Bab 6 Kecurigaan Leo

1560 Words
Karena mendapatkan dukungan dari Emma, Cherry pun mulai bersemangat dan melupakan semua rasa sakit dihatinya. Cherry bergegas untuk mengganti pakaiannya, setelah itu menyiapkan minuman untuk Arsen. Cherry lantas segera menuju kamar Arsen yang ternyata tidak dikunci, ia masuk perlahan dengan membawa nampan berisi minuman dan obat milik Arsen. Cherry melihat Arsen tengah menerima panggilan, dan sedetik kemudian, pria itu telah selesai melakukan panggilan teleponnya. "Om! Waktunya minum obat lalu istirahat." Ujar Cherry membuat Arsen terkejut. "Cherry kamu membuat saya kaget." Ungkap Arsen. "Pintu kamarnya nggak dikunci jadi aku masuk aja, maaf ya." Cherry duduk disamping Arsen, diatas pahanya terdapat obat dan ia pun segera meracikannya untuk Arsen. Arsen benar-benar heran dengan sikap Cherry, tadi gadis itu marah padanya, tapi sekarang kenapa tiba-tiba sikapnya sudah kembali seperti semula? "Tidak masalah." "Ini obatnya, om minum dulu." Cherry menyodorkan obat kepada Arsen. "Iya." Arsen mengangguk patuh. Pria itu pun segera mengambil obat ditangan Cherry dan memakannya. "Besok aku temenin olahraga, kata dr. Ryan om harus sering-sering olahraga pagi." "Cherry!" Panggil Arsen. "Hm?" "Kamu tadi kenapa? Kenapa tiba-tiba marah pada saya? Apa tadi saya berbuat kesalahan sama kamu?" Tanya Arsen. "Udah jangan bahas itu lagi, aku nggak apa-apa kok, yang penting sekarang aku udah nggak marah dan aku udah baik lagi sama om Arsen." Jawaban Cherry sama sekali tak membuat Arsen merasa puas, namun meski begitu ia tak mau ambil pusing, yang penting sekarang Cherry sudah kembali lagi seperti semula. Kedua orang itu tampak terdiam, Arsen tersenyum kikuk dan merasa aneh ketika Cherry terus menatap dirinya dengan senyuman menawan. Arsen merasa ada sesuatu yang tengah gadis itu sembunyikan, namun ia tak berani menebak-nebak. "Om!" "Ya?" "Mulai sekarang om hanya boleh melihat kearahku." "Maksudnya?" Arsen mendelik tajam, tak paham dengan ucapan Cherry. "Nggak ada maksud apa-apa. Sekarang om istirahat dulu, tidur siang. Makan siang nanti akan aku siapkan, aku akan tunggu sampai om Arsen bangun." Cherry tiba-tiba beranjak, ia menyiapkan bantal Arsen dan menepuk-nepuknya supaya Arsen cepat berbaring. Arsen sungguh merasa aneh dengan semua perlakuan Cherry padanya, apa benar gadis itu memperlakukan Gerry seperti ini juga? Ah mungkin saja memang iya. "Usia lanjut om harus banyak-banyak istirahat, waktu bekerja dan beristirahat harus benar-benar seimbang. Kesehatan itu tak ternilai harganya, om benar-benar harus menjaganya." Tutur Cherry pada Arsen yang kini sudah berbaring diatas ranjang. "Iya, terimakasih kamu sudah begitu perhatian." Ungkap Arsen dengan tulus. "Bukan masalah, cause your my happiness my Arsen." Arsen sempat mendelik ketika Cherry mengucapkan kalimat terakhirnya, ia sudah akan bersuara namun Cherry buru-buru menyentuh bibirnya. "Sssttt... Just sleep well." Bisik Cherry seraya mengusap dan menyisir rambut Arsen yang bahkan belum tumbuh uban sama sekali. Ah, atau Arsen memang mewarnai rambutnya? Entahlah. Melihat Cherry yang begitu cantik berada didepan matanya membuat pria itu merasa aneh dengan dirinya, Arsen memang melihat Cherry sebagai cucu kakaknya, yang artinya cucunya juga bukan? Tapi kenapa jauh dilubuk hatinya yang terdalam, Arsen merasakan sesuatu yang berbeda, sesuatu terlarang yang tak seharusnya ia rasakan terhadap Cherry. *** Perhatian yang Cherry berikan pada Arsen setiap hari semakin membuat Arsen merasa aneh. Terkadang ia merasa ini tak wajar, tapi Arsen juga tak berani menerka-nerka lebih dalam lagi. Ia tetap berusaha menganggap semuanya biasa saja, namun sebenarnya ia merasa risih karena Cherry selalu menempel padanya. Sungguh sikap Cherry sangat jauh berbeda dari sebelum ia bercerai dari Rebecca. Jika dulu Cherry hanya menatapnya dan memberikan salam saja, tapi sekarang gadis itu malah berani menyentuhnya, memeluk lengannya, bahkan mencium keningnya sebelum tidur. Cherry bahkan tak sungkan menunjukkan sikap manjanya, seolah-olah Arsen adalah kekasihnya. Hal itupun tak luput dari pantauan Gerry, setelah Emma menjelaskan semuanya pada Gerry, Gerry sebenarnya merasa tidak tenang, ia tentu tidak setuju sama sekali jika sang cucu ingin menikah dengan adiknya yang sudah berusia enam puluh tahun. Cherry masih begitu muda, usianya baru dua puluh lima tahun dia lebih pantas mendapatkan pria yang seumuran dengannya, bukan dengan Arsen yang bahkan lebih pantas menjadi ayahnya. Jarak usia diantara mereka terpaut tiga puluh lima tahun, sungguh jarak usia yang tak main-main. Tapi ketika melihat Cherry begitu bahagia berada didekat Arsen, melihat senyuman manis itu selalu terpancar dan penuh akan semangat, pemikiran Gerry pun mulai berubah, ia mulai luluh dan menyadari jika Arsen memang mampu memberikan nyawa dihidup Cherry. "Aku nggak bisa membayangkan jika kamu sampai nggak bisa mengabulkan permintaan Cherry, dia pasti akan pergi meninggalkan kita lagi. Selama ini aku selalu bertanya-tanya alasan apa yang membuat dia kekeuh ingin tinggal diluar negeri, ternyata alasannya adalah Arsen." Jelas Emma pada Gerry. "Lalu jika Arsen tidak mau bagaimana?" "Kamu harus memaksanya demi kebahagiaan Cherry." Pinta Emma. "Memaksa? Pernikahan atas dasar paksaan pasti tidak akan bertahan lama." "Tolong sayang... Demi Cherry, aku mohon, aku sangat menyayanginya, dia adalah pelipur lara dihidup kita. Jika dia pergi dan nggak mau kembali lagi, bagaiman? Kamu mau dia seperti itu?" Mendengar penuturan Emma, Gerry pun tampak menimang-nimang, benar juga apa yang istrinya itu katakan, jika Cherry pergi dan tidak mau kembali lagi bagaimana? Sudah cukup Arya dan Helen yang pergi, Gerry tentu tidak ingin cucu satu-satunya itu pergi meninggalkannya. "Baiklah, aku akan segera membicarakan hal ini dengan Arsen. Kamu tenang saja." "Hm, saat ini kebahagiaan Cherry adalah yang terpenting bagi kita. Jika Cherry menyukai sesama jenis atau melakukan penyimpangan, tentu aku akan menentangnya dengan keras. Tapi hal ini masih dalam tahap wajar, lagi pula dia tidak ada ikatan darah dengan kita ataupun Arsen, semuanya tidak ada masalah, persetan dengan tanggapan orang lain, bukan mereka yang memberikan kita kebahagiaan." Jelas Emma membuat Gerry mengangguk setuju dan akhirnya bisa menerima segalanya dengan lapang d**a. *** Hari ini adalah hari dimana Leo datang bersama dengan keluarga kecilnya, ia ke mansion sang paman sesuai keinginan Gerry. Leo tiba pukul sembilan pagi dan semua orang langsung menyambutnya termasuk Cherry dan Arsen. "Opa!" Itu suara Lucas, cucu pertama Arsen, bocah berusia sembilan tahun itu langsung berlari memeluk Arsen dengan penuh semangat. "Jagoan opa tambah besar sekarang." Arsen tiba-tiba saja menggendong tubuh Lucas, membuat Cherry yang melihatnya merasa terkejut, tubuh Lucas tentu saja cukup berat, tapi Arsen masih mampu dengan mudah mengangkatnya. "Aku kangen sama opa, kata Daddy opa sakit, tapi kenapa sekarang nggak kelihatan lagi sakit?" Tanya Lucas. "Opa sudah sembuh, opa sudah kuat dan bisa bermain bola dengan kamu lagi." "Sekarang opa?" "Nanti dulu jagoan, kita makan-makan dulu ya!" "Baik opa." Angguk Lucas dengan penuh semangat. "Leo!" Panggil Arsen. "Daddy udah sehat? Beneran udah baik-baik aja? Daddy kelihatan fresh banget." Leo mendekat kearah Arsen memeluk ayahnya sekilas. "Daddy jauh lebih baik sekarang, sangat-sangat baik." "Syukurlah, aku senang banget dengarnya." Ucap Leo. "Dad! Sharon bawain oleh-oleh buat Daddy, honey and fresh milk untuk penambah stamina." Ujar Sharon pada ayah mertuanya. "Terimakasih menantu Daddy yang selalu perhatian." Ungkap Arsen dengan penuh ketulusan. "Sama-sama Dad!" Balas Sharon dengan senyuman manis. "Ayo kita makan dulu, Cherry sudah menyiapkan semuanya." Ajak Arsen. "Cherry? Cherry yang sekarang jadi artis dan model itu? Anak angkatnya mendiang mas Arya?" Tanya Leo. "Iya, dia sudah kembali, sudah semingguan dia berada disini." Jawab Arsen. "Aku udah lama banget nggak ketemu sama dia, terakhir ketemu... Kalau nggak salah waktu dia masih kuliah, abis kuliah dia langsung berangkat keluarga negeri." "Iya, ya udah ayo!" Ajak Arsen. "Tante Emma sama om Gerry mana Dad?" "Mereka sedang keluar, mungkin setelah ini pulang." "Oh okay." Leo, Arsen, Lucas dan Sharon pun segera menuju ruang makan, disana mereka melihat Cherry sedang menata makanan. Leo sempat terpana saat melihat sosok Cherry yang begitu sangat mempesona. Lama tidak berjumpa, gadis kecil itu kini menjelma menjadi wanita muda yang begitu sangat cantik dan seksi. "Kak Leo, apa kabar?" Sapa Cherry dengan penuh semangat. "Hay Cher! Kakak baik, lama kita nggak ketemu, kamu makin luar biasa sekarang." Ujar Leo. "Oh ya? Terimakasih. Itu kak Sharon?" Cherry melirik kearah Sharon. "Hay Cherry." "Nice to meet you kak, ayo kita makan-makan. Wah... Ini Lucas kan? Kamu udah besar ya, dulu kamu gemesin banget waktu masih bayi." "Dia siapa opa?" Tanya Lucas pada Cherry, Lucas memang tak terlalu mengenal Cherry. "Dia kak Cherry, cucunya opa Gerry." Balas Arsen. "Opa Gerry punya cucu juga opa?" "Tentu punya Lucas." "Kak Cherry kayak anggota Girl band, cantik banget opa, tinggi." Puji Lucas. "Oh ya? Terimakasih anak manis. Ayo kita makan yuk! Aku udah masak dan siapin semuanya dari tadi." "Waw... Kamu hobi memasak?" Tanya Sharon. "Banget kak, nanti kita masak bareng ya!" "Boleh-boleh, ide yang bagus." Semuanya tampak senang dengan Cherry yang begitu ramah dan murah senyum. Cherry benar-benar memberikan aura positif bagi mereka semua. "Minum air jahe dan madunya dulu sebelum makan. Tadi aku udah buatkan sup iga kesukaan om, kata dr. Ryan nggak masalah makan itu, kemarin aku udah tanya sama dia. Om udah nggak batuk sama sekali kan sekarang, jadi pastinya aman." Perhatian Cherry kepada Arsen yang begitu intens tentu saja membuat Leo dan Sharon merasa aneh. Mereka berdua langsung menatap Cherry yang duduk didekat Arsen, Cherry tengah melayani Arsen seolah seperti istri yang tengah melayani suaminya. Tatapan Cherry pada Arsen juga berbeda, begitu sarat akan makna, yaitu orang yang sedang jatuh cinta. "Kak Cherry cantik banget kan opa? Aku mau jadi pacarmu kak." Celetukan Lucas barusan langsung membuat Arsen tersenyum geli begitupula dengan Cherry. "Kamu tuh gemesin banget sih Lucas, maaf ya, kakak nggak buka pendaftaran." "Yah... Sayang banget deh." "Enak?" Tanya Cherry pada Arsen. "Selalu enak." Puji Arsen dengan senyuman hangatnya. Sesaat dunia seperti milik Cherry dan Arsen, sedangkan Leo dan Sharon hanya bisa melongo menatap kedekatan dua orang dengan jarak usia yang sangat menakutkan itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD