Bab 13. Hanya Menguatkan

1039 Words
Pagi menunjukkan kilau yang menyengat masuk ke dalam rumah menjadi bayangan-bayangan yang menentu, pancaran sinar matahari pagi membuat Adrena berdiri di teras apartemen Gama seraya memejamkan mata, terlalu banyak masalah yang ia hadapi beberapa hari ini, ia sudah berusaha ikhlas, namun tetap saja keikhlasan belum bisa ia raih. Selama ini ia mengorbankan banyak hal demi mempertahankan hubungannya meskipun akhirnya ia hanya lah dianggap debu dan kotoran oleh sang kekasih. Dunia yang sudah ia bangun sedemikian rupa, istana yang hendak ia masuki, menjadi kehancuran tersendiri dalam hidupnya. Dalam perjalanan hidup Adrena, selalu ada berbagai momen yang menyakitkan. Setiap peristiwa yang ia temui selalu memberikan cerita tersendiri. Pengalaman baik, buruk, mengejutkan, atau mendebarkan bisa datang kapan saja dan datang dari mana saja. Tidak jarang juga, momen ini bertahan dengan durasi cukup lama. Ketika momen bahagia yang bertahan, tentu akan membuatnya senang. Tapi ketika hal yang kurang baik datang, terkadang perasaan resah dan patah semangat bisa hadir dalam hati. Termaksud hubungan yang sudah ia bangun lama. Agung yang ia anggap rumah untuknya pulang hanya lah sebagian tempat persinggahan semata, karena ia tak pernah menganggap Adrena sebagai wanita yang akan menjadi satu-satunya yang ada dihatinya. Andaikan bukan Gama yang menyelamatkannya malam itu, Adrena tidak akan pernah menghirup udara segar pagi ini. Adrena pasti akan terbujur kaku dengan banyak upaya untuk menyelamatkannya, namun Adrena menyadari satu hal saat ini, ia tidak boleh mengakhiri hidup karena semua hal yang sudah ia kumpulkan meskipun sia-sia, namun akan ada saatnya ia bahagia, karena rencana Allah lebih indah. Dan, pria yang bernama Gama itu lah yang menjadi rumah untuknya pulang, ketika ia di usir dari apartemennya sendiri. Gama keluar dari kamarnya dan menoleh melihat Adrena yang saat ini berdiri di teras apartemennya seraya menutup mata dan membiarkan wajah cantiknya terjemur oleh matahari pagi. Gama memandanginya, wajah cantik nan rupawan itu ada di rumahnya. Gama tak menyangka menjadi orang pertama yang menyelamatkan gadis itu dari keterpurukan. Gama menggeleng, menyadarkan tatapannya, ia tidak boleh seperti ini, ia harus fokus, ia tidak boleh gagal fokus hanya karena Adrena ada di apartemennya. Gama berdeham, membuat Adrena membuka pejaman matanya dan menoleh melihat Gama yang saat ini mengelus leher belakangnya. “Heem?” “Kamu sudah bangun?” tanya Gama masih dengan tatapan malu-malu. Adrena mengangguk dan berkata, “Aku sudah siapkan sarapan di atas meja,” kata Adrena lalu melangkah menuju meja makan yang ada di dekat meja kompor, lalu menunjuk semua makanan yang ia masak. “Hanya ini yang ada di kulkas, jadi aku masak seadanya.” “Tidak masalah. Ini saja sudah bagus,” kata Gama, lalu duduk di kursi kebesarannya. Gama mendongak dan berkata, “Kenapa kamu tidak duduk?” “Apa aku harus duduk?” tanya Adrena. “Kamu tidak mau sarapan?” “Mau,” kata Adrena. “Ya sudah, ayo makan bersama saya, lagian kan ini masakan kamu cukup banyak dan porsi saya sedikit,” kata Gama. Adrena mengangguk, lalu duduk dihadapan Gama, pria yang duduk dengan santun didepannya, dengan tatapan yang malu-malu, Adrena pun ikut malu. Keduanya lalu sarapan bersama, tak ada obrolan yang mereka obrolkan, tak ada yang memulai berbicara, mereka diam-diaman, dan merasa tak nyaman jika tak ada obrolan seperti ini, Adrena berusaha menepis keinginan untuk pergi meninggalkan apartemen ini, karena lama-kelamaan ia akan merepotkan Gama dan Gama akan merasa bahwa ia adalah beban. “Kamu tidak perlu menganggap dirimu beban,” kata Gama akhirnya buka suara. “Ha?” “Kamu pasti merasa tak nyaman kan?” tanya Gama mendongak dan menatap Adrena. Adrena mengelus leher belakangnya dan mengangguk malu. “Saya menolong kamu itu ikhlas, dan saya tidak pernah menganggap kamu beban. Kamu bisa menganggap saya teman atau sahabat kamu, saya tidak pernah beranggapan bahwa kamu harus meninggalkan apartemen ini, tinggal lah di sini sesuka hatimu, sampai kamu menemukan kenyamanan di luar sana,” sambung Gama masih dengan tatapan senduhnya. Pria tampan di atas rata-rata itu hanya berhenti sejenak, lalu kembali melanjutkan, “Dan, jangan pernah menganggap hidup ini tak adil, karena hidup ini kamu yang jalani. Dan, setiap masalah yang datang dan pergi, akan terus ada. Setiap datangnya masalah akan selalu ada hal indah yang mengiringi, cepat atau lambat.” Mendengar apa yang dikatakan Gama barusan, membuat air mata Adrena luruh begitu saja, karena saking tersentuhnya dengan kata-kata itu, karena hal yang paling ia inginkan adalah kekuatan dari seseorang. Seperti yang dikatakan Gama. Dengan cepat Adrena menyeka airmatanya, agar tak terlihat sedang menumpuk masalah. Karena, didalam hatinya saat ini sudah hancur, tak ada lagi kepercayaan yang bisa ia berikan kepada seorang pria, dan ia pernah berjanji bahwa tak akan pernah lagi mengenal pria. Karena, hatinya dikecewakan oleh kepercayaannya sendiri. “Sebagai manusia kita harus bersyukur, ketika kita bertemu dengan masalah. Berarti Tuhan percaya kita adalah sosok yang kuat dan tegar.” Gama melanjutkan. Hatinya bergemuru didalam sana, ia tak tahan lagi, ia tumpahkan semuanya didepan Gama, entah mengapa airmatanya menjadi mudah luruh ketika Gama mengatakan hal itu, ia menjadi cengeng padahal ia sudah berusaha menahan diri, namun akhirnya airmatanya tumpah juga. “Maaf,” ucap Adrena. “Wajar jika kamu menangis, silahkan menangis. Saya akan menjadi orang pertama yang melihatmu menangis mulai sekarang,” kata Gama, yang menganggap kebaikannya saat ini hanyalah sebagai manusia. Adrena mengangguk lalu bangkit dari duduknya, ia melangkah menuju kamarnya dan mengunci diri didalam kamar, ia menutup dirinya menggunakan selimut dan mengangkat bantalnya untuk menutupi mulutnya. Ia menangis dan berteriak di dalam sana. Adrena belum ikhlas, istana dan rumah yang ia bangun selama ini, telah menjadi kotor karena perbuatan Agung, rumah yang sejak awal ia pondasi dengan baik, hancur karena kekotoran Agung. Adrena manusia biasa, terlebih lagi wanita, yang telah kehilangan banyak hal dalam hidupnya, kehilangan keluarganya, dibuang keluarganya, kehilangan apartemennya, kehilangan tabungannya dan kehilangan cintanya hanya karena satu pria yang brengseknya diatas rata-rata. Gama mendesah napas, karena ia telah salah membahas hal itu didepan Adrena, sehingga memancing airmata Adrena keluar, padahal pagi ini ia berharap Adrena melupakan semuanya, namun Gama malah menjadi orang yang mudah untuk mengatakan hal itu. Namun, niatnya baik, ia ingin Adrena sembuh dari lukanya dan melanjutkan hidupnya. Meskipun ia tak tahu seberapa besar pengorbanan Adrena dan seberapa kuat Adrena bertahan selama ini. Mungkin jika bisa dibandingkan dengan uang, kerugian Adrena mencapai milliaran rupiah. Kebaikan dibalas kejahatan, mampukah Adrena menjalani semua ini?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD