SATU

384 Words
Setelah beberapa hari hujan mengguyur kota kembang di pagi hari, kini sang mentari telah hadir kembali untuk menghiasi langit pagi dikota Bandung. Burung-burung beterbangan dengan gembira, dengan kembali menikmati suasana sejuknya pagi hari itu, ikut menghiasi pandangan. Daun-daun pohon bergoyang indah meliuk-liuk karena tertiup angin segar udara di pagi hari. Gadis anggun berkerudung warna Nude yang tengah bersiap didepan cermin itu tak mau kalah cantiknya dengan suasana pagi ini. Dengan balutan gamis yang menempel indah pada tubuhnya, membuat aura cantiknya bersinar, bagi siapa pun yang melihatnya pasti akan merasa kagum padanya. Pasalnya dengan kesopanan dan keramahannya menjadi nilai plus bagi dirinya Dimata orang lain. Dia adalah Khalisa Humaira Az-Zahra, seorang perempuan yang sangat cantik bak Puteri kerajaan. Tak hanya cantik, dia juga memiliki sikap sopan santun kepada siapa pun. Lili, orang-orang menyapanya dengan sebutan itu. Puteri seorang pemilik salah satu pondok pesantren ditempat ia tinggal. Gadis berusia 24 tahun itu sudah menyandang status Hafidzah. Ayah lili yang merupakan seorang pemilik pondok pesantren, menjadikan Puterinya itu sebagai seorang pengajar tahfidzh di pondoknya. Pagi ini, seperti biasa lili kembali melakukan aktivitas nya. Setelah menyelesaikan pergulatannya di depan cermin, kini ia siap berangkat untuk mengajar di pondok milik sang ayah. Di sepanjang perjalanan lili tak henti-hentinya melafalkan ayat suci Al-Qur’an. Ia tak pernah melewatkan muraja’ah nya, meskipun ia sudah hafal 30 juz. “Lili...” Baru saja ia akan memasuki ruang sekretariat untuk mengisi absen pagi, tiba-tiba ada yang memanggilnya dari arah belakang. Gadis yang dipanggil tersebut membalikkan badannya dan ia merasa kaget. “Astagfirullah Abba mengagekan saja, lili kira siapa. Hmmm iya abba ada apa.?” “Heheh maafkan Abba nak. Hemmm istirahat nanti bisa tidak ke ruangan Abba sebentar.? Ada hal yang harus Abba bicarakan”. Ayah lili menampakkan deretan giginya . “Mengenai hal apa ba.? Sepertinya sangat penting ya.?” Ucap lili sambil mengerutkan dahinya. Pasalnya, tidak biasanya sang ayah berbicara seperti itu. “Yaaa begitulah. Abba tunggu di ruangan Abba pasca istirahat ya nak. Kalau begitu ayah pamit dulu, Kamu semangat ngajarnya. Assalamualaikum”. “Baik ba, Insya Allah lili akan menemui Abba di ruangan Abba nanti. Waalaikumsallam”. Dengan meraih tangan sang ayah dan melanjutkan memasuki sekretariat. ***** Heheh segitu dulu ya . maaf jika Masi banyak typonya, Belum pro banget soalnya baru bangeeeeet. mohon bimbingannya ya temen-temen.

Great novels start here

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD