bc

Petualangan Maryanah, Sang Istri Sholehah

book_age18+
45
FOLLOW
1K
READ
family
HE
drama
bisexual
like
intro-logo
Blurb

Kisah Seksual Seorang Ibu Rumah Tangga yang alim kemudian terjebak dalam lautan Nafsu birahi, hingga berakibat fatal

chap-preview
Free preview
Chapter 1
Maryanah saat ini berusia 29 Tahun, usia Perkawinannya dengan Lelaki pujaan hatinya sudah 6 Tahun berjalan. Namun hingga hari ini mereka belum juga di karuniai keturunan, Maryanah sangat beruntung memiliki Suami Abas yang tidak pernah menyinggung soal anak. Meski demikian, perasaan Wanita tetaplah sama ada kegersangan dan kegelisahan jauh di lubuk hati Maryanah. Hanya saja semua itu bisa terobati dengan sikap Abas yang selalu saja membuat Maryanah lupa akan soal keturunan. Abas tetap mencintainya sepenuh hati, kasih sayangnya tak pernah berkurang sejak awal pernikahan hingga hari ini. Maryanah merasa seperti pengantin baru saja, perlakuan Abas terhadapnya diatas ranjang pengantinnya seolah-olah mereka baru saja melangsungkan pernikahan. Abas selalu bisa membuat Maryanah melenguh Panjang disetiap desahan dan rintihan Ketika mereka memadu kasih. Maryanah dan Abas sejatinya dijodohkan oleh kedua orang tua mereka. Maryanah gadis alim yang tidak pernah mengenal Pacaran, pasrah saja menerima keputusan orang tua untuk di jodohkan dengan Lelaki yang belum sama sekali di lihatnya. Apakah dia lelaki yang Gagah?? Atau Cacatkah? Dan lain sebagainya. Naluri kepatuhan seorang anak terhadap orang tua, membuat Maryanah yakin jika orang tua nya tidak mungkin menjerumuskan anaknya. Keyakinan tersebut yang menyebabkan Maryanah menerima keputusan orang tuanya, meski dalam hatinya tetap ada rasa keraguan akan sosok Calon suaminya tersebut. Singkat saja perkenalan Maryanah dengan Abas suaminya, yang Maryanah tahu bahwa Abas adalah Lulusan sebuah Universitas ternama di Ibukota. Aktif di Organisasi Kepemudaan, juga aktif di beberapa Lembaga Kemanusiaan demikian profile yang sempat di baca olehnya ketika Maryanah sudah memustuskan untuk menerima Abas sebagai suaminya. Dua kali saja Maryanah bertemu dengan Abas, itupun mereka tidak berduaan namun Bersama kedua orang tua mereka dan beberapa sanak saudara yang mendampingi. Jatuh cinta pada pandangan Pertama demikianlah gambaran pertemuan perdana antara Maryanah dan Abas, Maryanah gadis jelita berkulit putih cerah, busananya yang rapih menutup aurat memesona mata. Abas sendiri adalah Pemuda tampan rupawan, berkulit kuning langsat dan berbadan tegap. Keduanya saling melirik malu-malu, didalam hati mereka saling menilai penampilan calon pendampingnya. Abas berdecak kagum atas kecantikan Calon istrinya, demikian juga Maryanah yang terpesona akan ketampanan calon suaminya. Itulah moment dimana keduanya saling bertatap muka untuk pertama kalinya, sebelumnya masing-masing hanya mengenal calon pasangannya dari selembar kertas yang berisi biodata dan hobby serta kelebihan dan kekurangan sifat masing-masing. Pertemuan kedua kalinya terjadi Ketika keluarga besar mereka memutuskan hari, tanggal dan bulan baik untuk keduanya melangsungkan pernikahan. Mata Maryanah berbinar tak sabar menanti hari kebahagiaan yang dinanti-nantikan bersanding dengan Pangeran hatinya. Maka sejak saat itu hanya Abas nama lelaki yang terpatri didalam relung jiwa Maryanah, hanya ada seraut wajah Abas yang bermain dipelupuk mata dan menggoda kedalam jiwa. Hari yang dinanti tiba juga, Maryanah dan Abas bersanding di Pelaminan bagai Raja dan Ratu seharian. Senyum menghias di wajah keduanya menyalami setiap tamu undangan yang hadir, Sahabat, Kerabat, Sanak Saudara dan Handai Taulan satu per satu memberikan selamat kepada kedua mempelai. Mendo’akan agar keduanya Sakinah Mawaddah Marohmah, Bahagia hingga akhir hayat dan selalu Bersama mengarungi bahtera rumah tangga. Malam hari, setelah seharian mereka menyambut tamu undangan yang hadir, setelah peluh dan dahaga seharian membersamai mereka, kini keduanya di kurung dalam sebuah kamar yang indah penuh bunga aneka warna. Harum semerbak menyeruak didalam ruangan kamar tersebut menambah suasana romantis diantara keduanya. Maryanah malu-malu melepasi busana pengantin adat Sumatera Selatan yang cukup merepotkan. Abas pun demikian, lelaki tampan tersebut sibuk melolosi busana pengantinnya, Abas masih memakai kaos singlet dan celana selutut dibalik busana pengantin tersebut. Maryanah ragu melepas kerudungnya didepan lelaki yang sudah sah menjadi suaminya ini, seumur hidupnya dia belum pernah menampakkan auratnya di depan lelaki yang bukan Muhrimnya. Kemudian Maryanah teringat bahwa Lelaki asing ini adalah suaminya yang mulai malam ini dia berhak melihat dan menikmati sekujur tubuhnya. Bergetar namun pasti perlahan tangannya mulai melepasi kerudungnya, rambut hitam tergerai sepinggang memancarkan aroma harum bercampur dengan keharuman bunga-bunga nan rupawan. Abas terkesiap memandang istrinya dari belakang yang masih sibuk melepasi segala pernak-pernik busana pengantinnya. “Eheemmmm…hmmmm…Mas ijin ke toilet dulu” bergetar suara Abas memecah kesunyian kamar. “Ehhhh…iiyyy…iyyya…Mass..” halus dan perlahan sekali Maryanah menjawab suaminya. Celakanya ditelinga Abas suara jawaban Maryanah seumpana desahan yang menggoda kejantanannya. Buru-buru Abas mengenakan Sarung kemudian keluar Kamar menuju toilet yang berada didapur rumah mertuanya. Suasana rumah Sudah lengang, sepertinya masing-masing penghuni rumah ini sudah terlelap kelelahan seharian berpesta ria. Cepat sekali Abas menyelesaikan hajat ditoilet kemudian bergegas Kembali kedalam kamar. Maryanah sudah memakai piyama, rambutnya masih tergerai manja. Abas sedikit kecewa melewatkan moment dimana istrinya mengganti pakaian, hatinya mengutuk ketololan dirinya yang harus ke toilet dan kehilangan kesempatan berharga. Maryanah terseyum manja “Yanah juga ijin ke toilet dulu Mas……” suaranya masih halus dan sedikit bergetar. “Sil..silahkan Dek…” Gugup Abas menjawab istrinya. Maryanah bergegas keluar Kamar, Abas berusaha tenang berbaring kemudian meredupkan cahaya kamar tersebut. Temaram demikian suasana yang terlihat Ketika Maryanah Kembali masuk ke kamar setelah habis dari toilet. Kaget sekali Maryanah mendapati suaminya sudah bertelanjang d**a dan mengenakan boxer longgar. Dadanya yang bidang menggoda bathin Maryanah untuk segera menyandarkan kepalanya diatas d**a tersebut. Maryanah Nampak Gugup, sejenak mematung kemudian perlahan menghampiri peraduan. Refleks jari-jari Maryanah meraih kancing piyamanya, naluri kewanitaannya menuntun agar ia segera melolosi piyama tersebut. Abas melotot tak berkedip menyaksikan adegan slow motion istrinya yang sedang membuka satu persatu kancing piyamanya. Jakunnya turun naik, Ketika Bagian atas istrinya sudah terlempar ke lantai. p******a itu indah menggoda iman, putih mulus, bulat kecil kencang. Tak sampai disitu Maryanah melanjutkan aksinya membuka celana piyamanya, jantung Abas semakin berdebar menanti adegan berikutnya. Sempurna, hampir saja jantung Abas copot, kedua bola matanya mencelat memandangi sang bidadari berdiri disamping tempatnya berbaring. BH berenda berwarna merah menyala, serasi dengan celana dalam istrinya yang berwarna sama, menyamarkan wilayah terlarang dari seorang gadis. Mendidih darah Abas, diraihnya Maryanah dengan kasar dihempaskan kepembaringan. Maryanah memekik kaget tak menyangka suaminya akan sekasar itu, namun entah mengapa Maryanah menyukainya. “Ahhhhh……..Massss…….pelan-pelan…aahhhh…shhhhh” Desahan Maryanah mengema Ketika Abas tanpa aba-aba langsung menyergap Maryanah. Bibir Abas menjelajah Leher dan Pundak Maryanah. “Hmmmm…cup…cup…cupp….” Kecupan demi kecupan Abas mendarat di leher jenjang tersebut. Marayanah hanya bisa menggelinjang menerima serangan demi serangan yang bertubi-tubi. Keduanya berciuman hangat, entah siapa dan dari mana mereka belajar namun keduanya berusaha menampilkan yang terbaik malam itu demi pasangan masing-masing. Abas makin beringas, Maryanah hanya mendesah dan mendesah. Keduanya sudah bertelanjang bulat, sejak kapan pakaian dalam masing-masing terlepas begitu saja. Maryanah Sudah tidak peduli, otaknya saat ini menuntut penuntasan atas gelora yang ada, jiwanya menagih kenikmatan atas kepanasan dan kehausan saat ini. Lidah Abas menjelajah turun ke s**********n Maryanah, hidungnya sejak tadi penasaran dengan aroma yang terhirup dari tubuh istrinya. Aroma itu semakin menyengat Ketika hidungnya sudah tepat berada didepan m***k kecil nan mungil tanpa bulu. Sepertinya Maryanah sengaja mencukurnya dan Abas menyukainya. “Hmmmmmsssh….shhhhhhh…grrrrr…ggrhhhmmm…ssllruupp…sllruuuppp….” lidah Abas menjilati m***k istrinya dengan geraman penuh dendam, seolah-olah sudah lama hal ini di impi-impikan olehnya. “Ahhhhhhhhh….Masss…….aaaaahhhh….ahhhhh…auuuuuuuww…auuuww…..” jeritan-jeritan kecil nan manja keluar dari bibir jelita Ketika Abas mengecup, menggigit dan menjilati Memeknya. Basah…becek….lendir itu mengalir deras dari dalam lubang m***k pink merona menebarkan aroma harum menggoda. Abas Kembali merangsek keatas..bibirnya mencari bibir Maryanah, kedua Kembali terlibat ciuman hangat mengelora. Maryanah menggigil, Lubang memeknya disundul-sundul benda tumpul kejantanan suaminya, rasa gatal mulai merasuki Maryanah. “Masss….ouuuhhhh Mass…..massssuuukkiiinnnn” Maryanah kehilangan harga dirinya, merintih meminta suaminya untuk segera mengeksekusinya, rasa gatal di bibir memeknya membuat Maryanah seperti w************n malam ini. Abas menggeram tajam….”Grrrmmmmmm….grrrhhhh….Hmmm….Ahhhhh…ouuhhhh ….ssstttttt…ahhhhhh” racaunya Ketika secara perlahan kontolnya membelah bibir m***k nakal istrinya. Sempit dan menggigit itulah yang dirasa k****l Abas Ketika memasuki goa larangan milik Maryanah. Tiba disuatu titik kontolnya membentur sesuatu yg keras namun lembut, naluri Abas memerintahkan agar dia menghentakan sekaligus kontolnya. “Srettttt…creetttt…Ahhhhh…..sshhhh…..ouuhhh…” Lolongan Abas menghiasi kamar, sementara Maryanah menjerit dan menggigit Bahu Abas sekuatnya. Setitik airmata jatuh kepipi Maryanah, Abas tak begitu memperhatikan dia fokus menghujamkan kontolnya kelubang hangat Maryanah. Lubang itu entah mengapa selalu menarik k****l Abar terus masuk semakin dalam dan dalam. Nafas Abas menderu bersahutan dengan rintihan dan desahan Maryanah, keduanya seirama saling goyang, saling jepit, saling dekap. Kadang pelan syahdu, kadang ganas cepat, Gerakan tubuh keduanya begitu ritmis dan erotis. Hingga akhirnya….”Ahhhhhh…..ouuhhh…ssstttt…ggrhhmmmmm…ahhhhh…aku keluarrrrr dek…aahhhh..croooottt…..crooottt…crooott” Abas menggeram kencang tubuhnya menegang menyemburkan lahar panas dari ujung kepala kontolnya menyirami Rahim sang Istri. Maryanah menggelepar, dadanya membusung Ketika rahimnya menerima cairan hangat kemudian memuncratkan cairan pula dari memeknya. Keduanya masih berpelukan, kenikmatan itu begitu dahsyat melanda mereka. Kelamin Maryanah dan Abas masih Bersatu Ketika nafas mereka sudah berangsur-angsur pulih seperti sedia kala. k****l Abas mengecil dan lepas dari m***k Maryanah. “Plop…”demikian bunyi Ketika k****l itu keluar sarangnya. Maryanah sedikit meringis, Abas takjub menatap m***k kecil istrinya, cairan s****a Abas perlahan keluar berwarna putih kemerahan tidak jelas. Abas merasa bangga memetik perawan sang istri. Maryanah malu-malu melirik ke s**********n suaminya, matanya nanar menatap k****l suaminya yang berurat berwarna sedikit gelap. k****l itu telah membombardir m***k sucinya, ada kebahagiaan disana terpancar jelas di wajah keduanya. Selanjutnya ronde demi ronde dilalui keduanya malam itu, seolah-olah tiada malam lain lagi. Dua insan yang sedang kehausan dilanda birahi itu terus menerus mereguk kenikmatan. Tak terhitung bilangannya hingga keduanya terkapar tak berdaya dan kantuk menyerang keduanya kemudian terlelap dalam dunia mimpi yang indah. Abas dan Maryanah berpelukan mesra tanpa sehelai benang pun ditubuh mereka. Sekelebat bayangan menjauh dari kamar keduanya yang sudah lupa akan dunia dan sekitarnya. Hari demi hari Maryanah dan Abas dilalui dengan bercinta dan bercinta, maklumlah gelora pengantin baru masih membara dan menggebu-gebu. Tak kenal lelah dan tak kenal waktu. Masa berganti, waktu berlalu tak terasa rumah tangga mereka sudah berjalan 6 (enam) tahun lamanya. Dan selama itu tak kunjung jua hadir buah hati permata bunda hasil pernikahan mereka. Abas semakin sibuk dengan pekerjaannya, kariernya makin meningkat. Sering kali Yanah, demikian Maryanah dipanggil sehari-hari, ditinggalkan untuk tugas keluar kota. Namun bagi Yanah bukan suatu kendala, meski sehari-hari hanya berkutat dalam rumah saja selaku Ibu Rumah Tangga, Yanah selalu bahagia menjalaninya. Memang sesekali rasa sepi mendera, belum lagi cibiran tetangga, sanak saudara juga permintaan orang tua mereka soal momongan yang kadang datang menganggu pikiran. Beruntungnya Yanah memiliki Abas, suami yang senantiasa menjadi tameng didepan ketika ada bisik-bisik tetangga yang singgah di telinga Abas tentang Istri tercintanya, maka Abas akan menjaga betul perasaan Yanah agar tidak terluka. Seperti hari itu, selepas Abas pergi ke kantor untuk bekerja. Ketika Yanah sedang asyik berkutat dengan sayuran yang baru saja di belinya dari Pak Kartono langganan ibu-ibu komplek. Yanah kedatangan kedua Mertuanya. Tergopoh Yanah menyambut Pak Muslim dan Ibu Suhaenih, keduanya sudah Yanah anggap sebagai orang tua kandung sendiri. Dan pastinya kedua Mertuanya pun menganggap Yanah seperti anak kandungnya mereka sendiri. Kasih sayang keduanya sama besarnya terhadap Yanah, itu bisa Yanah rasakan sendiri. Karena itulah Yanah sangat menghormati dan mengasihi keduanya. “Umi…Abi..kok gak bilang-bilang mau kesini??” demikian Yanah memanggil keduanya, mengikuti kebiasaan suaminya yang memanggil mereka denga sebutan Abi dan Umi. “Mas Abas kan bisa menjemput Umi dan Abi…..” lanjut Yanah merasa tidak enak hati. “Sudah lah Nak…..kami gak mau merepotkan kalian yang sibuk, lagi pula Abinya masih kuat kok menyetir kesini..Iya kan Bi???”Bu Suhaenih menimpali Yanah, bermaksud menghibur Yanah. Sedangkan Pak Muslim yang di ajak bicara hanya mengangguk perlahan kemudian duduk di ruang Tamu. “Umi dan Abi istirahat dulu, Yanah buatkan minum dulu”ujar Yanah bergegas kedapur menyeduh Teh kesukaan Ayah Mertuanya. “Gak perlu repot-repot Nak, sudah duduk disini sebentar ada yang perlu Umi bicarakan”Lembut Ibu Suhaenih merengkuh Yanah, setelah Yanah meletakkan dua cangkir Teh Camomile hangat diatas meja. ”Ehhhhh…diminum dulu Bi…Umi, silahkan” Yanah Gugup menyilahkan Mertuanya. Pak Muslim langsung menyeruput Teh hangat itu, Pensiunan TNI itu masih gagah postur tubuhnya. Berkulit cerah, hidung mancung dan berambut ikal keputihan di makan usia. Sedangkan Bu Suhaenih wanita Muslimah yang anggung, masih terpancar gurat-gurat kecantikannya di wajah yang mulai keriput namun cerah bercahaya. ”Bagaimana kabar mu Nak??” Bu Suhaenih memecah kesunyian ruang Tamu kediaman Abas dan Yanah. “Alhamdulillah….berkat do’a Umi dan Abi kami baik-baik saja” Yanah menjawab sambil tertunduk, ada haru yang menyelip di relung hatinya. Bu Suhaenih memeluk pundah menantunya dengan lembut dan mesra. “Syukurlah kalau begitu, itu yang kamu harapkan…tidak ada keinginan Umi dan Abi yang sudah sepuh ini, kecuali kebahagiaan Anak dan Cucu Umi dan Abi”jawab Bu Suhaenih. Terrrrrr gemetar tubuh Yanah mendengar kata Cucu yang di Lontarkan Ibu Mertuanya. Sejatinya Pak Muslim dan Bu Suhaenih telah memiliki Cucu dari anak-anak mereka yang lain. Hanya saja Abas adalah anak Lelaki mereka satu-satunya. Dan hingga kini Abas belum juga di karuniai keturunan, dan entah mengapa Yanah merasa tersindir dengan kalimat Ibu Mertuanya. Pak Muslim masih sibuk menyeruput Teh seolah-olah tak peduli dengan obrolan kedua wanita itu. “Nak…..kami tidak bermaksud menyusahkan kalian, tapi……” sejenak Bu Suahenih diam, sepertinya masih mencerna kata-kata yang akan di ucapkannya. “Kami sangat sayang kalian…..kalian harus tahu itu, untuk itu Umi dan Abi kesini” lanjut Bu Suhaenih. “Pertama Umi dan Abi ingin menjenguk kalian, Umi dan Abi sudah kangen sebetulnya….kalian ini jarang ada kabarnya” Bu Suhaenih kembali bertutur lembut sekali. Yanah semakin menunduk menatap ujung gamis biru mudanya, tak ada satu kekurangan pun dalam diri Yanah, cantik berseri dan selalu bisa menyenangkan suami. Namun momongan memang menjadi momok dalam kehidupan rumah tangga Yanah dan Abas. “Umi dan Abi berharap, kalian coba ikuti saran kami…..Anakku. Periksalah diri kalian berdua ya….Umi dan Abi sudah membuat janji dengan dokter kandungan terbaik di Jakarta…datang ya Nak”Bu Suhaenih mengusap-usap punggung Yanah dengan penuh kaish sayang. ”Ba….baik…Mi, Yanah akan sampaikan ke Mas Abas…” Lirih Yanah menganggukan kepalanya. Tak sanggup rasanya menyakiti perasaan kedua sepuh tersebut. “Kamu tenang saja Nak, nanti Umi yang akan bicara dengan suami mu…”Bu Suhaenih menenangkan Yanah. Selama ini memang Abas dan Yanah belum pernah memeriksakan kondisi mereka, Abas selalu saja bisa meyakinkan Yanah bahwa mereka baik-baik saja, sehat-sehat saja tidak ada masalah. Hari ini kedatangan Mertuanya menyisakan relung hampa dalam d**a Yanah. Pak Muslim sedari tadi sibuk dengan HP nya, sementara Bu Suhaenih dan Yanah sudah terlibat obrolan khas perempuan antara Mertua dan Menantunya. Keduanya kemudian terlihat sibuk di dapur menyiapkan makan siang, sesekali terdengar guyonan dari mulut Bu Suhaenih dan ditimpali suara merdu ketawa Yanah yang kadang lepas kadang hanya tersenyum simpul. Setelah makan siang kedua Mertuanya berpamitan karena ada urusan lain, “Jangan lupa ya Nak….kalian harus memeriksakan kesehatan kalian”kembali bu Suhaenih mengingatkan sang menantu sebelum akhirnya mereka berpisah. Yanah mencium tangan kedua mertuanya, Pak Muslim mengelusi kepala Yanah di atas kerudungnya, jiwa kebapakan Pak Muslim dirasakan sangat tulus oleh Yanah. Tak terasa airmata Yanah membasahi telapak tangan Pak Muslim. Perlahan Pak Muslim merengkuh memeluk Yanah dengan Lembut, seperti seorang Ayah memeluk putri kecilnya. Tangis Yanah pun pecah “huukkksss…hukkksss…hukkkss…hikkss…hiksss…maafin Yanah sudha membuat Abi dan Umi Kecewa….hikkksss…hikkss…hikkkss…” disela tangisannya Yanah emminta maaf. Pak Muslim mengelus-elus punggung Yanah perlahan, “Sudah Nduk…sudah…kamu gak salah..kalian gak salah….sabar ya Nduk…Abi akan selalu mendo’akan kalian”pelan namus tegas suara Pak Muslim menyusup telinga. Yanah menyandarkan wajahnya di d**a bidang Ayah mertuanya sambil perlahan mengusap airmata, pak Muslim melepaskan pelukannya kemudian berlalu keluar rumah. Yanah menghantar keduanya hingga kendaraan yang membawa mertuanya lenyap di persimpangan jalan, lambaian tangannya masih terlihat mengiringi sang Mertua. Malam itu, Abas pulang dengan gelisah, Yanah tak berani bertanya. Disiapkannya air hangat untuk mandi suaminya, makan malam juga sudah tersedia dimeja dengan aroma yang menggugah selera. Abas segera melepas baju kerjanya bergegas ke kamar mandi, selesai mandi Abas sudah rapih di meja makan. Keduanya makan tanpa suara masing-masing sibuk berkutat dengan isi hati mereka. Selesai makan Abas segera ke kamar tidur, Yanah membereskan piring dan gelas, merapihkan meja makan. Setelah rampung Yanah menyusul ke peraduan, dilihatnya Abas dengan Laptopnya. Tanpa suara Yanah merebahkan dirinya disamping suami, daster mini dan tipis sudah menggantikan posisi gamisnya. “Hmmm….sayang, Umi dan Abi tadi menelepon ku…emmm…hmmm….Sabtu nanti kita ke Jakarta ya”Tiba-tiba Abas memecah kekakuan diantara mereka. Yanah hanya mengangguk tanpa komentar, dia sudah paham maksud dan tujuan suaminya. Abas menutup Laptopnya kemudian perlahan memeluk istrinya. Dikecupnya leher istrinya dari belakang, dihembuskan nafasnya dan berbisik perlahan “I Love You……Sayang….sshhhh…..sshh” Yanah membalik badanya, wajah nya menatap wajah suaminya dan sejurus kemudian lidah mereka saling membelit, saling bertukar ludah, bibir mereka saling menyedot ganas. Yanah mendesah sejadi-jadinya ketika bibir suaminya menjelajah leher jenjangnya, kemudian turun ke d**a lalu menuju perut ramping Yanah. Dilepaskannya Daster Yanah, Abas menaiki tubuh Yanah yang masih terbungkus BH dan celana dalam renda hitam tipis menggoda. ”Ahhhhhh…..shhhhhh…..shhh…..shhhh…..aahahhh…ahhhhhh”desahan Yanah semakin menggema, menggeliat meresapi setiap hisapan dan kecupan suaminya. Abas menggeram, garang menyedot, mengecup bahkan menggigit beberapa titik tubuh istrinya. Dendan Asmara Abas tumpahkan malam itu, bercampur perasaan gundah gulana yang entah mengapa bersemayam di hati keduanya malam itu. Abas mulai mengarahkan kontolnya yang sudah mengeras seumpama sebilah besi, kepala jamurnya menggesek k******s m***k mungil Yanah. m***k yang tetap merona pink meski sudah 6 tahun di hajarnya, m***k yang tetap menggigit meski sudah berulang-ulang di dobraknya. “Ouuuwwww….ahhhhhh….ahhhhhh….ssshhhhh Maassssssss….ahhhhhh” Yanah tak kuasa menahan teriakannya menerima tusukan benda tumpul pada k*********a. Abas sendiri menggeram, menikmati perasan-perasan manja pada kepala Jamurnya. Ini yang selalu melenakan Abas dan tak pernah sedetikpun perasaan Abas untuk beralih ke lain hati. m***k istrinya selalu saja membuatnya mabuk kepayang dilanda kenikmatan. “Hmmmmm….ahhhhh…shhhhhh gggrrrmmmmmhhhhhhh” dengusan Abas bersahutan dengan jeritan Yanah. Saling bersahutan seumpama irama lagu klasik, kadang sendu mendayu, kadang tinggi melengking. Hingga akhirnya keduanya menegang…..dan “sseeerrrrrrrsss….creeettttt,…..sreeettttt…Croooottt..crooottt…. sproouuuttt….croooott…ahhhhh….ggrrrrmmmmhhh…..ahhhh..oooowwww…oouuuwww…” Kemudian hening, keduanya lelap dalam dekapan mimpi bermandikan keringat ditengah malam dinggin yang menggigit sum-sum tulang. Yanah dan Abas masing-masing sibuk dengan dunia khayalnya, entah apa yang akan terjadi pada episode kehidupan rumah tangga mereka, yang jelas saat ini mereka hanya berusaha memerankan peran masing-masing sebaik yang mereka mampu, hingga takdir Tuhan membawa mereka pada kehidupan yang baru. Maka hari itu, pagi-pagi sekali sesuai jadwal praktek klinik Yanah dan Abas sudah duduk berpegangan tangan di ruang tunggu yang serba putih itu. Tubuh Yanah menggigil, telapak tangan nya keringatan, Abas berusaha menenangkan Yanah digenggamnya erat-erat tangan wanita cantik itu. Kecantikan Yanah hari itu begitu memancar, gamis warna magenta pastel dengan kerudung yang serasi dengan busananya semakin memancarkan kejelitaannya. Keduanya berdebar-debar menunggu episode berikutnya dari kisah kehidupan mereka. “Mas…..pulang yukkkkk….”Yanah bergetar setengah berbisik ditelinga Abas. “Ehhhhh….ja..jangan Dek….kita sudah sampai sini, lagi pula Abi dan Umi nanti kecewa kalau kita tidak mengikuti saran mereka”Abas berusaha menenangkan Yanah, di usapnya telapak tangan Yanah selembut mungkin. ”Tapi aku gak nyaman Mas…dokternya laki-laki begitu…kita cari yang perempuan yukkk…pasti masih banyak dokter yang lain Mas”Yanah menjelaskan. Abas paham betul kegugupan Yanah, namun dokter ini rekomendasi kedua orang tuanya, yang sudah mewanti-wanti bahwa Yanah dan Abas harus konsultasi ke klinik ini. Klinik yang sangat terkenal di Jakarta yang memang di khususkan pada pemecahan masalah-masalah Pasutri. Ketenaran nya termasyhur kemana-mana tak berbilang sudah beribu-ribu pasangan yang berhasil mendapatkan momongan setelah berkonsultasi ke klinik ini. Klinik ini di miliki oleh seorang dokter yang sering wara-wiri di televisi memberikan pencerahan tentang seks dan rumah tangga. Dokter tampan berusia tidak muda lagi itu masih memiliki pesona yang menggoda bagi ibu-ibu muda usia. Abas bukannya tak menaruh rasa cemburu, namun kepatuhannya terhadap orang tua memaksa Abas menepis semua perasaan gundah gulana hatinya. Taka berapa lama nama mereka di panggil asisten sang dokter untuk memasuki ruangan pemeriksaan. Ruang yang sangat menyenangkan itulah kesan pertama yang ditangkap oleh Yanah dan Abas, ruang cukup luas dengan tempat tidur untuk pasien, sofa berwarna tosca cerah. Ditambah tembok ruangan yang dibuat berwarna-warni pastel sehingga jauh kesan ruang klinik, lebih cocok ini disebut ruang tamu atau ruang santai keluarga. Yanah dan Abas duduk berdampingan di depan dokter kharismatik itu. dr. Boy Andhika Nugraha tersenyum ramah menyalami keduanya. ”Bagaimana kabarnya hari ini, Mbak dan Mas nya??”saya panggil Mbak dan Mas saja ya??”bukan saya bermaksud tidak sopan terhadap pasien ya…”Suara bariton memecah kesunyian diruangan konsultasi itu. Abas tersenyum membalas sapaan dokter Boy. “Gak apa-apa dok, kami juga belum jadi Bapak dan Ibu kok…hehehehheehe”Abas berusaha bercanda mengurangi ketegangannya. “Silahkan…silahkan….apa yang bisa saya bantu untuk Mas dan Mbak nya” tatapan tajam dr. Boy silih berganti menusuk Yanah dan Abas, sedangkan Yanah sejak awal selalu menunduk gemetar. ”Be..be...Begini….dok..hmmm…ahhh kami ini sudah menikah 6 tahun namun belum juga di karuniai momongan”gugup Abah memulai perbincangan. Dokter Boy tersenyum hangat, “Ahhhhh biasa itu..gak perlu khawatir, baru juga 6 tahun….banyak yang sudah berpuluh-puluh tahun lho…lagipula kalian masih muda-muda..nikmati saja masa pengantin baru kalian…”dr. Boy menenangkan kedua pasiennya. “s*x itu harus dinikmati, enjoy…gak boleh stress…”Lanjut dr. Boy. “Hmmmmm….klo aktifitas s*x kalian lancarkan??”Yanah bersemu merah mendapati pertanyaan itu, Abas segera menjawab “ehhh…anu..anu…sepertinya sih lancar-lancar aja dok” Dokter Boy menatap Yanah yang sejak awal menundukkan wajahnya, “Mohon maaf Mbak, apa Mbak nya bahagia?? mendapatkan o*****e setiap berhubungan dengan suami..??”kembali pertanyaan dokter membuat Yanah merona wajahnya. “Mohon maaf kalau pertanyaan saya terdengar vulgar, namun ini akan menentukan pemeriksaan kalian lebih lanjut, dokter Boy menegaskan karena Yanah tetap diam seribu bahasa. Yanah gemetar perlahan mengangkat wajahnya, “Ehhh..iii…iiiyyy…iyaaa dok…saya..saya…sayy…ya…selalu puas dok” dengan muka yang semakin merona Yanah berusaha menjawab. Suara Yanah yang lembut mendayu membuat suasana ruangan itu sedikit bergelora, “Baiklah kalau mendengar penuturan kalian sepertinya kalian baik-baik saja dan sehat secara reproduksi, namun untuk memastikan kami harus memeriksakan sel telur dan s****a Mbak dan Mas nya” dr. Boy kembali bersuara. “Hmmmmm…mas nya silahkan ke ruangan sebelah, ini bawa tabung silahkan sample s****a Mas nya taruh disini” dr. Boy menyerahkan tabung kecil ke tangan Abas, Abas terlihat bingung. “Hehehehehe…silahkan Mas nya keluarkan spermanya ditabung ini ya, di ruangan sebelah ada beberapa alat bantu agar Mas nya bisa keluar spermanya”dr. Boy terkekeh menyaksikan keluguan pasangan suami-istri pasiennya ini. ”Untuk Mbak nya…mari…silahkan berbaring disini, saya periksa yukkk”dr. Boy menyilahkan Yanah menuju tempat pemeriksaan, tempat tidur pasien itu berupa tempat tidur yang bisa di tekuk ujungnya sehingga kepala Pasien lebih tinggi. Kemudian di sisi kanan kiri tempat tidur terdapat sandaran kaki, ditengah tempat tidur terdapat tirai yang melintang membagi tubuh pasien menjadi dua bagian. ”Silahkan Mas nya ke ruangan sebelah, kami tunggu sample spermanya, untuk Mbak nya mari..silahkan”dr. Boy kembali memerintah, Abas bergegas keluar ruangan menuju tempat yang dijelaskan dr. Boy. “Silahkan Celana Dalamnya dilepas Mbak, dan silahkan berbaring disana”Yanah terkaget-kaget dia harus melepaskan celana dalam didepan lelaki yang bukan mahromnya. “Begitu prosedurnya Mbak, saya gak akan bisa memeriksa sel telur dan kesehatan reproduksi Mbak kalau Mbak nya tidak membuka CD nya”dr. Boy menerangkan. Yanah perlahan menuju pembaringan kemudian menarik tirai disana untuk menutupi tubuhnya, lalu perlahan melepaskan celana panjang di balik gamisnya sekaligus dengan celana dalam ungu muda yang dikenakannya. Perlahan Yanah membuka tirai kemudian gemetar berbaring di atas pembaringan. Dokter Boy meninggikan posisi kepala Yanah dengan menarik bagian ujung tempat tidur itu. “Hmmmmmmm..silahkan kakinya di letakkan di samping Mbak…”suara dokter Boy mengagetkan Yanah, dengan malu-malu Yanah berusaha tenang meletakkan kaki-kakinya pada sandaran yang tersedia di samping kiri dan kanan. Posisi Yanah kini mengangkang didepan dokter itu, tanpa celana dalam yang melindungi alat vitalnya. Dokter Boy menarik tirai di tengah tempat tidur tersebut, sehingga wajah Yanah tertutup tirai sementara bagian bawah Tuguh Yanah terekspose. Dokter Boy duduk didepan s**********n Yanah, tangan nya menyingkap gamis Yanah ke atas sedikit, kemudian mengambil lampu senter menyoroti m***k mungil Yanah. Boy menelan ludahnya, berpuluh-puluh tahun dia melayani berbagai macam pasutri dengan berbagai bentuk m***k sudah dilihat dan dirabanya. Namun bagi dr. Boy m***k Yanah memiliki daya tarik yang luar biasa. Kecil, mungil, mengeluarkan aroma harum mewangi, dengan bulu-bulu halus disekitaran labia Mayora. Ini m***k gadis perawan kah?? dokter Boy bergumam dalam hati. Perlahan tangan yang sudah di balut sarung tangan latex membuka bibir kemaluan Yanah, mendapat perlakuan demikian Yanah menggigil dan sedikit mendesah “aahhh…shhhh…”dr. Boy semakin kagum, m***k pink merona itu memiliki rongga yang sempit sekali membuat kejantanan Boy mengeras, namun dia berusaha bersikap profesional menahan syahwatnya yang tiba-tiba saja datang menggoda. Di usapnya perlahan k******s Yanah, entah mengapa hal itu dilakukan padahal selama ini Boy tidak pernah mengusap k******s pasien-pasiennya. Yanah semakin belingsatan, pantatnya terangkat menerima sentuhan itu, Boy semakin gelisah menyaksikan rongga m***k itu berkedut-kedut seperti menyedot sesuatu. Ingin rasanya Boy segera melepaskan celananya yang kini mulai sesak, dan membenamkan kejantanannya kedalam rongga sempit yang menggoda itu. Namun kewarasannya menyadarkan Boy kembali untuk tetap fokus menjalankan pemeriksaan ini. Lendir mulai meleleh dari dalam m***k Yanah, Boy menyentuh lendir itu kemudian dicoleknya sedikit lalu dihirupnya lendir itu “Ahhhhh…harum sekali lendir ini…sshhh”Boy kepanasan, sedangkan Yanah tidak mengetahui bahwa dr. Boy menghirup cairan memeknya, karena wajah Yanah tertutup tirai, dirinya konsentrasi menahan gejolak birahinya yang tiba-tiba menyerang karena perlakuan dokter tua itu. Perlahan dan pasti, jari dr. Boy mulai memasuki rongga m***k Yanah. Menjepit sekali itu yang dirasakan dr. Boy atas jarinya, “Ahhhh…dok…ahhh…shhhh….apa..apa..ap…ap..pa yang dokter lakukan..ahhhh” Yanah gelisah. “Uhuukkksss..hmmm…hmmm…ini bagian pemeriksaan Mbak, saya harus mengambil sel telur Mbak nya untuk diperiksa”gumam dr. Boy sedikit gemetar menahan birahi. Sejati nya bukan jari yang harus dimasukkan kedalam m***k pasien namun ada sebuah alat serupa besi berbentuk mulut bebek yang bisa dibuka dan ditutup. Namun entah mengapa Boy hari itu melupakan prosedur dan mengikuti hasrat birahinya agar mengocok m***k pasiennya kali ini dengan jarinya sendiri. Sensasi sempit dan seret yang Boy rasakan pada jarinya, semakin membuat celananya sempit, kontolnya berontak ingin keluar dari kegelapan dan kepengapan ruang itu. Yanah hanya pasrah mengeliat tubuhnya menerima tusukan demi tusukan jari dr. Boy yang entah kapan mulai ganas menyerang m***k mungil itu. Menit berlalu tak terasa pemeriksaan yang dilakukan Boy dengan cara merangsang dan mengocok m***k Yanah dengan jarinya sudah berlangsung 30 menitan, lendir m***k yanah semakin banjir yang keluar. Boy masih bernafsu menghajar m***k Yanah dengan jarinya, hingga akhirnya “Ahhhhh…..sssh…..ahhhh….seerrrr…..seeerrrr…crriiiitttt…criiittt…seerrrr…”muncratlah cairan itu, Yanah o*****e takluk dibawah tusukan jari dr. Boy. Yanah Squirt beberapa muncratannya mengenai wajah dr. Boy, dijilatnya cairan itu, manis, gurih terasa dilidah. Dokter Boy sudah tak tahan, direngkuhnya p****t Yanah, lidahnya dijulurkan menjilati m***k yang belepotan dengan cairan cinta Yanah, disedot dan dijilatinya hingga cairan itu habis tak tersisa. Yanah yang dilanda o*****e dahsyat tertidur dan tak merasakan saat Boy menjilati memeknya dengan rakus. Dokter Boy berdiri, lalu menuju wastapel diruangan itu membasuh wajah dan kedua telapak tangannya. Di usapnya perlahan tonjolan pada celananya, kemudian kembali duduk pada meja kerjanya. Yanah yang berangsur-angsur pulih dari kesadarannya, perlahan bangkit dari tempat tidur itu merapihkan gamisnya dan segera mengenakan Celana panjang dan CDnya bersamaan. Tepat saat itu Abas kembali memasuki ruangan itu, tabung ditangannya sudah berisi cairan putih kekuningan kental dan beraroma pandan. Boy berusaha tenang di depan pasutri itu “Hmmm….sample ini akan kami periksan di Laboratorium, tiga hari lagi kalian kembali kesini untuk menerima hasilnya”suara bariton itu mengintimidasi Yanah dan Abas. Keduanya perlahan mengangguk kemudian berpamitan dan keluar dari ruangan konsultasi. Melewati ruang tunggu yang sudah penuh sesak dengan pasangan-pasangan suami istri yang mengantri hendak berkonsultasi. Yanah dan Abas sibuk dengan pikirannya masing-masing, saling diam seribu bahasa kembali menuju kediaman mereka. Meninggalkan kenangan dibalik tirai klinik yang menyisakan keasyikan dalam hati masing-masing, asyik namun takut, nikmat namun was-was entah apa yang mereka rasakan hanya mereka berdua yang bisa menggambarkannya. Dan itulah awal mula kisah yang akan membawa mereka jauh berpetualang meresapi kenikmatan-kenikmatan dunia yang terlarang.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Hasrat Istri simpanan

read
13.7K
bc

After That Night

read
12.6K
bc

BELENGGU

read
67.2K
bc

Revenge

read
25.8K
bc

The CEO's Little Wife

read
645.9K
bc

Aku ingin menikahi ibuku,Annisa

read
71.4K
bc

Istri Lumpuh Sang CEO

read
3.8K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook