11. Kembalinya Kalen

2017 Words
Siangnya pada jam istirahat Caca langsung ke perpustakaan untuk melihat rupa Pak Hodi yang Bella bicarakan. Namun, hal janggal yang sudah Caca rasakan terbukti benar. Di perpustakaan, Caca bertemu dengan Afdal yang merupakan wakil ketua osis yang siang itu bertugas menjaga perpustakaan. Katanya, ia baru saja membuka perpustakaan yang ditutup sejak pagi, karna Pak Akmal selaku penjaga perpus tidak bisa datang hari ini dan Afdal diberi tugas untuk menjaga perpus sampai jam pelajaran berakhir sebab murid-murid kelas satu perlu ke perpustakaan untuk mencari artikel Bahasa Indonesia. Caca juga menanyakan tentang Pak Hodi yang menjadi penjaga perpus pengganti Pak Akmal, tapi Afdal menggeleng tidak tahu. Cowok itu juga bersumpah kalau ia tidak berbohong pada Caca saat Caca kembali menanyakan hal yang sama. Caca terdiam untuk mencerna kejadian hari ini. Bella yang membaca buku tebal dengan judul "The Ghost in Soul" dan memberitahu kalau buku itu ia dapat dari perpustakaan dan diberikan oleh Pak Hodi yang jelas-jelas bukan penjaga perpustakaan. Jadi, Bella yang berbohong atau memang ada seseorang yang bernama Pak Hodi ini di sekolah dan bertemu dengan Bella? Sambil memikirkan hal itu, Caca dikejutkan dengan bunyi notifikasi ponselnya. Ternyata itu pesan dari Mario. From Mario : Ca, nanti temenin ke ulang tahunnya temen gue ya. Caca memiringkan kepala bingung, kenapa Mario tidak mengajak Redana dan malah mengajaknya ya? Tapi, ia tak urung membalas juga. To Mario : Okee Jadi, siangnya sepulang sekolah, Caca memesan ojek online dan terlebih dahulu menunggu Bella naik bus umum di halte depan sekolah. Untungnya tak ada kejadian aneh setelah Pak Hodi yang entah berasal darimana yang pagi ini bertemu Bella. Tak lama pesanan ojek online Caca datang, ia pun bergegas naik dan pulang ke rumah. Acara ulang tahun temannya Mario akan diadakan sore nanti, kira-kira jam empat sore jadi setiba di rumah Caca tidur siang sebentar. Ia terbangun tepat jam tiga sore karna suara ribut-ribut dari lantai satu rumahnya, agaknya Rafka sudah pulang dan sedang bersama temannya di bawah sana. Caca lalu mandi dan bersiap-siap. Namun, ia masih saja menguap padahal sudah selesai mandi dan berpakaian rapi untuk menemani Mario ke pesta ulang tahun teman cowok itu. Ia melongok ke lantai bawah dari balkon dan mendapati tiga orang teman Rafka dan salah satunya adalah Samuel, mereka sedang sibuk makan. Caca meneguk saliva gugup, ia enggan sekali untuk bertemu Samuel sekarang, tapi kalau pergi tanpa pamit pada Rafka ia juga tidak bisa, jadi Caca berharap agar tidak menatap mata Samuel secara langsung, ia menunduk dan menuruni tangga lalu menghampiri Rafka. “Bang.” Rafka menoleh dan heran melihat Caca sudah rapi dengan gaun selutut sewarna langit biru. "Mau kemana dek?" "Nemenin Mario ke pesta ulang tahun temennya Bang, katanya dia udah bilang sama Abang." Rafka mengecek ponselnya dan melirik Caca sebentar lalu mengangguk. "Iya dia udah bilang, hati-hati ya. Jangan pulang kemaleman." "Sip!" ujar Caca dan mengacungkan jempolnya. "Caca pergi dulu ya bang!" Setelah mengecup singkat pipi Rafka, Caca bergegas pergi dari sana. Rasanya sejak tadi jelas sekali ada yang memperhatikannya, ia jadi merasa sedikit tidak enak. Sesampainya di teras rumah ternyata Mario sudah menunggunya di depan pagar. Mario tampak tampan dengan kemeja lengan panjang kotak-kotak yang ia kenakan, meskipun Caca hanya melihat punggungnya. Caca terkekeh kecil saat cowok itu berbalik dan ternyata kemeja itu dikancing sampai atas, rapi sekali. "Lucu ya?" tanya Mario dan melihat kemeja yang ia kenakan lalu meraba kancing teratas. Caca mengangguk. "Kalau lo gak nyaman gak usah dipaksain." Mario melepas kancing kemeja teratas dan merasa lega karna lepas dari rasa tercekik yang mengganggu. Ia menyodorkan helm pada Caca yang diterima gadis itu lalu mereka pergi dengan tatapan mata Samuel yang mengintip dari jendela rumah Caca ** Pesta ulang tahun itu diadakan di sebuah kafe yang katanya adalah milik Si Kakak yang sedang berulang tahun. Caca pernah dua kali ke kafe itu menemani Mario menyanyi karna penyanyi yang biasa ada di sana sedang sakit. Interior kafe sangat cantik dengan dihiasi balon-balon berwarna pastel dan pita-pita yang berwarna senada. Dari luar sini saja sudah terlihat sangat cantik apalagi melihatnya secara langsung. Mario menggenggam tangan Caca dan mereka masuk bersama. Orang-orang yang sudah berada di sana melihat kedatangan mereka dan mulai berbisik-bisik. Teman-teman Mario mulai menyapa cowok itu dan mereka saling bertukar kabar, sesekali Caca ikut dalam obrolan karna ditanyai siapakah ia yang menemani Mario ke pesta ini. Ada beberapa yang mengira kalau ia adalah pacar Mario, Caca hanya terkekeh kecil dan menutup mulut pura-pura tersipu saja. Caca izin pergi untuk mengambil minuman pada Mario. Ia berjalan agak jauh dari cowok itu ke meja penuh minuman bersoda dan jus buah. Caca memilih segelas jus alpukat saat mengenalinya karna sedikit lebih pekat dari jus melon di sebelahnya. Pesta itu cukup ramai. Banyak remaja sepantaran Caca datang berkelompok ataupun berpasangan seperti halnya ia dan Mario tadi. Namun, tak ada tanda-tanda kehadiran Redana di sini. Ia lalu mengirimi pesan pada gadis itu dan berharap kalau Redana sedang baik-baik saja. Mario berjalan mendekati Caca dengan piring kecil berisi tiga cupcake. Caca tersenyum senang menerimanya dan melebarkan mata tak percaya akan rasa yang dicecap lidahnya saat mengigit cupcakenya. Setelah mengucapkan selamat ulang tahun pada teman Mario dan dibalas kalau mereka berdua cocok bersama, Caca hanya tertawa menanggapinya. Kemudian gadis itu menepi saat orang-orang lain juga ikut mengucapkan selamat ulang tahun. Satu dua Caca mengenal mereka karna sering main ke rumah Mario dan Caca ikut sesekali hangout bersama mereka. Namun, beberapa yang lain baru Caca kenal saat saling sapa dengan Mario tadi. Hingga satu orang yang sejak tadi melihat Caca sinis yang baru Caca sadari kehadirannya. Dia gadis berambut sebahu, si anak baru di kelas Qeenan. Gadis itu tampak tak suka melihat Caca bergandeng mesra dengan Mario. Mungkin ia kira Mario pacar lain Caca, jadi ia merasa Qeenan diselingkuhi. Padahal ke dua cowok itu tidak memiliki hubungan spesial apa-apa dengan Caca. Caca susah payah menahan tawanya, ia semakin merangkul lengan Mario hingga cowok itu merasa ada yang aneh. Ia mengikuti arah lirikan Caca dan mendapati gadis berambut sabahu yang tampak kesal balas menatap Caca. "Dia siapa?" tanya Mario penasaran. "Itu yang nempelin Qeenan di sekolah." jawab Caca sekenanya. Mario hanya ber-oh ria dan lanjut makan potongan brownies yang baru saja ia ambil dari meja penuh kue dan makanan ringan lainnya. Sebab Mario sudah tahu siapa gadis yang kata Caca menempeli Qeenan di sekolah, karena Caca pernah cerita padanya. Pesta itu tak berlangsung lama, setelah jam menunjukkan pukul tujuh malam satu dua orang-orang mulai berlalu pergi. Mario dan Caca terlebih dahulu pamit pada yang mengadakan pesta ulang tahun sebelum berlalu pulang. Sesampainya di parkiran, Caca kembali bertemu si gadis berambut sebahu itu. Ia sedang bersama dua teman perempuannya. Hawa-hawa tak enak mulai terasa. Dan gadis itu berujar sedikit lebih keras menyindiri Caca. "Punya pacar banyak enak, ya. Bisa nempel sana sini." Caca berdecak pelan, lalu mendekati si gadis itu tanpa berhenti menatap tajam ke ke-dua matanya. Ia tersenyum miring lalu tergelak kecil sembari menyentuh ujung rambut gadis itu. Seketika aura dingin tiba-tiba datang, ke dua teman si gadis berambut sebahu mulai mengusap lengannya, kedinginan. "Hubungannya sama lo, gue punya pacar banyak apa?" Caca berujar sinis. "Yang jalanin gue, yang suka gue, yang nyaman gue. Karena lo tau apa?" Caca memiringkan kepala membuat gadis itu bungkam dengan muka memerah menahan marah. "Karena mereka semua punya gue. Milik gue dan tetap milik gue meskipun seberapa keras lo mau ngambil apa yang jadi milik gue." Caca terkekeh sebentar. Gadis itu hanya bisa bungkam dan tak bergerak sama sekali. Agaknya hawa dingin yang Caca pancarkan membuat tubuhnya beku. "Sehabis ini terserah lo mau ngomong apa sama Qeenan, lo mau deketin dia lagi atau lo mau nembak dia. Terserah lo. Tapi satu hal yang mau gue ingetin. Jangan ngarep terlalu tinggi, karna jatuh itu sakit." Setelahnya Caca berlalu dan naik ke atas boncengan motor Mario dan berlalu pergi dari sana. ** Entah kenapa setiap kali Redana dekat dengan Mario pasti selalu ada hal yang membuatnya bete. Seperti hari ini, saat Karina membagikan kartu undangan ulang tahun dirinya yang akan diadakan di kafe milik Kakaknya pada Redana yang sedang berada di dalam kelas dan Mario yang duduk di sebelahnya, Karina langsung bilang kalau Redana akan pergi bersama Mario. Redana tentunya senang, namun ia menyembunyikan perasaan itu dan pura-pura stay cool. Akibatnya malah Mario mengira kalau Redana enggan pergi dengannya. Mario lalu bicara, “Kalau lo gak mau pergi bareng gue, gak papa kok. Gue bisa ajak Caca.Caca pasti mau nemenin.” Mendengar itu Redana jadi kesal. “Siapa juga yang mau pergi bareng lo?” Redana nyolot. “Biasa aja kali, gak usah ngegas,” balas Mario sewot. “Siapa yang ngegas?” balas Redana kesal. Alhasil adu mulut itu selesai dengan Mario yang sibuk dengan ponselnya dan tak mengacuhkan Redana lagi. Redana bukannya kesal pada Caca yang akan menemani Mario nanti, ia hanya kesal pada dirinya sendiri karena gengsi dan sok stay cool padahal senang setengah mampus akan pergi bareng Mario. Redana akhirnya pergi sendiri dan datang lebih awal. Ia berkaca sebentar di mobilnya dan merapikan rambutnya yang hari ini di keritingkan. “Gue cantik begini kok Mario tetep aja gak ngelirik,” gumam Redana. “Karena cantiknya lo cuma gue yang bisa ngelirik,” sahut suara dari samping Redana. “Ah, masa?” Redana balas menyahut. Namun, ia langsung membeku karna ia hanya sendirian di mobil dan suara serak-serak basah siapa yang barusan menyahut gumamannya? “Iya. Dari dulu kan gue emang cuma ngelirik lo.” Sahut suara itu lagi. Redana pun memberanikan diri untuk menoleh ke kanan dan menemukan sosok Kalen dengan kemeja hitam dan tampak rapi sekali duduk di kuri penumpang sembari tersenyum. “Halo baby girl, long time no see,” sapa Kalen yang merupakan Kakak laki-laki Caca nomor tiga seraya tersenyum lebar. “f**k it!” balas Redana ketus dan langsung memalingkan wajahnya. “Loh, udah gak suka lagi gue panggil baby girl lagi ya?” “Banyak omong lo!” “Kalau gue panggil sugar baby mau? Biar gue jadi sugar daddynya.” balas Kalen seraya tertawa kecil. “Ogah! Dasar m***m!” Kalen tergelak. “Biasanya gue mesumin lo sering nagih.” Redana langsung melayangkan pukulan telak dan mengenai kepala Kalen dengan muka memerah malu. “Ngomong sekali lagi lo gue bakar.” Kalen semakin tergelak dan menahan tangan Redana yang hendak memukulnya lagi. “Kok bulshing sih? Akuin aja lo emang suka if i touch you in the your room at midnight, arent you?” Redana menahan kekesalannya sembari menutup mata dan mengatur sistem pernapasannya. Ia tidak mau meluapkan semua emosinya sekarang, sebab ia sudah berdandan cantik-cantik untuk ke pesta ulang tahunnya Karina dan tidak ingin make up nya rusak karna amarah yang tak terkendali. “Nanti kita lanjutin lagi, sekarang lo temenin gue ke dalem.” Kalen menoleh ke arah kafe yang sudah ramai oleh orang-orang yang sudah datang. Lalu ia mengulurkan tangannya untuk disambut Redana dan kemudian ke duanya masuk ke dalam. Redana langsung menemui Karina dan memberikan kado yang ia bawa. Mereka berlagak seolah sepasang kekasih yang bahagia di sana. Akting mereka cukup bagus. Padahal Redana sudah kesal bukan main dan ingin diberi penjelasan tentang kepergian Kalen yang tiba-tiba satu tahun lalu. Saat Mario dan Caca sudah tiba di parkiran, Redana cepat-cepat menarik Kalen menjauh. “Mau kemana? Gue belum selesai makan ini.” Kalen protes, di tangannya ada sepiring penuh kue-kue yang sudah disediakan untuk tamu undangan ulang tahun. “Makan di dalam mobil aja, kita perlu waktu berdua,” jawab Redana. Kalen menurut dan duduk tenang di samping Redana. Setelahnya Redana melajukan mobil menjauhi kafe itu. Senja sudah tiba, sinar jingganya menghiasi langit. Redana memberhentikan mobilnya di bahu jalan saat mereka sudah tiba di jembatan panjang antar kota yang cukup ramai menjadi tempat persinggahan orang-orang untuk menghabiskan senja. Redana keluar dari mobil, begitu juga Kalen. Ia sudah menghabiskan kue-kue yang dibawanya tadi. Gadis itu bersandar pada pembatas jembatan dan bersedekap d**a serta melihat begitu intens ke arah Kalen. “Gitu banget liatnya.” Kalen berujar sedikit ngeri. “For one year you lose in my live, but why you comeback? Dan datang tiba-tiba udah ada di mobil gue.” “Sorry baby. Actually... “ **
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD