lantas memegang lengan Aldrich agar ia tak kelepasan dan berbuat hal yang tak seharusnya pada Chloe. “Jangan sembarangan menuduhku! Untuk apa aku melakukan semua ini?” “Karena kamu laki-laki pengecut yang hanya bisa menjaili anak perempuan!” balas Chloe tak kalah sangar. “Apa katamu? Kamu yang pengecut! Berapa kali kamu merusak barang-barangku dan aku hanya diam saja?” balas Aldrich balik membentak. “Kamu tidak bisa menuduh seseorang tanpa bukti atau itu berarti fitnah!” balas Chloe mengolok dengan membalikkan kalimat Aldrich sebelumnya. Aldrich melotot sempurna pada Chloe seakan ingin menelannya hidup-hidup. Saat itulah Andrew ikut bangun dan menenangkan keduanya. “Jangan bertengkar lagi. Kalian menarik perhatian semua orang,” tegur Andrew dengan lembut pada keduanya. Chloe sedikit menoleh pada Andrew yang sekilas tersenyum padanya. Chloe pun ingin mundur dan mengambil bukunya lagi. Namun Aldrich makin menyiram bensin dan menyulut api lebih besar. “Huh, buku jelek saja harus dipermasalahkan. Kalau kamu ingin jadi penyanyi dengan suaramu yang pas-pasan itu, sebaiknya mulai menghafal liriknya bukan malah menulisnya dalam sebuah buku catatan!” ejek Aldrich makin menghina Chloe. Chloe makin berang dan menggeram keras. Beberapa siswa bahkan ikut terkikik mendengar ocehan Aldrich tentang buku catatan Chloe. “Awas kamu! Kamu tidak akan pernah selamat dariku!” ancam Chloe langsung berbalik pergi dengan rasa marah. Aldrich menyeringai lalu menoleh pada Ares dan Andrew yang hanya bisa menggelengkan kepalanya. Pembalasan Chloe benar-benar terjadi dua hari kemudian. Entah seperti apa Chloe membobol loker milik Aldrich dan mencuri jaket baseball tim sekolah yang bertanda tangan pemain terkenal Derek Jeter. Setelah mencurinya. Chloe membawanya ke dalam kelas yang kosong lalu menempelkan permen karet bekas ke bagian yang ada tanda tangannya. “Kamu pikir aku tidak bisa membalasmu, heh! Dasar berang-berang!” ejek Chloe menjulurkan lidahnya pada jaket yang sedang ia tempeli. Setelah puas, Chloe mengembalikan jaket itu ke tempatnya seperti semula. Dan kericuhan pun terjadi usai pulang sekolah. "DAD ... MOM!" teriak Aldrich baru pulang dan langsung membuat kericuhan. Ia membanting pintu dan mengetuk pintu ruang kerja Aidan. "Apa yang kalian lakukan di dalam?" tegur Aldrich setengah menghardik begitu ayahnya keluar. Ayahnya Aidan baru keluar dengan rambut acak dan kemeja yang tak terkancing rapi. Aidan hanya menaikkan alis dan Aldrich yang kesal berbalik berjalan ke arah dapur. Ibu Aldrich yaitu Malikha yang juga ikut keluar lantas berbalik pada Aidan untuk mengancingi pakaiannya sambil mengucek rambutnya. "Rapikan dirimu, Aidan!" perintah Malikha pada Aidan yang menyengir bodoh. Malikha langsung pergi menyusul Aldrich ke dapur. Ia terlihat tengah membersihkan sesuatu yang lengket dari jaketnya di wastafel. "Apa yang terjadi, Sayang?" tanya Malikha mengambil jaket Aldrich. "Ahk ... aku benci gadis itu!" gerutu Aldrich lalu duduk dengan kesal di kursi meja makan. Malikha mengernyitkan kening lalu melihat lagi jaket yang ditinggalkan Aldrich padanya. Bagian belakangnya tertempel permen karet dan itu merusak bahannya. Aidan baru masuk beberapa menit kemudian dan langsung mendapat semburan kekesalan Aldrich. "Aku mau pindah sekolah, Dad!" Aidan mengernyitkan kening dan duduk di depan putranya. "Kenapa?" "Aku tidak mau satu sekolah dengan si nenek sihir itu." Aidan makin mengernyitkan kening lalu bertanya dengan matanya pada Malikha. Dan Malikha hanya bisa menaikkan bahunya. "Maksudmu?" "Chloe ... si nenek sihir, Chloe Harristian!" Aidan spontan membuka mulutnya tanda mengerti. "Ahhh ... adiknya Rei." Aldrich langsung mengangguk cepat. "Iya, dia bahkan tak setengahnya Rei. Kenapa dia tidak bisa seperti Kakaknya Venus yang layaknya seorang Dewi. Menyebalkan!" gerutu Aldrich terus mengata-ngatai Chloe. "Memangnya apa yang terjadi?" "Daddy lihat, dia merusak jaket kesayanganku! Ada tanda tangan Derek Jeter di dalamnya. Dan sekarang dia malah menempelkan permen karet di punggungnya!" Aldrich mengomel tanpa henti. Aidan hanya mengangguk dan mendengarkan sedangkan Malikha sudah tersenyum di belakang mereka. "Ayolah, kita kan bisa membeli jaket baru." "Tidak, itu jaket kesayanganku, Dad! Bahkan Ares, Jupiter dan Andrew juga memiliki jaket yang sama." "Daddy tahu, kamu akan tetap menjadi drumer band-mu itu meski tak memiliki jaket yang sama." "Itu tidak sama, Daddy!" Aidan sampai harus merentangkan tangannya agar Aldrich menahan emosinya. Malikha datang lalu memberikan segelas jus buah pada Aldrich agar ia lebih tenang. Ia juga memberikan kecupan di kepala Aldrich dan membelai rambutnya. "Dia hanya anak gadis seusiamu, Aldrich. Jangan terlalu dibawa serius sampai ingin pindah sekolah. Apa kata Jupiter dan Ares jika kalian tidak satu sekolah lagi? Lalu bagaimana dengan ujian baseball-mu, apa kamu mau melewatkannya begitu saja?" tanya Aidan membuat Aldrich terdiam. "Begini saja, Daddy akan cari cara agar jaketmu bisa kembali seperti biasa. Jika perlu akan kucarikan tanda tangan Derek Jeter, bagaimana?" Aldrich memajukan bibir mungilnya dan tak mau menjawab. "Sekarang masuk ke kamar dan bersihkan dirimu. Kita akan makan malam sebentar lagi," sambung Aidan lagi. Dengan wajah masih kesal, Aldrich bangun mengambil tas dan gelas jus-nya lalu berjalan meninggalkan dapur. Setelah sampai di kamar, Aldrich langsung melempar tasnya dengan kesal ke ranjang. Ia berkacak pinggang berpikir apa yang harus ia lakukan agar membuat Chloe kapok. "Lihat saja, Chloe Harristian. Aku pasti akan membalasmu!"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD