“Arrgghhh! Sakit ya, Anjinggg!” teriak seorang perempuan muda menatap manik ibu tirinya kesal. Dia meraih bantal dan memukul wajahnya hingga terjungkal ke belakang. “Gak usah main fisik, gue gak sebodoh itu buat gak paham!”
Wanita paruh baya itu menatap tidak percaya. “Mas! anak kamu main fisik ke aku, Mas!”
Sosok pria yang sebelumnya sedang menelpon itu langsung masuk ke kamar anak sulungnya. “Mikha!”
“Dia yang duluan jambak aku, Pah! Diajak ngomong baik-baik juga aku paham.”
“Mas…. sakit. Aku gak niat jambak dia kok, Cuma kesel aja.” Melangkah dan memeluk suaminya. Sonya; wanita yang menikahi Faris 18 tahun yang lalu. “Aku coba kasih pengertian posisi kamu sekarang, tapi dia main hape terus makannya aku Tarik rambutnya. Itu juga gak keras kok.”
“Gak keras? Liat rambut gue rontok, hampir pitak ini.”
“Mikhaila.” Faris menatap tajam putrinya. “Kamu keluar dulu.”
Sonya tersenyum meledek sebelum keluar dari kamar tersebut. Jika berdua dengan sang Papah, suasanya menjadi beda. Mikha menunduk menatap rambutnya yang rontok sambil bertanya-tanya, ada kutu nggak ya?
“Kamu tau keadaan ekonomi kita sekarang ‘kan?”
“Itu gara-gara Papa sebelumnya nyalon dewan tapi nggak kepilih. Jadi duit kita abis.”
“Hutang Papa dimana-mana. Pabrik kita berhenti beroperasi satu bulan lebih, kamu satu-satunya penolong.” Mengusap rambut Mikha pelan. “Jangan kecewakan Papa, Mikha. Jangan jadi pembangkang dan benalu. Ini yang terbaik buat keluarga kita.”
Saat Mamanya masih ada pun, Mikha tidak pernah berani melawan Ayahnya. “Istri Papa itu jambak rambut Mikha. Dia harus minta maaf.”
“Dia lakuin itu karena kamu membangkang, cepat ganti baju. Papa gak mau denger keributan lagi.” Faris pergi dari kamar anaknya.
Mikha merenung sendirian, masa depannya suram. Dia dipaksa harus menerima lamaran dari pria tua yang akan menolong bisnis Faris. Mikha benci berada di tempat ini, tapi dia tidak berani melawan sang Papa. Pada akhirnya, Mikha memakai pakaian seksi kiriman salah satu brand.
Begitu keluar kamar, telinganya mendengar suara tawa Sonya dan anak perempuannya di dapur. “Gak salah pake baju kayak gitu? Mas! lihat anak kamu.”
“Pake baju yang bener, Mikha.”
“Aku abis take photo buat endors, Pa. Waktunya meped kalau ganti lagi. Ini rambutnya nanti rusak.”
“Ini acara resmi, jangan permalukan Papa!”
Itu niat Mikha, dia senang saat mobil tamu datang sebelum Papanya melanjutkan amarah. Seorang pria tua dengan perut buncit, kira-kira usianya 50 tahunan. Jelas Faris dan Sonya menjual Mikha. Sialnya, Prakoso semakin menyukai Mikha saat melihatnya dalam balutan baju seksi. “Inikah calon istri saya? Waduh cantik sekali.” Mendekat dan memegang tangan Mikha. “Saya Prakoso, calon suami kamu. Kamu bakalan bahagia sama saya, Manis.”
CUP. Mencium tangan Mikha hingga meninggalkan bekas liur disana.
Sialllll! Mikha ingin berteriak. Senjatanya malah mengarah pada dirinya sendiri. sepanjang makan malam, Mikha digoda oleh pria tua Bangka itu. Dia bahkan langsung meminta ajudannya membelikan cincin, tunangan dadakan di meja makan. “Gak mau saya kehilangan berlian kayak kamu. Jadi diikat dulu saja ya. Buat tanda kalau kamu udah ada yang punya, meskipun nikahnya dua atau tiga bulanan lagi.”
****
Curhat pada sahabat yang pernah satu organisasi dengannya; Chika. Mengatakan bagaimana posisinya saat ini. Ingin kabur, tapi sadar itu malah akan membawa dirinya dalam bahaya. “Papa gue dulunya mantan preman, jadi dia punya kenalan dimana-mana. Kalau gue kabur, nanti bisa habis gue.”
“Bukannya lu bilang mau mati?” Tanya Chika santai.
“Mau banget, tapi liat popularitas gue sebagai selebgram sekarang…. nggak dulu, gue mau nikmatin hidup dulu.”
Duduk berdua di café sambil melihat mahasiswa lalu lalang. “Si Prakoso itu kaya ‘kan? Nanti lu bisa lah flexing kaya selebgram lainnya.”
“Najis gue liat mukanya yang kayak gitu. Mana badannya gede banget. Jijik asli.”
“Tujuan Bokap lu kan buat nutup hutang, coba cari cowok sesame selebgram atau kenalan lu. Nikah sama dia dan tutup hutang lu.”
“Mana ada anjirr, gak ada yang mau nyerahin 37 Millyar gitu aja ke gue. Cuma si Prakoso aja.”
“Ya terus lu mau gimana? Serahin diri aja kan ujung-ujungnya?”
Mikha menghela napas dalam, dia tidak tahu harus apa. Dulu sempat ingin mati, tapi sekarang menikmati peran sebagai selebgram dan memiliki banyak pengikut. Papanya bukan orang lembut yang bisa diajak negoisasi. Sakit hati jika teringat Ibu tirinya yang menjadi prioritas sekarang.
Semua kekayaan Prakoso akan dinikmati juga oleh keluarganya. “Kalau mau mutusin hubungan, harus si Prakoso yang lakuin.”
“Terus? Gimana caranya?”
“Gak tau. Yang pasti gue gak mau kasih keper*wanan gue sama itu aki-aki. Mau nyari cowok ganteng.” Tapi kalau sesame selebrity akan memicu skandal nantinya. Teman-teman kampusnya juga tidak satu level. “Ke klab yuk nanti malem, gue mau coba nges*ks.”
Mengagetkan Chika, tapi tetap diantar oleh temannya itu. Pikirnya, Mikha hanya main-main, tapi dia benar-benar mencari pria di klab malam terbesar di Ibu Kota ini. “Banyak banget bule anjirrr! Ganteng-ganteng banget! Mana privacy terjaga. Ahhh, yang mana ya?”
“Mikh, lu beneran mau lakuin hal ini, huh?”
“Iyalah, udah lama liat di video doang, mau nyobain sendiri.”
“Sama orang asing?”
“Orang asing yang ganteng! Daripada si Prakoso yang kayak genderewo!” teriaknya memegang gelas alcohol dan mulai melangkah ke keramaian pesta.
Seseorang disamping Chika membicarakan tentang menyewa seorang laki-laki bayaran, dia tertarik dan mendengarkan. “Ma-maaf, gak niat nguping. Temen saya juga mau asek-asek juga tapi gak dapet partner katanya.”
Salah satu pelayan tersenyum dan mendekat ke meja Chika untuk memberikan penawaran untuk tidur dengan lelaki bayaran, bisa request ingin yang seperti apa dan disediakan kaamar juga disini. Dengan jaminan bebas dari penyakit dan privacy aman.
Mikha itu seorang publick figure, Chika tidak akan membiarkannya melangkah sembarangan. “Ikut gue.” menarik Mikha yang hampir mendapatkan mangsa. “Denger, kalau lu emang mau nges*ks. Jangan sama sembarangan orang. Disini ada laki-laki bayaran yang terjamin segalanya. Lu juga bisa request mau yang kayak gimana.”
“Huh?”
“Nih, gue dikirimin beberapa contoh cowoknya.” Memperlihatkan bule-bule tampan dan gagah yang membuat Mikha langsung terpesona. “Jangan gegabah, nanti ada yang kenal sama lu terus hancurin karir lu ya, Setan.”
“Mau dong, gue harus ngomong sama siapa.”
Chika tidak bisa menghentikan, tahu bagaimana kehidupan Mikha bersama keluarganya. Mengantar sampai bernegoisasi masalah harga, Mikha juga request ingin pria yang seperti apa.
“Mbak Mikha tunggu dulu disini ya, saya akan siapkan dulu kamar premium sesuai permintaaan. Si cowoknya juga harus debriefing dulu.”
“Kamarnya dimana, Emang?”
“Ada di lantai tiga, yang premium punya pintu emas. Nanti saya kesini lagi buat jemput Mbak Mikha.” Pelayan itu keluar dari ruangan tersebut.
Chika ingin mendampingi Mikha sampai akhir, tapi dia mendapatkan telpon kalau adiknya berurusan dengan polisi. “Besok pagi lu harus hubungi gue. Titik,” ucapnya penuh penekanan.
“Santai, gue mau seneng-seneng sama si mata biru. Hihihi, emang ada ya cowok sesuai deskripsi gue?” malah sibuk menghayal sendiri. Pelayan klab itu tidak memberitahu orangnya yang mana, hanya menulis kriteria Mikha saja. Sambil menunggu, Mikha meneguk alcohol. “Udah sana kalau lu mau pergi. Ganggu aja.”
“Jangan minum terlalu banyak. Gue takut lu kenapa-napa.”
***
“Langsung pulang, Pak?”
“Ke klab, saya mau minum.”
Jack Millers, pria berusia 43 tahun itu masih belum bisa melepaskan sisi buruknya dari masa lalu. Meskipun sekarang dia memimpin perusahaan anggur, tapi masa lalunya masih membayangi. Jack tidak lepas seutuhnya dari perdagangan manusia, nark*ba dan juga senjata illegal. Namun, kali ini dia melakukannya hanya untuk orang-orang tertentu.
Tidak seperti masa muda, menyebarkan semua itu di daratan Amerika dan Asia. Alasan perubahannya adalah karma yang datang bertubi-tubi, Jack ingin hidup tenang sekarang. “Selamat datang, Tuan Jack.”
“Bawakan saya alcohol.”
“Perlu wanita juga?”
“Gak, belum nemu yang premium ‘kan?” Jack memilih menikmati malamnya sendirian. Keheningan di lantai empat, berbeda dengan lantai dibawahnya yang dipenuhi pesta alcohol dan tubuh manusia yang saling mencicipi satu sama lain. Jack terbiasa dengan kehidupan seperti ini.
Mabuk sendiri sambil menonton film Spongebob, yang mengingatkannya akan masa kecilnya. Matanya mulai berkabut, kepalanya sakit terasa ditusuk-tusuk saat lima botol alcohol sudah dia habiskan. “Hahhhhh! Bau neraka,” ucapnya mencium aroma mulutnya sendiri.
Disisi lain, ada perempuan sama mabuknya seperti Jack. “Lamaaa banget anjirr, gue mau ke lantai 3 aja duluan,” ucapnya dengan suara tidak jelas, kakinya hampir tidak bisa menahan beban tubuhnya sendiri. Mikha salah memencet angka, dia menuju ke lantai empat dan berjalan keluar lift dengan sempoyongan.
Matanya berusaha mencari pintu emas, dan hanya ada satu pintu disana. “Hahahaha, premium banget. Babang bule, aku OTW mendatangimu. Hahahah… penasaran banget seganteng apa.”
Mikha hampir jatuh saat membuka pintu, berusaha menegakan tubuh dan melihat pria yang sedang duduk membelakangi. “Spongebob? Huh?” melangkah mendekat dan berdiri tepat didepan pria yang sedang memejamkan matanya itu. Jack masih memegang gelas alcohol ditangannya.
“Inimah aki-aki,” ucap Mikha menggigit telunjuknya. Tapi badannya sangat seksi, daadanya berbulu dengan tubuh kekar. Ada bagian menonjol yang membuatnya lapar. “Aki-aki premium, hihihi,” ucapnya menurunkan sleting pria itu perlahan. “Wuih…. Lele jumbo. Masukin pas lempes aja kali ya? Biar gak sakit, hihhihi. Nanti juga enak ‘kan?”
Jack membuka matanya seketika saat seseorang duduk di pangkuannya dan terasa ngilu dibawah sana.
“Eunghhh…,” rengeknya menahan sakit.
“Kamu ngapain?” Jack berusaha menyadarkan dirinya sendiri. Melihat ke bawah dan kaget. “Darah?!”
“Aduh agak sakit, pegel juga aduh.”
“Heh! Kam- hmpphhh!” mulut Jack dibungkam oleh tangan Mikha.
“Nanti saya bayar kamu dua kali lipat,” ucapnya tidak menghiraukan Jack dan melakukan aksinya.
“Hmmphhhh!” Pria itu dibuat kaget dengan tindakan perempuan yang tengah kesakitan ini. Seluruh tubuh Jack terasa lemas, membeku dan hanya merasakan sesuatu di pangkal pahanya yang tengah memasuki tubuh perempuan itu.
Saat ponselnya berbunyi, Jack berusaha meraihnya dan mengangkat. “Tol…. Tolhonggg!” teriaknya ketika bajunya dirobek brutal! Mana itu baju bermerk lagi!
“Anghhhh… ahhh…. Aduhhh diem deh jangan berisik.” Mengambil ponsel pria itu dan melemparnya sampai hancur.
Jack melihat tekad perempuan itu. Sisi jahatnya mengambil alih, Jack menahan pinggang itu dan berdiri dengan tenaga yang tersisa.
“Aaaaa!” Mikha menjerit saat digendong dengan tubuh masih menyatu, kemudian ditidurkan di ranjang empuk.
“Gini caranya,” ucap Jack, merasa tanggung dan tidak peduli siapa perempuan ini. Yang pasti dia peraw*n. Jack berfikir, Tuhan menyayanginya! Jadi dia mendapatkan hadiah malam ini.