Kepala Jack terasa pusing, berdenyut melihat Mikha yang marah membelakanginya. Di depan para karyawan, beraninya Mikha membuat keributan seperti itu. “Gak mau ngejar juga? Oh kamu mau gitu? Sekarang berubah?”
Jack memijat keningnya sebelum melangkah mendekat sambil mengeluarkan kartu hitam dari dalam dompetnya. “Gak gitu, Cantik. ayok keluar, kita belanja yuk.” Sambil merangkulnya dan memberikan kartu itu.
Mikha yang sebelumnya hanya diam itu langsung terbatuk-batuk. “Loh… ini kartu dari bank yang minimal tabungannya itu 21 trilliun ya? Kok punya? Hic! Hic! Hic!” Mikha langsung cegukan ketika melangkah, kedua tangannya memegang kartu hitam itu. “Om, dirimu sekaya itu kah? Bisa bikin agensi sendiri dong?”
“Agensi kayak gimana?”
“Buat manage aku, semua jadwal aku gitu?”
“Gak usah, kamu
