Di Sekolah

1078 Words
Aku terpaku melihatnya, sampai tak kusadari si Nadira memanggilku sedari tadi. "Ce, kamu terpesona sama Kak Reza?" tanya Nadira. "Eh, enggak. Apaan sih, aku bukan levelnya," ucapku. Aku tersipu malu ketika Nadira berkata seperti itu, sebenarnya dalam hati aku mengakui memang cowok ini daya tariknya memang tinggi. Tetapi lagi-lagi ketika aku mengingat pertama bertemu dengannya, membuatku kembali ilfeel. Masa perkenalan pun selesai, selama kami melaksanakan kegiatan MOS, kami siswa baru dibagi menjadi delapan grup, dan setiap grup itu terdiri dari empat puluh anak. Kebetulan aku di grup ke empat dan kebetulan lagi yang menjadi pengarah Kak Reza dan tiga teman lainnya lagi. Mereka terdiri dari dua cewek dan dua cowok. Tetapi entah kenapa aku merasa tidak suka ke Kakak-kakak cewek yang akan mengarahkan kami. Mereka terlihat centil di depan Kak Reza walaupun Kak Reza sama sekali tek meresponnya. Kami menjalani kegiatan di dalam kelas masing-masing, dan di dalam kelas ini kami satu persatu wajib memperkenalkan diri lagi dengan car maju ke depan. Saat waktunya aku maju, Kak Reza menatapku dengan lekat. Dengan tingkahnya itu, membuat kedua kakak cewek itu memandangku dengan sinis. "Iiih, Reza lihatinnya sampai kaya gitu. Levelnya yang tinggi dong, masa anak cupu kaya gini," ucap salah satu dari mereka. "Diam!" Bentak Kak Reza. "Silahkan perkenalkan dirimu," Kak Reza memerintahku. "Iya, Kak," jawabku. Saat itu, aku segera mengenalkan diriku, sesekali aku kembali memandang Kak Reza. Dia masih menatapku dengan tajam. Bahkan sampai aku selesai untuk berkenalan, tatapan Kak Reza tak tetap sama. Aku kembali ke tempat dudukku, Nadira hanya tersenyum ketika melihat respon Kak Reza ketika melihatku. "Eh, Ce. Kamu ada daya tariknya sendiri, lihat aja Kak Reza sesekali masih curi-curi pandang ke kamu," ujar Nadira. "Nadira ih, dimarahin Kakak-kakak cewek tuh nanti. Aku bukan levelnya," ucapku berbisik. Tet tet tet .... Terdengar bel istirahat berbunyi. Satu persatu murid mulai keluar dari dalam kelas, sedangkan aku masih di dalam kelas hendak melahap roti yang sedari tadi aku beli. "Nggak ke kantin?" tanya Nadira. "Nggak, tadi pagi aku sempetin beli roti tapi sampai sini nggak sempet makan," jawabku. "Aku tinggal dulu, ya," ucap Nadira. Aku hanya mengangguk sembari mengambil roti dari dalam tasku. Aku mulai melahapnya, perutku yang sedari pagi masih kosong akhirnya bisa terisi juga dengan roti. Saking asyiknya aku melahap roti, sehingga aku tak memperhatikan orang di sekitarku. "Hey, Cecyl," terdengar suara orang menyapaku. Aku pun sontak menoleh ke arah sumber suara, di sana Kak Reza tengah berdiri menatapku. "Eh, iya Kak. Maaf nggak tahu Kakak datang," ucapku dengan lembut sembari berdiri. Dia berjalan menghampiriku, menatapku dari atas kepala hingga ujung kaki. Lalu dia duduk di kursi tepat di depanku. "Kita pernah ketemu kan?" tanya Kak Reza. Aku terperanjat kaget ketika Kak Reza berkata seperti itu, sontak aku menatap matanya dengan tajam. "Iya, Kan kita pernah ketemu anak manja," ucapnya mengejek. Mungkin dengan ucapan itu, Kak Reza mencoba melihat responku. Aku mencoba santai, aku tidak ingin siapa pun di sini mengenaliku. "Bu-bukan, Kak. Saya baru pertama kali lihat Kakak," ucapku memberi alasan. "Jangan bohong, kenapa nggak jadi dirimu sendiri. Baru kali ini, lihat cewek cantik nyamar jadi cewek culun," ucapnya. Aku pun bergegas menutup mulutnya. "Sssst, diam!" Pandangan kami pun bertemu, serasa degup jantungku terasa cepat. "Ehh, maaf Kak," ucapku sembari menjauhkan tanganku. Aku pun menundukkan kepalaku karena malu, lalu kembali duduk di