“Hi-hi-hi ... Mas Dion lucu.”
“Lucu?”
“Aku bukannya mau melamar Mas Dion.”
“Emmm ... tapi tetap aja aku merasakan sesuatu yang tidak pada tempatnya.”
“Haii ... Halloo ... Mas Dion hidup di jaman dan dunia apa? Jangan dikira aku percaya kalau ini pertama kalinya Mas Dion b******u dengan seorang model. Halooo...”
“Its true ... ini bukan yang pertama. But, dengan kamu semuanya berbeda.”
“Why? Bukankah aku juga sama dengan mereka? Aku model, dan sangat menginginkan hal ini. I want you like crazy!!”
“Beda. Dengan mereka sama sekali nggak ada emosi. Nggak ada hati yang ikut bermain di situ.”
“So?”
“Jadi, karena kita dekat dan aku juga sayang, rasanya sungguh tak pantas jika memanfaatkan rasa ini.”
“Mas Dion. Terimakasih untuk apa yang diungkapkan tadi. But, que siera-siera. Whatever will happen, let it will be.”
“Sadarlah, Non. Aku bukan lelaki yang tepat.”
“Nggak mau. Aku mau Mas Dion,” cebikan bibir merajuk dari gadis yang masih memeluknya itu menunjukkan kekesalan hati.
“But...”
“No buts. Nggak ada tapi-tapian lagi,” Dara sudah mulai ngambek.
Dion mati kutu, hilang semua akal.
Dan yang terjadi kemudian adalah lenyapnya semua akal sehat dari lelaki itu ketika sang gadis kembali merapatkan wajah dan mencium mesra sambil memejamkan matanya yang sayu.
Bak tertiup angin, bara panas itu kembali berkobar menjadi lidah api yang menjilat seluruh jiwa. Dengan penuh hasrat, Dion kembali merengkuh tubuh muda itu. Kecupannya kini begitu mendominasi dan membuat sang gadis meleleh dalam lenguh dan desah nafas menderu.
Kecup bersambut kecup, sepasang cucu adam itu tak puas saling berbalas untuk melepaskan gairah yang tertunda sepanjang sore hingga malam itu. Kemudian, kecupan Dion berubah menjadi lebih lembut dan tak lagi menguasai.
Dengan begitu penuh kelembutan, dihelanya tubuh padat ramping itu untuk bangkit tanpa melepaskan sedetikpun ciuman mereka. Dalam pelukan yang enggan mereka urai, keduanya menjatuhkan diri bersamaan ke atas sofa di belakang mereka. Dara bersandar, sementara Dion berdiri dengan kedua lutut di lantai menghadap padanya.
Merasa lebih nyaman, kecup lembut tersebut menjadi semakin mengalirkan adrenalin. Bibir Dion menemukan sasaran yang tepat pada leher Dara yang terbuka ketika gadis itu menyandarkan punggungnya ke sofa dengan kepala menengadah.
Dara mendesah, meresapi betapa kulit lembutnya yang begitu sensitif di sepanjang tempat itu menjadi sasaran bibir hangat basah. Kehangatan yang menjalar dari atas ke bawah dan bergerak ke samping untuk kemudian mengecupi sisi lehernya.
Ia semakin merapatkan kedua matanya sambil menahan diri untuk tidak mengeluarkan suara jeritan saat rasa geli berpadu nikmat menjadi semakin tak tertahankan.
Bagi Dion, tubuh yang begitu lembut dan harum itu telah menerbangkan semua nalar dan kendali dirinya. Ditambah lagi dengan desah dan rintih perlahan gadis itu yang terlihat begitu menikmati saat Ia melakukannya.
Perlahan, Dion menyibakkan lingerie tipis yang menutupi bagian depan. Hanya jubah luar lingerie inilah yang membungkus tubuh indah di dalamnya , karena sang gadis belum sempat berganti pakaian semenjak berakhirnya pemotretan tadi.
Saat kain tipis itu tersibak pada bagian atas pundak, segera Dion menggerakkan bibirnya untuk mengecupi bahu sang gadis yang begitu halus itu. Dara menggelinjang saat ia merasakan porinya meremang sebagai akibat dari aksi lelaki itu. Dan Dion juga merasakan betapa gadis itu semakin mengeratkan pelukan sambil mendekatkan tubuh agar lebih menempel kuat padanya.
Mendapatkan respon yang begitu baik, sang fotografer menjadi kian berani. Sebelah tangan yang semula dipakai untuk menyibakkan kain diatas pundak, kini Ia selusupkan pada celah lingerie di bagian pinggang dan mulai meremas lembut di bagian itu.
