Selamat membaca
Setelah meninggalkan toko perhiasaan Bryan tidak langsung pulang. Dia ingin memberi kejutan untuk istrinya pada hari ulang tahun pernikahan mereka. Selain menyiapkan hadiah, tentu saja, Bryan menyiapkan tempat untuk merayakan ulang tahun pernikahan.
Mereka belum pernah menggelar pesta pernikahan mereka saat itu karena Tuan Tua Marioline mendadak sakit akhirnya keduanya menunda untuk menggadakan pesta resepsi pernikahan mereka.
Setelah Tuan Tua Marioline meninggal, Bryan semakin dimusuhi oleh banyak orang. Namun, saat ini dia memiliki uang untuk membuat istrinya bahagia.
Lamuse hotel adalah hotel termewah di kota itu. Berbagai fasilitas terdapat di dalamnya, termasuk balon udara. Bryan memesan balon udara untuk dijadikan tempat merayakan ulang tahun pernikahannya.
Lalu meminta pihak hotel untuk menghiasi tempat itu dengan sangat indah. Dia yakin istrinya akan bahagia melihat kejutan ini.
Berapapun harganya Bryan tidak perduli. Dia ingin membahagiakan istrinya. Tapi Bryan tidak tau jika hotel ini mengadopsi beberapa level pelayanan pada berbagai fasilitas. Hanya anggota berlian yang bisa menduduki kamar presidensial dan fasilitas balon udara itu milik anggota berlian.
Bryan sampai di depan hotel Lamuse, dua orang pengawal menghentikan langkahnya
“Maaf, Tuan. Bisakah Anda menujukan kartu anggota Anda?” pinta petugas tersebut.
Bryan terdiam sesaat sebelum dia menjawab, “Saya ingin berdiskusi dengan pihak admin untuk memesan kamar di sini.”
Dia tidak memiliki kartu keanggotaan.Bagaimana dia bisa menyerahkan kartu itu pada mereka.
Saat dia melangkah, petugas keamanan menghentikan langkahnya, “Maaf anda tidak bisa masuk ke sini tanpa kartu anggota.”
Bryan menghela napasnya dan berkata, “Oke, lalu apakah saya bisa mengajukan permohonan untuk kartu keanggotaan?”
Mereka menggelengkan kepalanya, “Maaf, kartu keanggotaan harus diproses melalui kartu tanda pengenal.”
Bryan merasa proses layanan di hotel ini sangatlah rumit. Tiba-tiba dia mengingat perkataan teman lamanya, Sheryn yang pernah mengatakan bahwa dia bisa menghubunginya saat dia membutuhkan bantuannya.
Kemudian, dia mengeluarkan ponselnya dan menghubungi teman lamanya. Begitu telponnya terhubung, dia bercerita tentang ini. Wanita itu dengan cepat mengiyakan.
Beberapa menit kemudian, Sheryn datang sambil memanggil nama dan melambaikan tangannya ke arah Bryan.
“Sudah lama aku tak melihatmu, kau sudah sangat sukses sekarang,” puji Bryan sambil berjabat tangan.
“Ah tidak, aku hanya orang kecil saja,” sahutnya tersenyum.
Sheryn menatap ke arah pengawal yang berada di balik pintu, “Kau memblokir namanya? Kau tau dia siapa? Dia itu temanku.”
“Maaf manajer, Sheryn. Kami tidak tau dan kami hanya mengikuti peraturan hotel,” sahut mereka.
Bryan meminta Sheryn agar tidak mempersulit security itu ketika Sheryn murka dengan mereka.
Ekpresi Sheryn berubah tiba-tiba. Dia menyeringai sinis sebelum dia berkata, “Kau pikir aku akan mempersulit bawahanku? Apa kau pikir aku akan melakukannya untukmu?” Wanita itu tampak seperti bunglon saat ini.
Tatapannya tidak lepas memandangi penampilan Bryan yang sederhana.
Melihat sikap Sheryn yang berubah tiba-tiba, membuat Bryan menjadi bingung. Dia bertanya untuk meminta penjelasan. “Apa maksutmu?”
Wanita itu menatap Bryan dengan gelagat yang merendahkannya, “Kau itu tidak pernah berubah dari dulu, tetap saja gembel!”
Bryan tertegun sesaat sebelum menyadari bahwa Sheryn berpura-pura baik dengannya. Itulah mengapa wanita ini tampak aneh dan rumit.
Lalu apa salahnya? Bukankah, dulu dia mengatakan jika Bryan membutuhkan bantuan, dia bisa menghubunginya tetapi apa yang terjadi?
Dia bertanya dengan dingin, “Kenapa kau menghinaku? Aku tidak pernah mengejekmu?”
Wanita itu menanggapi Bryan ketika dia menyentuh pakaian Bryan dan menghinanya. “Kau itu pemulung tidak pantas berada di sini! Apa kau tidak malu meminta bantuan dariku terus menerus?”
Bryan mengepalkan tangannya ketika dia tersulut emosi. Sheryn tertawa dan berkata dengan hina, “Kasihan sekali pernikahanmu itu. Bahkan, kau dan Miley sudah menikah 5 tahun tapi belum tidur satu ranjang dengannya? Apa Miley adalah wanita simpanan pria lain?”
Ekpresi Bryan menjadi gelap ketika dia mengerutkan keningnya. Pasalnya, dia menyaksikan Sheryn yang terus menghina dirinya dan istrinya. Sorotan matanya menjadi kejam.
Tanpa berkata apa-apa, dia mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Gustavo.
Sheryn masih berbangga dengan dirinya. Dia mengira bahwa Bryan sedang berakting di depannya dan dia seperti sedang menonton drama laki-laki itu. “Dasar sampah! Kau itu terlihat sangat kotor!"
Teriakan Sheryn diabaikan Bryan, ketika dia menelpon Gustavo, pemilik Lamuse hotel.
“Apakah Anda yang bernama Gustavo Imanuel? Saya Bryan Zavier. Saat ini saya ada di depan pintu Lamuse hotel. Saya akan memberimu 5 menit untuk menemui saya. Jika tidak, kau akan tahu akibatnya." Suara Bryan terdengar berat.
Gustavo merasakan bahwa dirinya sedang dalam bahaya. Oleh karena itu, dia tidak akan membiarkan itu terjadi. “Tuan Muda Zavier? Apa Anda benar-benar di depan pintu Lamuse?”
“Anda masih punya beberapa detik lagi untuk turun!” balas Bryan dingin.
“Baik, Tuan. Saya akan segera datang,” sahutnya dan mengakhiri telponnya.
“Kau pikir bisa menggertakku dengan berpura-pura untuk menelpon Presiden Gustavo. Ini adalah lelucon, Bryan."
Bryan tersenyum dingin. “Menurutmu? Tunggu saja selama 1 menit.”
Sheryn tersenyum licik dan berkata dengan hina, “Baiklah aku akan menunggunya. Jika dalam 2 menit dia tidak datang, maka aku akan meminta petugas keamanan untuk merobek mulutmu.”
1 menit kemudian, seorang pria yang berstelan jas berwarna abu-abu itu berlari menuju ke Bryan. Pria ini tidak menyangka kalau Tuan Muda Zavier akan muncul di tempat dia bekerja.
Menurut Geral Steven, Rafael grup bekerja sama dengan Lamuse hote dan 80 per cen saham hotel milik Rafael grup.
Sheryn terus mencibir Bryan tanpa henti. Pria yang menjabat sebagai Presiden direktur di Lamuse hotel berdiri di belakang Sheryn.
“Tuan..” Gumaman Gustavo membuat Sheryn tersentak dan reflek menoleh ke arah Gustavo dengan rasa takut. Tatapan Gustavo pada Sheryn membulat sempurna. Wanita itu tidak menyangka bahwa Bryan mengenali Gustavo.
Bryan segera memperingatkannya agar tidak membuka rahasianya. “Jangan katakan apapun di luar.”
Gustavo mengangguk cepat. Dia takut salah bicara. “Tuan Bryan selamat datang, mari ke ruangan saya,” ucap Gustavo.
Sheryn menganga kaget melihat perlakuan hormat Presdir terhadap temannya. Tiba-tiba sikapnya berubah menjadi ramah pada Bryan.
Dia pikir Bryan akan melupakan apa yang telah dia ucapkan padanya tadi. Melihat perlakuan Sheryn yang ramah pada Bryan, Gustavo berkata, “Aku akan mempromosikanmu sebagai wakil ketua.”
Wanita itu tercengang dan bersemangat. Namun, ekpresi Bryan sangat datar dan menyerigai dengan dingin.
“Apa? Kau ingin mempromosikan dia? Apa aku mengenalnya? Karena aku tidak memiliki kartu anggota, jadi aku menelponnya untuk meminta bantuan tetapi dia malah menghinaku tanpa alasan. Apa kau ingin melawanku?”
Gustavo tersedak saat mendengarkan pernyataan Bryan. Tangannya reflek melayang di pipi Sheryn.
“Kenapa kau menghinanya? Kau itu wanita yang tidak tau malu!” Gustavo murka.
“Ma-maafkan saya, Tuan Bryan. Saya salah,” lirih Sheryn. Wanita itu membungkuk dan memohon kepada Bryan ketika dia berbicara.
Tatapan Gustavo beralih ke arah dua pengawal yang berdiri di dekatnya. “Bawa dia keluar dari sini! Pastikan semua perusahaan di kota ini akan memblokirnya!” Gustavo memberi intruksi pada penawalnya.
“Maafkan saya Presiden Gustavo, saya salah,” Sheryn berkata dengan gugup ketika dia tidak bisa menyembunyikan rasa takutnya.
Gustavo Imanuel melototinya saat dia berkata dengan dingi pada Sheryn, “Hah! Mengapa baru sekarang kau tau salah? Jika kalau bukan karena Tuan Zavier aku sudah membunuhmu!”
Bryan mengabaikan permintaan maaf Sheryn saat dia menangis dengan putus asa. Dia memicingkan matanya saat dia berkata dengan ekpresi yang acuh tak acuh pada Shery. "Kau bahkan juga menghina istriku."
Tentu saja, Bryan tidak bisa memaafkan Sheryn begitu saja. Dia ingin wanita ini mendapatkan pelajarannya agar di masa depan wanita ini tidak meremehkan orang lain.
Memikirkan hal itu, sorotan mata Bryan memerah sebelum dia berkata dengan tegas, “Aku tidak akan memaafkan siapapun yang telah menghinaku dan istriku!”
Setelah jeda sesaat, Bryan melanjutkan, “Apa yang kau tanam, itu yang kau tuai. Maka terimalah sekarang akibanya.”
Meskipun Sheryn memohon dan menangis frustasi tetapi tidak mengubah keputusan Bryan untuk baik padanya. Setelah Sheryn pergi, Bryan dan Gustavo mulai berdiskusi tentang sesuatu.
Bryan menghela napasnya dan berkata, “Aku ingin bicara tentang balon udara itu.”
“Baik, silahkan Tuan Bryan,” sahutnya cepat. Keduanya pergi ke ruangan Gustavo.
Bersambung