kursiku. "Cecyl, jawab pertanyaanku. Kenapa nggak berpenampilan seperti dirimu sendiri, kenapa harus seperti ini," tanya Kak Reza lagi. "Aku yang membuat keputusan, jika Kakak tidak menyukainya atau pun malu jangan pernah mendekatiku," ucapku dengan ketus sembari berdiri. Aku meninggalkan dia sendiri, aku memutuskan untuk menyusul Nadira ke kantin. Aku berjalan sendiri, dari kejauhan terlihat genk kakak cewek yang mengajarku. Mereka terdiri dari lima anak, dan ketika aku hendak melewatinya, mereka menatapku dengan tatapan sinis. "Mari, Kak," ucapku sembari tersenyum. "Heh, anak baru. Jangan harap Reza suka sama kamu, kamu nggak selevel dengan dia," ucap salah satu dari mereka dengan memegang kerah bajuku. Aku merasa tak suka dengan perbuatan ini sontak menghempaskan tangan kakak itu. "Memang aku bukan levelnya, jadi kalian nggak perlu takut denganku," ucapku sembari berlalu pergi. "Dasar anak cupu! Awas kau!" ucapnya. Aku tetap melenggang pergi menghampiri Nadira, aku melihat di sekelilingku tampak aku menjadi fokus perhatian anak yang ada di kantin ini. Dalam hatiku berkata, haduh, apa penyamaranku gagal ini? Kenapa semua melihatku seperti itu? Aku bergegas duduk di sebelah Nadira yang tetap melahap makanannya. Ketika yang lain menatapku tetapi tidak dengan anak ini. "Hey, Dir. Lihat deh, satu kantin lihatin aku," ujarku. "Yupps, kamu berani ngelawan kakak kelas. Pastinya dong kamu jadi pusat perhatian," jawabnya. "Ada yang salah?" tanyaku. "Sudah benar, baru kamu yang berani. Genk mereka itu popular di sekolahan ini, mereka terdiri dari lima anak cantik dan kaya makanya mereka jadi pusat perhatian," jawab Nadira. "Ohh," ucapku. Nadira hanya tertawa melihat responku, lalu aku hanya duduk melihat Nadira makan. Karena terlalu seringnya dulu semasa sekolah SMP kalau ke kantin nggak perlu pesan sudah ada yang mengantarkannya, sehingga aku lupa untuk memesan. "Nggak makan?" tanya Nadira. "Kita harus pesan, ya?" aku kembali bertanya. "Yaiya dong, kamu nih nggak pernah makan di kantin ya," ucap Nadira dengan mulut penuh makanan. "Hehehe, enggak. Soalnya mamaku sering membawakan aku bekal," aku mencoba memberi alasan. Nadira saat itu menyuruhku untuk segera memesan makanan, sebelum waktu istirahat habis. Setelah selesai makan kami berdua memutuskan untuk kembali ke kelas, kami berjalan sembari becanda. Dari kejauhan terlihat Kak Reza bersama beberapa teman-temannya duduk di depan kelasnya. Saat itu, tidak ada pilihan lagi kami tetap harus melewatinya. Kak Reza lagi-lagi menatapku, aku tak ingin tingkahnya membuatku ketahuan jati diriku. "Cecyl, tunggu," ucapnya ketika aku berlalu. Aku yang mendengarnya langsung menarik tangan Nadira agar berjalan cepat menjauh darinya. Kak Reza terus mengejarku, dia berhasil menarik tanganku. "Cecyl, tunggu," ucapnya. Tet tet tet .... Bel masuk berbunyi. "Maaf Kak, aku harus ke kelas. Ayo Dir," ucapku dengan ketus. Di sepanjang mau ke kelas, Nadira tak henti-hentinya mengejekku karena kata dia, baru aku orang satu-satunya yang menjauh dari Kak Reza. Kak Reza dan genknya terkenal popular karena ketampanannya. Terutama Kak Reza, dia terkenal cool dan cuek padahal banyak cewek yang mendekatinya, terutama Kak Monica dia kakak kelas yang membuat perkara denganku tadi. Walaupun begitu, dengar dari yang lain bahwa Kak Reza itu selalu menjauhi Kak Monica. tetapi Kak Monica aja yang kecentilan. Bahkan siapa pun yang merasa menjadi lawannya pasti dia dan genknya segera turun tangan untuk mengerjainya. memang terdengar aneh, cuma gara-gara satu cowok hingga seperti itu. Bersambung....
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD