16

1900 Words
Bel masuk sudah berbunyi dan sekarang ini tampak mereka yang ada di kantin berusaha memakan makanan mereka dengan cepat termasuk juga dengan Rania, Randra, Kiara dan yang lainnya. Semuanya terlambat karena perdebatan yang tadi mereka lakukan membuat waktu makan mereka berkurang juga. Kiara juga sedang menghabiskan minumannya tersebut. "Aduh belnya kenapa cepet banget deh." ujar Kiara terburu-buru. "Sorry ya Kia, ini pasti gara-gara gua yang buat jam makan kita jadi telat. Kalo gua ga ngobrol sama mereka tadi mungkin ga akan kayak gini jadinya. Sorry, gua bener-bener egois tadi." ujar Randra mengutarakan rasa bersalah. "No Randra, ini tuh yang salah bel nya karena kecepatan. Iya kan Dilan?" tanya Kiara dan Dilan menjawab kepada Randra bahwa itu semua benar. Ya Dilan hanya mengikuti Kiara saja yang tidak ingin Randra merasa bersalah. "Aduh guys sorry ya kita jadi telat dikit masuk, Lo juga jadi telat masuk TM kan Rio, Sam." ujar Rania tersebut, padahal seharusnya semua tepat waktu. Namun karena perdebatan tadi semuanya menjadi seperti ini. "Ga papa Ran, lagi pula guru setelah ini kan emang sering banget nelat masuk ke kelas jadi kayaknya sih kita aman." ujar Nika menjawab Rania. "Iya kita juga telat masuk ga papa Ran, lagi pula masih banyak anak-anak sekolah lain yang juga lagi makan disini." ujar Rio karena setelah dilihat memang masih banyak sekali yang menghabiskan makanan mereka itu. Rania mengangguk, untung saja teman-temannya ini mengerti dirinya jadi ia tidak mendapatkan amarah dari mereka. Mata Rania mengitari seluruh isi kantin dan tak sengaja menatap ke satu orang yang tadi membuat kegaduhan bersamanya siapa lagi jika bukan Randra. Sekarang ini Randra sedang bersama dengan Kiara dan Dilan, mereka berjalan keluar dari kantin. Gua belum suka sama Lo Randra, tapi gua ga tahu apa yang akan terjadi pada hati gua besok, lusa bahkan sedetik kemudian. Batin Rania sekarang. "Sayang, ayo ke kelas udah bel ini. Nanti kalo kamu telat masuk gimana gurunya." ujar Agam yang khawatir jika nanti Aruna akan dihukum karena telat. "Iya sayang ini aku juga udah selesai kok. Ya udah yuk kita keluar dari sini sekarang." ujar Aruna mengajak Agam keluar kantin, mereka pun sudah meninggalkan tempat duduk mereka. Sepanjang jalan menuju kelas Aruna, Aruna tak pernah melepaskan tangannya dari genggaman tangan Agam. Agam sudah selesai mengantarkan Aruna ke kelas dan sekarang ini Agam berlari ke kelasnya sendiri, ia hanya berharap bahwa gurunya belum datang. Harapannya pun terkabul ketika ia sampai di kelasnya masih ramai. "Lo kok lama banget balik ke kelasnya? Untung aja guru belum datang. Kalo udah datang bisa dipastikan Lo bakalan kena hukum." ujar Dilan kepada Agam yang baru saja duduk dan kini sedang meminum air mineral yang ada. "Iya, gua barusan ke kelas Aruna dulu nganterin dia." ujar Agam itu. "Kayak anak kecil aja dia Lo anterin gitu." ujar Randra kepada Agam. "Udah deh Ran, ga usah ngomongin Aruna lagi. Lo tadi kenapa bisa debat gitu? Ada masalah apa lagi?" tanya Agam bertanya kepada Randra. Randra diam saja karena sebenarnya ia sangat malas membahas hal ini. "Biasa lah Rania sama gua kan ga pernah cocok." jawab Randra. "Belum cocok Randra, gua yakin deh kalo suatu saat nanti Lo berdua bakalan bersama. Meskipun gua ga bisa lihat dengan mata gua tapi gua bisa ngerasain kalo Lo sama Rania itu nantinya bakalan saling sayang. Tinggal tunggu waktu aja kok Randra." ujar Kiara yang mana ia memang yakin hal itu. Saat membahas tentang kekurangan dari Kiara, semuanya memang kebanyakan terdiam karena mereka semua menjadi sedih ketika mengingatnya. Padahal keluarga Kiara sudah sangat berusaha untuk mencari donor mata untuk Kiara tapi tetap saja sampai sekarang mereka belum menemukannya. Mereka semua sangat ingin melihat Kiara bisa melihat. Kalo udah ngomongin kayak gini, gua bener-bener sedih rasanya sebagai sahabat gua ga bisa nyariin Lo donor mata Kia. Tapi kalo pun besok gua meninggal lebih dulu karena apa pun itu. Ijinkan mata gua buat jadi mata Lo ya Kiara. Ijinkan gua menemani Lo melihat indahnya dunia ini. Batin Agam. Gua akan selalu jaga Lo Kiara, sampai kapan pun itu gua akan tetap ada disisi Lo. Batin Randra sembari menatap ke arah Kiara yang kini diam saja. Kiara, aku ga tahu gimana nantinya tapi percayalah kalo dengan keadaan apa pun kamu sekarang atau nanti kamu akan tetap menjadi seseorang yang istimewa di hidupku. Aku sayang sama kamu Kiara, tapi maaf kalo aku harus menyembunyikan perasaanku ini karena aku ga cocok buat kamu. Aku terlalu banyak kurangnya untuk kamu yang aku pikir sempurna. Batin Dilan itu. "Hallo guys, kalian kenapa kok pada diem? Belum ada guru kan guys?" tanya Kiara yang tiba-tiba suaranya ia kecilkan takut sudah ada guru. "Belum kok Kiara sayang, semuanya masih ke kontrol dengan baik. Lagi pula kalo udah ada guru kan kedengeran kelas jadi sunyi." ujar Agam tersebut. "Bener juga sih hehehe, kenapa gua b**o banget ya hahah." ujar Kiara. "Hush, pinter gini kok dibilang b**o sih. Jangan gitu ah." ujar Randra sembari mengelus lembut rambut Kiara membuat Kiara menjadi tersenyum. Lo ga b**o Kiara, gua yang paling b**o disini karena mau seberusaha apa pun gua, gua ga akan pernah bisa nyamain ritme belajar kelas ini. Kayaknya gua harusnya ga disini ya, harusnya gua di sekolah khusus anak luar biasa. Karena gua istimewa. Batin Dilan yang kini tampak terdiam sendiri. Teman-temannya tidak ada yang sadar bahwa sekarang ini Dilan sedang bersedih hati. Tak beberapa lama kemudian guru mereka datang dan sekarang mereka sudah mengikuti pembelajaran di jam setelah istirahat ini. Pembelajaran sudah usai dan sekarang semuanya sudah bersiap-siap untuk pulang ke rumah mereka tapi Dilan dan Randra belum akan pulang karena mereka akan menunggu Kelvano bersama Kiara. Sementara Agam sudah bersiap-siap ia akan pulang bersama dengan Aruna lagi sekarang. "Guys gua duluan ya." ujar Agam sudah akan keluar dari kelasnya itu. "Eh tunggu dulu Agam, hampir lupa kan. Besok pulang sekolah kumpul ya buat ngerjain tugas kelompok yang sosiologi karena dikumpulkan dua hari lagi, okay?" tanya Kiara kepada Agam dan Agam pun mengangguk sekarang. "Okay siap Kiara, kalo gitu gua duluan ya." ujar Agam yang sudah keluar. Sekarang ini Agam sudah sampai ke koridor menuju kelas Aruna. Tampak sekarang ini ia berjalan biasa saja karena sepertinya kelas Aruna juga belum keluar. Kelas Aruna masih senyap di lihat dari luar kelasnya pada saat ini. "Kayaknya Aruna belum keluar deh kelasnya." ujar Agam yang akhirnya memutuskan untuk duduk di depan kelas Aruna sembari menunggu Aruna. Ia nanti harus mengatakan pada Aruna bahwa besok mereka tidak bisa pulang bersama karena Agam ada tugas kelompok untuk dikerjakan. Jika ini tugas, Agam berharap bahwa Aruna tidak akan mempermasalahkan hal ini meskipun ia akan mengerjakan kelompok bersama dengan Kiara juga. Memang hal yang masih ia usahakan sekarang adalah bagaimana ia bisa mempersatukan antara Aruna dan Kiara. Kiara bisa ia satukan dengan siapa pun karena ia tidak pernah memilih dan tidak pernah bermasalah tapi beda dengan Aruna yang memiliki rasa cemburu akan kedekatan antara Agam dan Kiara sehingga Aruna menjadi marah dan kesal kepada Kiara. Jadinya susah mempersatukan mereka, ia berharap jika kedepannya semua akan membaik dengan Aruna yang akhirnya menerimanya dan pertemanannya. "Hai sayang, kamu udah nungguin lama ya? Maaf ya sayang guru ku tadi emang lama banget." ujar Aruna dan Agam mengangguk sembari tersenyum. "Ga papa sayang, ga perlu minta maaf ya sayang." ujar Agam tersebut. "Hehehe iya sayang, ya udah ayo sayang kita pulang tapi sebelum pulang jadi kan beli es krimnya?" tanya Aruna karena tadi mereka memang ingin membeli es krim dan Agam pun mengangguk, memang itu rencananya. Nanti saat di tempat es krim dirinya akan menjelaskan tentang kerja kelompok. Sekarang ini Agam dan Aruna sudah pergi ke parkiran dan akan segera pulang. Sementara itu, Kiara, Dilan dan Randra bersama masih di kelas. Mereka akan menunggu sampai satu jam lagi karena Kelvano mendapatkan kelas tambahan selama satu jam setelah bel pulang berbunyi. Mereka mengobrol dan sekarang ini mereka juga memakan jajanan yang tadi dibeli. "Ada yang bawa charger ga? Atau powerbank gitu?" tanya Randra karena handphonenya habis baterai dan tadi dia sedang melihat sesuatu penting. "Ga bawa Randra, emangnya Lo ga bawa? Biasanya kan Lo yang sering bawa at least powerbank." ujar Kiara karena memang biasanya begitu. "Gua bawa tapi di mobil, kalo gitu gua ke mobil sebentar ya mau ambil charger. Titip tas ya guys." ujar Randra kepada mereka berdua sekarang. Randra sudah keluar dari kelasnya, ia hanya membawa diri saja karena tas dan handphonenya memang sengaja ia tinggal. Ia melewati koridor dan melihat Agam baru saja keluar dari parkiran bersama dengan Aruna. Sementara itu Rania keluar dari kelasnya bersama dengan Nika. Ia memamg berangkat dan akan pulang bersama dengan Nika. “Ran, lo nyariin siapa deh? Kenapa kok dari tari kayak celingukan gitu sih lo?” tanya Nika bingung. “Hah? Gua celingukan kenapa? Enggak kok gua ga celingukan.” jawab Rania yang mana itu adalah alibinya saja. Sebenarnya sekarang ini Rania sedang mencari keberadaan dari Randra. Ia ganya ingin melihat Randra sebelum pulang ke rumah. Rania juga baru sadar bahwa apa yang ia katakan tadi pasti sangat menyakiti Randra. Apalagi ia terlihat seakan tidak mengetahui perjuangan Randra untuk mendapatkan dirinya. Mau bagaimana semua itu sudah terjadi dan sekarang yang tersisa hanya penyesalan Rania saja. “Bohong lo, lo dari tadi kelihatan kayak nyari seseorang kok. Pasti nyariin Randra ya? Baru sadar kan lo kalo lo tadi salah. Baru nyesel sekarang kan? Makanya kalo ngomong di filter sayang.” ujar Nika menasihati Rania sekarang. “Apa sih Nika, ga usah ngada-ngada deh. Siapa juga yang nyesel, gua ga nerasa kalo gua salah juga kok. Emang dia aja yang suka sama gua berlebihan.” ujar Rania masih tidak mau terlihat bahwa ia menyesal. “Rania, rasa suka seseorang sama orang lainnya itu ga bisa dihentikan karena hati manusia itu Tuhan yang ngatur. Lo tahu kan hati itu ga bisa dipaksa Rania.” ujar Nika lagi. “Udah lah ga tahu gua, mau ke mobil aja sekarang.” ujar Rania yang sudah berjalan duluan dan sekarang ini Nika baru menyusulnya. Mereka sudah ada di parkiran mobil dan sekarang ini mereka sudah masuk ke dalam mobil Rania. Namun Rania yang berada di stir mobil itu sama sekali belum pergi, di hidupakan pun juga belum. “Rania, kok belum hidupin mobil sih?” tanya Nika. “Bentar Nik, gua nunggu Randra. Ada yang mau gua omongin sama dia. But ini bukan soal penyesalan atau everything yang lo maksud itu karena gua sama sekali ga nyesel.” ujar Rania dan Nila hanya memgangguk mengiyakan saja supaya semuanya cepat. Jika ia menjawab lagi mungkin pembicaraan mereka akan sangat panjang lagi. Mereka masih menunggu disana. Randra sudah berjalan ke parkiran, ah ia lupa jika mobilnya berada di pojok jadinya ia akan lama pergi kesana. Ia berjalan dan kebetulan melewati mobil Rania. Rania akhirnya sudah melihat Randra dan ia pun keluar dari mobil meninggalkan Nika sendirian di dalam. Rania berjalan tenang ke depan mobilnya dan ia pun memamggil Randra. "Randra, Randra berhenti dulu." ujar Rania yang mana memanggil Randra dua kali karena panggilan pertama sama sekali tidak di gubris oleh Randra. Randra pun berhenti tapi ia sama sekali tidak menjawab Rania juga. Baginya sudah tidak ada artinya juga untuk menjawab panggilan dari orang yang tak melihatnya. "Lain kali Lo ga perlu kasih tempat parkiran buat gua, gua ga perlu hal itu." ujar Rania langsung kepada Randra dan Randra hanya diam saja, ia tak menjawab Rania malahan sekarang Randra berjalan lagi ke arah mobilnya. Randra tidak perduli dengan perkataan Rania, karena ia akan melakukan hal yang sama berulang kali. Bagaimana pun, rasanya tetap akan sama.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD