Blurb
Sky hampir gila. Rambutnya sudah memasuki fase rontok parah. Kejadian enam bulan lalu seperti malapetaka tak berujung yang menghancurkan semua rencana hidup indah yang sudah Sky susun sejak lama.
"Kau tak masuk hari ini, Sky?"
Sky ingin menjerit. "10 menit lagi."
"Kau gila. Kau masih di kasur bagaimana bisa kau sampai 10 menit lagi? Kau mandi saja bisa satu jam."
Sky turun dari kasur. Ia letakkan benda pipih yang baru digantinya 3 hari lalu itu. Sky tak terlalu mengikuti perkembangan mode telepon genggam. Tapi karena ponselnya yang lama sudah dihancurkan Ravi beberapa hari lalu, Sky tak punya pilihan lain selain menggantinya. Sesekali membeli barang mahal tak ada salahnya.
"Kau tak mandi?" Tuding Mia.
Sky tak menjawab. Mengabaikan Mia lebih baik daripada membuat rusak moodnya di pagi hari. Ralat, ini sudah jam setengah 12.
"Ini.." berkas cukup tebal diletakkan di atas meja Sky. "Sebelum jam makan siang selesai aku harap itu sudah beres." Si diktator menyebalkan itu berlalu.
"Dia memang gila."
Sky sudah biasa. Setidaknya dia tidak ditelpon pagi tadi dan dipaksa ke kantor di saat dirinya baru tidur pukul 5 pagi. Sky lembur semalaman.
"Kau mau membantuku?" Tanya Sky. Cara jitu mengusir Mia agar kembali ke kubikelnya. Sky menyalakan komputer kemudian jari-jari lentiknya mulai berselancar di atas keyboard.
...
"Lagipula hanya ada 5% saja populasi perempuan single yang masih virgin sekarang. Jangankan usia 27 tahun. 21 saja sudah banyak yang tidak perawan."
"Aku tidak heran."
"Kalian membahas apa?"
"Ini, membahas populasi virgin."
Sky membuat pesanan kemudian mulai sibuk dengan benda pipih di tangannya. Sudah dua hari Sky tak ke rumah Osean. Alasannya? Karena Sky diburu deadline. Bos s****n memang!
"Aku kenapa?" Sky mengangkat wajah saat namanya disebut.
"Kau masih virgin?"
"Boleh tidak aku jawab?" Sky kembali sibuk dengan ponselnya yang bergetar beberapa kali.
Mr. Bgst : terserah padamu
Mr. Bgst : aku hanya mengingatkan kalau waktumu terus berjalan
Mr. Bgst : paling kau harus..
"Harus apa? s****n!" Sky memaki pelan.
"Kau kenapa?" tanya Mia.
Sky menggeleng.
"Kenapa kalian membahas masalah virgin? Seperti tak ada bahasan lain?"
"Hanya penasaran."
"Di kantor saja aku yakin banyak yang sudah tak perawan."
Drtt..
Sky benar-benar ingin membuang ponselnya sekarang. Ini makan siang dan Osean seperti tak ingin memberinya ketenangan.
"ONS bukan sesuatu yang baru lagi di jaman sekarang. Sugar daddy juga sepertinya sudah jadi trend. Memang kau pikir gadis-gadis muda itu mendapat kemewahan dari mana? Aku kenal beberapa yang berasal dari keluarga sangat biasa tapi bisa hidup dengan gaya glamour di ibu kota. Beberapa bahkan terang-terangan menyebutkan kalau mereka dipelihara."
Sky agak meringis mendengar kata pelihara yang diucapkan sang teman. Pahit memang, tapi begitulah adanya. Zaman modern kan?
Sky segera melahap makanannya karena perutnya sudah keroncongan. Dia bahkan tak sarapan tadi pagi. Sky sengaja makan sedikit lebih banyak sekarang. Meski lelah ia tetap harus ke rumah Osean hari ini. Sky masih sayang pada dirinya.
...
"Non Sky.." ART menyapa saat Sky memasuki rumah. Seperti biasa, pintu depan rumah Osean selalu terbuka lebar. Jika Sky berhasil melewati gerbang, itu pertanda Sky bisa langsung masuk ke dalam rumah.
"Ravi sama Savy ada?"
"Ada Non. Tuan Ravi dan Tuan Savy sedang di kamar mereka."
Sky mengerutkan kening. Tak biasanya dua bocah itu ada di kamar mereka pada jam ini. Biasanya jika tak menonton di teater room, Sky pasti menemukan mereka sedang bertengkar.
"Taun Ravi sedang dalam mood yang buruk sejak pulang sekolah tadi. Tuan Savy sepertinya sedang mengerjakan tugasnya."
Sky mengangguk. Ia segera menaiki tangga menuju kamar dua orang itu. Ravi dan Savy ini adalah anak Osean yang kini berusia 5 tahun. Masih kecil? Iya. Tapi nakalnya luar biasa sekali.
Sky mengetuk pintu kamar dengan gantungan bertulisan Raviiga. Tak ada jawaban. Sky menarik handle pintu perlahan. Tak dikunci. Sky segera mendorong pintu. Ia melongok ke dalam dengan hati-hati. Terakhir Sky melakukan ini, kepalanya hampir bocor terkena lemparan robot dari dalam kamar.
Sunyi.
"Ravi.." Sky mencoba memanggil.
"Get out!" Oke! Sky ditolak!
"Aunty bawa sesuatu. Your favourite cheese cake."
Oke, aman. Sky segera masuk. Ia temukan Ravi tengah berbaring di kasurnya dengan wajah yang super duper kelam. Dia benar-benar badmood.
"Cheese cake nya mau aunty tinggal atau mau dipotong?"
"Potong."
Sky segera mengambil perlengkapan berupa piring, garpu dan juga pisau kue. Si bungsu ini harus segera dilaksanakan keinginannya sebelum dia berubah pikiran.
Ravi tampak makan dalam diam. Cheese cake ini memang berhasil membawa Sky ke dalam kamar Ravi. Tapi tak ada jaminan Sky bisa mendapatkan lebih dari ini. Mood Ravi bisa berubah seketika. Jika dilihat sepertinya Ravi memang lebih mirip Osean. Sifatnya hampir 98% sama. Tck.
"Ravi butuh yang lain?"
Ravi menggeleng. "I just need daddy."
Ini dia masalahnya.
"Kita telfon Daddy mau?"
Ravi menggeleng. "I hate him."
"Kenapa Ravi bicara seperti itu?"
Ketukan pintu kamar menarik perhatian Sky. Pelayan.
"Ada apa?"
"Tuan Besar," bisik pelayan itu. Sky menghela napas.
"Halo—"
"Terserah bagaimana caranya yang penting kau harus berhasil membujuk Ravi. Pastikan dia mau makan."
Jika saja tak sayang nyawa, Sky pasti akan memaki Osean dengan segala ilmu sumpah serapah yang ia punya. Manusia diktator!
"Ravi marah."
"Tidak perlu memberitahuku. Aku ayahnya. Kau pikir aku tidak tahu anakku?"
Sky mengernyit. "Kenapa pula dia marah?" Sky membatin.
Sky belum bicara lagi tapi Osean sudah memutuskan sambungan. Apa yang bisa Sky lakukan selain menghela napas?
"Ada apa sebenarnya? Apa terjadi sesuatu di sekolah tadi?" Sky butuh informasi.
"Ada acara besok di sekolah. Biasanya selalu Nona Giselle yang datang. Tapi kali ini Tuan Ravi tak ingin Nona Giselle. Tuan Ravi ingin Tuan Besar yang datang."
"Lalu?" Sky tak melihat ada masalah. Osean tinggal datang, kan? Apa salahnya? Osean tak pernah menolak keinginan anaknya kan?
"Masalahnya Tuan Besar sedang tidak di Indonesia saat ini. Dia sudah dua hari di Berlin. Beliau baru akan kembali lusa."
Ya Tuhan. Sky ingin menangis. Pantas dia tak dicari sejak kemarin. Osean memang sedang tidak di rumah. Jika tahu Osean tak di sini, Sky tak akan datang tadi. Tapi pasti Osean akan menanyakan keberadaannya kan? Atau pelayan di rumah ini akan melapor bahwa dia tak datang. Entahlah. Sky sakit kepala sekarang. Kini yang harus Sky pikirkan adalah bagaimana membuat Ravi tak merajuk lagi. Bagaimana?
***