Kangen

1549 Words
02 "Kita mau ke mana?" tanya Jewel sambil mengedarkan pandangan ke sekeliling. Sedapat mungkin dia tidak menoleh ke kanan karena ngeri beradu pandang dengan pria playboy cap sabun colek. "Ke tempat spesial," jawab Trevot sembari melirik sekilas, kemudian kembali fokus mengemudi. Jewel hendak kembali bertanya, tetapi kemudian ditangguhkan karena enggan berdebat. Dia harus menjaga sopan santun, terutama karena Trevor adalah kliennya. Perempuan bermata tidak terlalu besar mengatur napas agar bisa lebih tenang. Jewel memutuskan memindai sekitar untuk mengisi kekosongan waktu. Jalanan Kota Jakarta di awal malam penghujung minggu tampak ramai. Pada beberapa titik, mobil Lexus merah sempat tertahan kemacetan, sebelum akhirnya kembali melaju dengan kecepatan sedang. Jewel bertanya-tanya dalam hati ketika mobil yang dikemudikan Trevor berbelok ke kiri dan memasuki sebuah hotel bintang lima. Alis gadis bergaun hitam menyatu dan dadanya berdegup kencang, karena merasa takut bila pria di sebelah kanannya merencanakan sesuatu hal yang tidak baik. "Kita mau makan malam di sini," tutur Trevor sambil mematikan mesin mobil. Pria itu menoleh dan mengulaskan senyuman tipis, merasa lucu dengan tingkah Jewel yang tampak sangat gugup. "Kamu pikir mau ngapain?" selorohnya. "Ehm, nggak ada mikir apa pun," kilah sang gadis sembari melepaskan sabuk pengaman. Dia merasa malu karena ketahuan telah mengira yang tidak-tidak. Trevor melepaskan sabuk pengaman dan bergegas keluar, sebelum menutup pintu mobil dengan pelan. Lelaki berkemeja hitam pas badan memutari kendaraan mewah beroda empat, untuk membukakan pintu buat Jewel yang masih tampak canggung. "Terima kasih," cetus gadis berkulit kuning langsat seraya mengulaskan senyuman tipis. Trevor tidak menyahut dan hanya mengangguk. Setelah Jewel keluar, pria berkumis tipis menutup pintu dan mengulurkan tangan kanan yang tidak disambut Jewel. Trevor menatap perempuan berbibir penuh sesaat, sebelum memegangi lengan kiri sang gadis dan mengajaknya menuju lobi utama. Mereka berbelok ke kiri dan memasuki salah satu dari tiga restoran yang berada di hotel tersebut. Seorang pria dewasa berseragam putih bergegas menyambut, setelah berbasa-basi sesaat, pria itu mengantarkan kedua tamunya ke meja sudut kanan dan memanggil pegawai restoran untuk melayani tamu spesial. Dengan lugas Trevor menyebutkan menu makanan favoritnya bila tengah berkunjung ke restoran tersebut. Jewel membaca teliti daftar menu, kemudian memaparkan pesanannya. Setelah pelayan meninggalkan meja, Jewel memindai sekitar. Dia mengagumi keindahan interior restoran yang sangat unik. Setiap detail diatur sedemikian rupa dan sangat pas, memanjakan mata para pengunjung dan sangat memukau. Meja-meja beragam ukuran disusun sesuai lekukan ruangan. Kesan lega dan eksklusif terpampang nyata dari beragam furnitur berkelas. Jewel pernah mempelajari desain furnitur dan sangat yakin bila yang digunakan di restoran yang menyediakan berbagai makanan khas western, merupakan pilihan terbaik. Sementara itu, pria di hadapan memandangi wajah gadis berambut panjang lekat-lekat. Entah kenapa, sejak pertemuan pertama mereka di acara pesta pertunangan Jewel dan Marcellino beberapa minggu lalu, Trevor merasa sangat tertarik dengan gadis bertubuh cukup tinggi di seberang meja. Kendatipun dia selalu dikelilingi banyak perempuan cantik, tetapi keelokan paras Jewel tetap memesonanya. Wajah ovalnya yang mungil. Sepasang alis tebal membingkai mata yang berukuran tidak terlalu besar beriris cokelat muda, mampu memesona dan seolah-olah membuat Trevor tenggelam di dalamnya setiap mereka beradu pandang. Hidung bangir yang pas dan bibir yang tepat bentuknya, menyempurnakan penampilan perempuan tersebut. Gaun hitam panjang yang dikenakan Jewel tampak sangat kontras dengan kulit kuning langsatnya yang bersih. Jewel terkesiap ketika beradu pandang dengan sepasang mata beriris hitam milik Trevor, yang kali itu menatapnya dengan sorot mata berbeda. Perempuan berbibir penuh memaksakan senyuman agar Trevor tidak menyadari kegugupannya. "Kamu suka tempat ini?" tanya lelaki berambut tebal. "Iya, indah sekali," jawab Jewel dengan jujur. "Dan semoga makanannya juga lezat," sambungnya yang tak urung membuat Trevor tersenyum lebar. "Kalau nggak lezat, nggak mungkin saya bawa kamu ke sini," sahut Trevor. "Ini salah satu restoran favorit saya," sambungnya. Jewel hanya manggut-manggut karena bingung hendak menjawab apa. Gadis berhidung bangir kembali mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan. Dua memperhatikan penampilan para pengunjung yang bisa dipastikan orang-orang kelas atas. Ketika pesanan tiba, mereka menikmati hidangan dalam diam. Sekali-sekali Trevor melirik Jewel, tetapi gadis itu tidak berani balas memandang dan memilih untuk tetap fokus menghabiskan makanannya yang benar-benar enak. "Apa Mas sudah melihat email konsep acara yang kukirim?" tanya Jewel, sesaat setelah menghabiskan makanan dan menyeka bibir dengan tisu. "Sudah," jawab Trevor singkat. "Ada yang mau diubah?" "Nggak ada, lanjut aja, apa pun rencanamu pasti akan saya setujui." "Ehm, baiklah. Jangan protes kalau sudah siap acaranya." Trevor mengangguk, kemudian menatap Jewel dengan lekat. "Mau dansa?" tanyanya. "Ha?" "Ayo!" Trevor berdiri dan mengulurkan tangan kanan. Jewel terpaku sesaat, sebelum akhirnya mengangguk dan berdiri. Dia sedikit ragu saat menyambut uluran tangan pria berbadan tinggi. Keduanya jalan ke tempat di mana sebuah band pengiring tengah memainkan lagu romantis. Tubuh Jewel menegang ketika Trevor tiba-tiba menarik dan merangkul pinggangnya. Tangan kanan sang pria menggenggam jemari kiri Jewel dan mulai mengayun langkah perlahan mengikuti irama musik. Trevor terus mengamati perubahan raut wajah sang gadis. Dari tampak terkejut hingga muncul semburat merah jambu mewarnai pipinya. Hal itu membuat Trevor makin mengagumi sosok Jewel yang menurutnya sangat berbeda dari para perempuan yang selama ini mengelilingi dirinya. Sudah bukan rahasia lagi, bila sosok Trevor Aryeswara dikenal sebagai pria tampan yang dikejar-kejar banyak perempuan. Kebiasaannya bergonta-ganti pasangan pun sudah menjadi pergunjingan umum. Ditambah dengan kekayaan keluarga, membuatnya menjadi high quality man bagi semua perempuan pemuja harta. Selain itu, ketenaran sang papa, Peter Aryeswara sebagai pengusaha sukses, membuat Trevor menjadi incaran para pengusaha lain. Mereka berlomba-lomba untuk memperkenalkan anak perempuan mereka, dengan harapan salah satu dari kedua anak laki-laki Peter mau menjadi menantu. Trevor hanya memiliki satu Adik, yakni Terren Aryeswara. Terpaut usia lima tahun tidak menyebabkan hubungan mereka tidak dekat, tetapi justru sebaliknya. Trevor dan Terren sering menghabiskan waktu bersama di berbagai kelab ataupun pesta-pesta pribadi teman-teman mereka. Namun, sosok Terren dianggap lebih kalem dibandingkan sang kakak yang terkenal dengan sebutan Don Juan. Lagu pun usai, Trevor mengajak Jewel kembali ke meja mereka. Sang lelaki mengajak perempuan berparas ayu mengobrol santai tentang bisnis event organizer. Seakan-akan Trevor sangat tertarik untuk terjun dalam bidang yang sama. Malam makin larut, Jewel yang merasa lelah, meminta untuk diantarkan pulang oleh Trevor. Namun, dia hendak ke toilet terlebih dahulu, sementara pria berhidung mancung menunggu sambil mengulum senyum misterius. Setelah memastikan Jewel telah menjauh, Trevor mengambil sesuatu dari saku celana jin krem-nya. Kemudian menaburkan serbuk yang sudah dipersiapkan sejak tadi ke minuman Jewel. Trevor segera mengaduknya sambil memindai sekitar untuk memastikan tidak ada seorang pun yang melihat aksinya. Kala Jewel kembali, Trevor memintanya menghabiskan minuman yang tersisa separuh. Dengan patuh gadis beralis tebal menyeruput isi gelasnya. Kemudian berdiri dan jalan berdampingan dengan Trevor. Keduanya keluar dari restoran dan segera memasuki mobil. Rasa kantuk yang tidak tertahankan membuat Jewel langsung terlelap ketika kendaraan bergerak menjauh dari hotel tersebut. Tidak menyadari bila dirinya telah dijebak oleh pemilik mobil. Seulas senyuman tercipta di wajah Trevor. Dia memacu kendaraan lebih cepat menuju kediamannya yang berada tidak terlalu jauh dari hotel tadi. Setibanya di gedung apartemen puluhan lantai, Trevor terus melajukan mobil hingga tiba di tempat parkir khusus penghuni mansion. Lelaki bertubuh tinggi mematikan mesin dan melepaskan sabuk pengaman. Dia juga melakukan hal serupa pada Jewel. Setelahnya Trevor keluar dan menutup pintu. Dia memutari mobil untuk mengeluarkan Jewel dari kursinya. Dengan santainya lelaki berparas manis memanggul sang gadis di pundak kanan. Dia menekan remot untuk mengunci mobil, sebelum mengayunkan tungkai menuju lift khusus pemilik mansion. Elevator bergerak cepat melewati lantai demi lantai. Dikarenakan penghuni apartemen masih sedikit terutama yang menempati area mansion, Trevor tidak bertemu dengan siapa pun hingga tidak perlu menjelaskan kenapa pasangannya harus digendong. Kendatipun harus bersusah payah membuka pintu unitnya, akhirnya Trevor berhasil masuk dan langsung menuju kamar. Dia meletakkan tubuh Jewel dengan hati-hati di tempat tidur. Pria tersebut menegakkan tubuh dan memandangi perempuan yang masih terlelap, kemudian memutar badan dan jalan menuju kamar mandi. Beberapa menit berselang Trevor keluar dengan hanya berlilitkan handuk di pinggang. Dia mendekati tempat tidur dan membaringkan tubuhnya di sebelah perempuan bergaun hitam. Trevor merapikan rambut Jewel yang menutupi sebagian wajahnya, kemudian merunduk dan menyusuri wajah cantik itu dengan bibirnya. Desahan kecil keluar dari bibir Jewel. Perempuan itu membuka mata separuh dan menatap wajah pria yang disangkanya adalah Marcellino. "Mas, aku kangen," bisiknyanya sembari mengalungkan tangan ke leher sang lelaki. Trevor mengulum senyum, kemudian kembali mengecup bibir penuh Jewel yang merespons dengan hangat. Tangan lelaki berkumis tipis mengusap tubuh sang gadis nyaris tanpa henti. Bergerak lincah menyentuh titik-titik sensitif yang membuat Jewel melayang. Perempuan berhidung mancung tidak menyadari bila satu per satu penutup tubuhnya yang melekat pun terlepas. Hasrat yang merangkak naik dan rasa rindu yang luar biasa pada sang kekasih, membuat Jewel membiarkan dirinya diperlakukan seperti itu. Trevor memperluas area kecupan sembari memposisikan diri di atas perempuan yang sudah pasrah. Trevor menatap sepasang mata beriris cokelat muda tersebut kala menyatukan diri. Pekikan Jewel dan gerakannya yang terhambat membuat pria berkulit kuning langsat sadar bila gadis tersebut masih perawan. Terbalut nafsu membuat pria itu hilang akal. Dia tetap berusaha menerobos sekat dengan diiringi jeritan Jewel. Ketika sudah berada di dalam tubuh perempuannya, Trevor merunduk menyesap madu Jewel yang masih meringis. "Tahan sebentar, Sayang. Setelah ini saya akan memberikanmu kenikmatan," rayunya sembari bergerak kembali. Rasa sakit yang dirasakan Jewel perlahan berubah menjadi hal yang membuatnya melenguh. Bibir perempuan itu tak henti-hentinya mengerang menerima gempuran Trevor yang teramat ahli. Tanpa disadari tubuhnya pun mengikuti gerakan sang lelaki, dan berlomba-lomba menuju puncak kenikmatan duniawi. Tubuh berpeluh tak mereka hiraukan. Hingga akhirnya kedua orang tersebut mencapai pelepasan diiringi jeritan dan geraman panjang.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD