TDD #2 JUSTIN
♥♥♥
Justin membawa Selena ke apartemennya. Apartemen yang biasa ia gunakan untuk membawa teman kencan satu malamnya.
Semua orang tahu reputasi seorang Justin. Pria tampan, playboy kelas kakap, dan pewaris tunggal kekayaan ayahnya.
"Kau tidak berhak menginjakan kakimu di rumahku Selena, karena aku tidak menginginkanmu sebagai istriku. Jadi di sinilah tempatmu, tempat di mana aku biasa memuaskan hasratku. Kau bukan istriku, kau hanya bonekaku. Kau mengerti!?"
Itulah hal pertama yang diucapkan Justin pada Selena saat Selena menjejakan kakinya di sana. Selena hanya menganggukan kepala, tanpa mencoba protes ataupun marah pada Justin.
Justin bukannya senang melihat anggukan Selena, ia justru ingin Selena membantahnya. Agar ia punya alasan untuk menyiksa Selena demi untuk menumpahkan kemarahannya pada Yoana.
"Lepaskan pakaianmu! Kau tidak boleh mengenakan pakaian saat aku ada di sini, mengerti!" Bentak Justin dengan suara nyaris berteriak. Justin berharap Selena melawannya. Tapi Justin harus kecewa, karena sekali lagi Selena menganggukan kepala. Tanpa bicara ia melucuti pakaiannya sendiri tanpa sisa.
Justin mendekatinya, lalu membanting tubuh Selena ke atas ranjang.
"Dasar p*****r murahan, dengan begitu gampang, kau membuka pakaianmu tanpa protes haah!" Seru Justin yang membungkuk di atas Selena.
"Aku hanya menuruti perintahmu, Justin," sahut Selena dengan nada dingin, mata Selena menantang tatapan melecehkan dari Justin. Justin menggeram marah, dipagutnya bibir Selena dengan sangat kasar, sementara tangannya menyentuh d**a Selena dengan tidak kalah kasarnya.
Bukan kenikmatan yang dirasakan Selena, tapi rasa sakit yang luar biasa. Tapi ia menahan mulutnya agar tidak berteriak ataupun mengeluh. Dibiarkan Justin melakukan apa yang disukainya.
Selena berusaha menahan gejolak yang mulai terjadi di tubuhnya. Ia berusaha membatu, meskipun Justin tengah mencumbunya dengan sangat kasar. Hal ini benar-benar membuat Justin marah. Kedua tangan Justin mencengkeram d**a Selena dengan kuat, benar-benar cengkeraman yang menyakitkan, bukan sentuhan yang bisa menghanyutkan.
Tapi Selena tetap diam, meskipun ia harus mengatupkan giginya dengan rapat, agar tidak terlontar jerit kesakitan dari bibirnya.
Justin benar-benar kesal dibuatnya. Justin menaikkan tubuhnya, sehingga wajahnya tepat berada di atas wajah Selena.
"Buka matamu!" Bentaknya nyaring, Selena membuka matanya. Tatapan mereka bertemu.
"Buka mulutmu!" Selena membuka mulutnya sesuai perintah Justin.
Justin memasukan lidahnya ke dalam mulut Selena, lalu ia mengisap lidah Selena dengan kuat. Tangan Selena mencengkeram seprei untuk menahan rasa sakit yang ia rasakan, kedua telapak kakinya dijejakan dalam ke atas kasur.
Diamnya Selena adalah bentuk perlawanannya terhadap Justin. Ia tahu memberontak dari Justin akan membuat pria itu punya alasan untuk lebih menekannya. Karena itulah ia memilih caranya sendiri.
Justin melepaskan hisapannya di lidah Selena, berganti dengan isapannya di bibir Selena.
"Balas ciumanku Selena!" Bentak Justin geram.
Selena menantang tatapan Justin. Ia tidak bersuara sedikitpun. Justin kembali melumat bibir Selena dengan ganas, Selena membalas ciuman Justin sekedarnya saja. Ciuman Justin semakin mengganas, bibirnya mulai menyusuri leher Selena, turun ke d**a Selena yang memerah, berbekas cengkeraman jarinya. Dijilatnya memar yang ada di d**a Selena. Tubuh Selena bergetar, tapi ia tetap menahan suara agar tidak lolos dari bibirnya. Satu tangan Justin merayapi area sensitifnya, berusaha membangkitkan gairah Selena. Kali ini Selena tidak bisa menahan desahannya. Ia sudah berada diujung pelepasannya, saat Justin menarik diri dari tubuhnya. Justin yang masih berpakaian lengkap meninggalkannya begitu saja, hanya suara bantingan pintu yang terdengar untuk mengiringi langkahnya.
Air mata Selena jatuh berderai membasahi pipinya. Tubuhnya terasa sakit, hatinya apa lagi. Tapi ia sudah berjanji untuk bertahan, demi ayahnya.
♥♥♥
Selena sudah membersihkan tubuh, dan mengganti pakaiannya. Ia ke luar dari dalam kamar tidur yang ditempatinya. Ia ingin menuju dapur, untuk mengambil minum sekedar membasahi tenggorokannya.
Selena merasa seperti mendengar suara-suara aneh dari dapur, dan ia terpaku di ambang pintu dapur, saat melihat apa yang terjadi di hadapannya. Seorang wanita tanpa busana tengah terbaring di atas meja dapur, dan ia melihat Justin yang duduk di kursi dengan kepala berada di antara kedua paha wanita itu. Sang wanita menolehkan kepalanya, matanya menatap Selena, bibirnya menyunggingkan senyum mencemooh pada Selena.
Selena mundur dari ambang pintu dapur, ia tidak ingin Justin murka karena merasa terganggu kesenangannya. Selena segera kembali ke dalam kamarnya. Ia duduk di tepi ranjang, apa yang baru dilihatnya di dapur tadi terlintas dalam benaknya.
'Ya Tuhan.
Seperti apa sifat Justin sebenarnya? Apa dia seorang maniak? Apa dia...'
Braakk!!
Pintu kamar terbuka, Justin masuk dengan hanya mengenakan celana panjang. Selena yang terkejut langsung berdiri dari duduknya.
"Kau lupa perkataanku, Selena? Jangan memakai pakaian saat aku ada di sini, mengerti! Sekarang lepas pakaianmu!" Bentak Justin dengan suara berteriak.
Selena melakukan apa yang diperintahkan Justin. Ia melepas pakaiannya tanpa tersisa sehelai benangpun. Justin mendorongnya dengan cukup keras, sehingga punggung Selena membentur dinding. Selena meringis menahan rasa sakitnya. Belum lagi Selena sempat bernapas, tubuh besar Justin sudah menekannya dengan kuat.
Selena kembali meringis, karena dadanya yang memar terasa sakit akibat tekanan tubuh Justin.
"Apa yang kau lihat di dapur tadi?"
"Maaf, aku tidak sengaja melihatnya," jawab Selena sambil mendongakkan wajahnya.
"Tidak apa, kau harus terbiasa dengan tontonan seperti itu, Selena." Justin memiringkan tubuhnya, jemarinya mulai bermain di area sensitif Selena. Sedang tangannya yang lain berada di pinggang Selena. Sepertinya Justin sangat menyukai permainan baru yang ia ciptakan sendiri. Membuat Selena terbakar hasratnya, berada diujung pelepasan, tapi tidak bisa melepaskannya, karena Justin meninggalkannya.
Kaki Selena terasa lemas, dengan terpaksa ia berpegangan pada lengah kokoh Justin. Justin yang menyadari hal itu jadi mentertawakannya.
"Lihatlah, hanya jariku saja sudah membuatmu lemas, Selena. Sekarang kau tahukan, betapa hebatnya kemampuanku dalam membangkitkan gairah wanita? Kau tahu, Yoana juga selalu takluk padaku. Tapi kenapa dia pergi meninggalkan aku!? Aku membencinya, aku membencinya!" Semakin keras ucapan Justin, semakin kasar ia memperlakukan Selena. Kali ini Selena menjerit, menjerit karena rasa sakit yang dirasakannya akibat pelukan Justin yang kuat di pinggangnya, menjerit karena akhirnya ia mendapatkan pelepasannya.
Tubuh Selena terkulai lemas, Justin melepaskan tubuh Selena, membiarkan tubuh Selena ambruk ke lantai.
"kau sudah mendapatkan yang kau mau. Sekarang giliranku! Naik ke atas ranjang, Selena!" Justin menyentuh bahu Selena dengan ujung jari kakinya. Dengan mengumpulkan tenaganya yang tersisa, Selena bangun dari atas lantai. Dengan langkah tertatih ia naik ke atas ranjang seperti yang diperintahkan Justin kepadanya.
Justin melepas celananya. Selena memejamkan mata. Jantungnya berdegup tidak beraturan. Kecemasan mulai melanda perasaannya. Rasa takut menghantuinya. Kedua tangannya mencengkeram sprei dengan kuat, kedua pahanya ia rapatkan tanpa disadarinya.
Justin naik ke atas ranjang, dibukanya kedua paha Selena dengan kasar.
"Kau harus melayaniku, di manapun, dan kapanpun saat aku menginginkannya, kau dengar!" Ujar Justin dengan suara, dan tatapan penuh tekanan pada Selena. Selena hanya menganggukan kepalanya.
Selena menggigit bibirnya saat Justin mulai bergerak.
"Jangan bersikap seperti perawan yang belum terjamah, Selena. w************n sepertimu pasti sudah sering melakukan ini. Jadi jangan bertingkah sok suci di depanku!" Bentak Justin yang menangkap kecemasan dari raut wajah Selena. Selena hanya diam, tidak menjawab ucapan Justin. Biarlah Justin membuktikan sendiri, apakah penilaiannya terhadap dirinya benar atau salah.
BERSAMBUNG