Perlahan, telapak tangan hangat itu menggosok halus seakan antara menyentuh dan tidak, lalu jemarinya seolah menghitung sambil merayap naik menyusur tulang rusuk bagian samping tubuh sang gadis.
Jemari itu seakan menari, menyentuh lembut dan semakin tinggi menuju samping d**a. Sementara diatasnya, bibir maskulin itu masih terus menggemasi pundak dan sesekali turun menyambangi tulang belikat dan naik lagi menuju leher.
Dara yang untuk pertama kali merasakan sebuah sensasi asing namun begitu memabukkan itu, hanya mandah dan pasrah menerima serbuan-serbuan Dion yang makin lupa diri.
Dion adalah sang pencinta sejati. Tak terhitung lagi jumlah wanita-wanita cantik yang telah bertekuk lutut padanya. Dan bahkan, hampir semuanya jadi merasa ketagihan dan banyak juga mengejar-ngejar dirinya untuk mengulang kembali kemesraan yang pernah didapatkan.
Dan seorang gadis polos yang baru saja menginjak dewasa seperti Dara itu, mana mungkin akan bisa bertahan dari buai cumbu rayu sang ahli. Begitu lembut dan mesra lelaki itu memuja sekujur tubuh sang gadis. Begitu hangat dan gentle, Dion menyentuh dan melambungkan jiwa Dara.
“Masss ... Hhhh...” desah itu begitu lirih, seolah malu jika rahasia hatinya terbuka.
Desahan itu justru menambahkan lagi kemesraan dalam pagutan Dion diatas d**a sang gadis yang telah terbuka. Kain penutup telah tersibak lebar dan memperlihatkan sepenuhnya keindahan bukit dadanya.
Sepenuh sayang bagai memuja, wajah Dion yang menelusup diatas permukaaan d**a itu terus bergerak lembut. Dihirupnya seluruh aroma segar sang gadis sambil sesekali kulit halus itu dikecupnya. Gerakannya demikian perlahan, memutar dan mengitari sekitar puncak dalam sebuah gerakan melingkar yang semakin lama kian menyempit menuju pada satu titik.
“Mmmffhhhh ... Mas Dion ... ohhhhh...” pekik tertahan terdengar, saat masih dengan lembut bibir hangat Dion mengecup putik puncak bukit yang masih menguncup.
Dengan sebuah rasa yang tak tertahankan lagi, sang gadis merenggut rambut belakang kepala Dion saat bibir lelaki itu bagai tak mau melepaskan puncak sensitifnya.
Dara mendesah bahkan mengerang saat puncak-puncaknya bergantian dikecup dan digelitik oleh sesuatu yang hangat namun bagai mengandung daya sengat yang memicu dirinya untuk terus menggelinjang geli.
Lemas, lunglai dan tak berdaya, gadis itu hanya mampu menyandarkan tubuhnya ke sandaran sofa. Tangannya memeluk leher dan sesekali menarik rambut lelaki yang tengah berlutut dihadapannya sambil terus mencumbui bagian atas tubuhnya.
Tak hanya sampai disitu. Tangan Dion yang terus bergerak, kini semakin merambah bagian belakang tubuh Dara dan meraba tulang punggungnya. Dari situ, dua telapak tangan itu semakin bergerak turun dan mengelus pinggang dan bergeser ke belakang pada dua bongkah daging lunak di belakang tubuh sang gadis.
Di sana, tangan itu meremas gemas dan kemudian bergerak kembali untuk meluncur pada bagian paha. Perlahan, tangan itu bergerak naik turun dan beberapa saat kemudian meluncur semakin ke bawah.
Sampai pada dua pergelangan kaki Dara, tangan-tangan kuat itu menggenggam dengan erat dan mengangkat keduanya bersamaan keatas untuk memposisikan telapak kaki sang gadis agar bertumpu pada pinggiran sofa.
Dion menarik wajahnya dari d**a sang gadis. Ditatapnya sang gadis yang seakan tak berdaya bersandar di sofa dengan jubah lingerie yang hanya menutupi bagian belakang. Mata gadis itu terpejam dan wajahnya menghadap kesamping, nafasnya sedikit tersengal dengan mulut yang setengah terbuka dan menengadah. Kedua kakinya terangkat dengan telapaknya yang diletakkan pada pinggir sofa.
Dalam mata Dion, Dara begitu menggoda dalam keadaan yang demikian. Kedua kakinya yang terangkat ke atas sofa, kini berada dalam sebuah posisi yang terbuka lebar. Melihat hal itu, naluri sang lelaki semakin tergerak..
...