Bab 31

1657 Words
38 Hari Sebelum Persidangan Feli melangkahkan kakinya sambil tetap memeluk lengan Ken yang sedang berjalan di sampingnya. Akhirnya, setelah sekian lama kesulitan untuk membagi waktu di antara banyaknya kesibukan mereka berdua, sekarang Feli sudah bisa menghabiskan waktunya bersama dengan Ken. Iya, ini memang hal yang sangat Feli sukai. Feli senang ketika dia bisa memeluk lengan Ken sambil berjalan di bawah langit yang bertabur bintang. Selama ini Feli selalu merasa damai ketika dia berada di dalam kegelapan. Segala hal yang Feli butuhkan ada di sampingnya. Apalagi yang Feli inginkan? Sepanjang hidupnya, Ken selalu ada di dalam setiap keadaannya. Ketika Feli jatuh, Ken akan menangkapnya dengan senang hati. Ken akan selalu berada di sampingnya dan memberikan dukungan terbaik untuk setiap langkah maju yang Feli lakukan. Ken akan selalu berdiri di baris terdepan ketika Feli sedang dilukai oleh orang lain. Dalam setiap perjalanan yang Feli lakukan, Ken akan selalu menjadi pelindungnya. “Aku senang kita bisa menikmati waktu seperti ini, Feli..” Kata Ken sambil mengecup puncak kepala mereka. Selama ini Ken selalu menjadi pribadi yang baik untuk Feli. Pria itu selalu menjaga Feli, bukan merusak Feli. Iya, Ken memang seorang pria bertanggung jawab yang akan selalu menjaga Feli dengan segenap kekuatannya. Ketika ada Ken yang selalu siap melakukan apapun untuknya, apa lagi yang Feli butuhkan? “Aku juga senang.. Kita sudah lama tenggelam dalam kesibukan masing-masing..” Kata Feli sambil tetap melangkahkan kakinya dengan pelan untuk menelusuri taman bunga yang mulai sepi karena hari semakin malam. Feli suka ketika langit mulai gelap dan menampilkan bintang-bintang di langit. Bagi Feli, menatap bintang yang berkilauan itu sama seperti menatap wajah ibunya sendiri. Feli sangat merindukan seorang wanita yang selalu merawatnya dengan baik. Feli merindukan ibunya.. Segala hal yang sudah terjadi memang sangat sulit untuk diterima. Kematian ibunya yang sebenarnya masih terasa sangat janggal untuk Feli, semua itu sangat sulit untuk bisa diterima. Saat Feli terjatuh, saat itulah Ken akan selalu berada di sampingnya. Hari-hari berat itu sudah Feli lewati dengan susah payah. Feli sudah melakukan segala cara agar dia bisa tetap bertahan ketika banyaknya rasa sakit menyerang dirinya tanpa ampun. Saat itu Feli tidak memiliki siapapun selain Ken. Saat itu semuanya menjadi sangat kacau. Bahkan Farel sendiri tidak sanggup menahan kepedihan hatinya. Kakaknya tidak pernah menemui Feli sampai sepuluh hari kemudian. Tepat pada hari kematian ibunya, saat itulah dunia Feli untuk runtuh dan hancur dengan cara yang paling memilukan. Iya, Feli masih sangat beruntung karena dia memiliki Ken yang selalu menyediakan lengannya untuk selalu Feli peluk karena jujur saja, saat itu Feli juga takut jika dirinya hilang kendali dan malah mengikuti jejak ibunya sendiri. Feli takut kalau dia tidak bisa mengendalikan kepedihannya dan malah melakukan kegilaan yang lainnya. “Maafkan aku, Feli. Aku memang sangat sibuk belakangan ini sehingga aku sama sekali tidak bisa melihat satupun konser yang sedang kamu lakukan. Maafkan aku..” Kata Ken sambil memeluk Feli. Feli tertawa dengan pelan ketika dia mendengar apa yang dikatakan oleh Ken. Sebenarnya Feli sama sekali tidak marah kalau Ken tenggelam dalam kesibukannya. Selama ini, sesibuk apapun pekerjaan Ken, pria itu selalu mencari waktu luang untuk bisa menghubungi Feli. Biasanya Ken juga akan datang di konser yang dia gelar, sayangnya.. pada konser tahun ini, Ken tidak dapat hadir. Ya, sebenarnya Feli juga kecewa dengan fakta itu. Tapi mau bagaimana lagi? Sejak dulu Feli juga sudah tahu kalau Ken memiliki banyak sekali kesibukan yang tidak bisa dia tinggalkan. Sejak kecil Feli sudah terbiasa dengan kesibukan keluarganya. Feli sangat jarang bertemu dengan ayahnya karena pria itu lebih sering menghabiskan waktunya untuk bekerja. Selama ini Feli memang cukup dekat dengan ibunya, tapi sebenarnya itu juga tidak bisa dibilang dekat. Ibunya sangat sering pergi ke luar kota dan meninggalkan Feli sendirian di rumah. Feli harus menghabiskan waktunya bersama dengan Farel yang sering kali juga sibuk untuk mempelajari masalah hukum. Sejak kecil Feli sudah terbiasa dengan kesibukan keluarganya. Selama ini Feli memang sangat tidak nyaman dengan keadaan keluarganya. Feli ingin orang tuanya lebih banyak meluangkan waktu untuk dirinya dan juga Farel. Uang bisa dicari, tapi kebahagiaan yang bisa mereka rasakan ketika sedang berkumpul bersama, semua itu sangat sulit untuk didapatkan. Iya, dari situlah Feli memiliki pikiran untuk keluar dari band ketika dia sudah menikah. Feli ingin sepenuhnya mengurus rumah tangganya sendiri. Feli ingin menghabiskan waktunya bersama dengan orang-orang yang dia ke sini. Sudah cukup semua yang Feli perjuangkan selama ini, sekarang adalah waktu yang sangat tepat untuk menikmati kehidupan bahagia yang sedang menanti dirinya di depan mata. “Aku tidak akan melakukan konser apapun karena setelah album terakhir dirilis, kami akan mengumumkan tentang keluarnya diriku, Sagara, dan juga Tristan. Mungkin pada akhirnya kami akan mengumumkan kalau band kami sudah bubar..” Kata Feli dengan tenang. Ken menghentikan langkahnya lalu menatap Feli sehingga Feli jadi melakukan hal yang sama. Iya, Feli memang belum menceritakan apapun pada Ken. Feli belum sempat mengatakan keadaan band yang sebenarnya. Feli memang merasa sangat terbeban dengan semua yang terjadi. Tapi mau bagaimana lagi? Bukan Feli yang menginginkan pengunduran Sagara dan Tristan. Jujur saja Feli tidak menyangka kalau dua temannya itu akan mengambil satu keputusan yang cukup mengejutkan itu. “Maksudmu band kalian—” “Iya, memang begitulah keadaannya. Sagara mengatakan kalau sejak lama dia sudah diminta oleh orang tuanya untuk mengurus perusahaan keluarga mereka. Kalau Tristan, sepertinya pria itu juga akan melakukan hal yang sama..” Jelas Feli dengan tenang. Ken masih tampak kebingungan dengan apa yang dikatakan oleh Feli sehingga akhirnya Feli tertawa dengan pelan. Setiap kali berbicara dengan Ken, Feli selalu merasakan sebuah kebahagiaan yang mengalir di dalam hatinya. Rasanya seperti ada sesuatu yang terus memenuhi dirinya. Membuat Feli bahagia tanpa alasan yang jelas. Manusia akan menemukan orang yang tepat untuk menjadi pendamping hidup mereka. Saat itulah mereka akan merasa kalau mereka saling mengerti satu dengan yang lain bahkan ketika belum ada satupun kata yang keluar untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Feli kembali memeluk Ken dengan pelan karena memang disitulah dia mendapatkan ketenangan yang luar biasanya. Ken memang selalu memberikan segala hal yang dibutuhkan oleh Feli. “Bagaimana dengan Yuda?” Tanya Ken. Ah, sebenarnya Feli sudah menebak kalau Ken akan menanyakan tentang Yuda. Sejujurnya selama ini Feli tahu kalau Ken sering kali menaruh rasa cemburu pada Yuda karena pria itu adalah mantan kekasih Feli. Feli tidak akan pernah marah atau merasa kesal ketika Ken mulai menunjukkan kecemburuannya, Feli justru akan merasa senang karena Ken masih menunjukkan kepeduliannya pada hubungan mereka. Sebenarnya, Feli sendiri sudah tidak memiliki perasaan apapun pada Yuda. Mereka hanya pernah menjalin hubungan selama beberapa bulan sebelum akhirnya putus. Hubungan itu juga sudah berakhir sejak bertahun-tahun yang lalu sehingga Feli sudah tidak bisa mengingat apapun tentang mereka berdua. Tidak pernah ada perasaan canggung atau apapun itu yang Feli rasakan pada Yuda, mereka sudah seperti seorang teman dekat saja. Tidak ada perasan lain di dalam hati Feli selain kepeduliannya pada sahabatnya sendiri. Dulu Feli masih terlalu muda ketika dia berpacaran dengan Yuda. Mereka adalah dua anak remaja yang mencoba mencari tahu arti perasaan suka. Bukan cinta, kemungkinan besar perasaan yang Feli miliki untuk yuda saat itu bukanlah cinta. Ada hal yang berbeda dengan perasaannya pada Yuda dengan perasaannya pada Ken. Entahlah, semuanya sudah berlalu sekitar sepuluh tahun yang lalu. Tahun ini Feli akan berusia 26 tahun, Feli sudah banyak melupakan hal yang dia jalani saat dia masih SMA. “Feli, bagaimana dengan Yuda?” Tanya Ken sekali lagi. Feli menggelengkan kepalanya dengan pelan karena sampai sekarang Feli juga belum tahu tentang keputusan Yuda. Kalau Yuda memutuskan untuk ikut keluar, maka band mereka akan bubar. Tapi kalau Yuda memilih untuk mencari pengganti anggota, sepertinya band mereka akan tetap berjalan. Tidak ada pa yang tahu apa yang akan terjadi, bukan? Bisa saja band itu malah tambah bersinar setelah mengalami banyak pergantian dan perubahan. “Dia masih belum memberikan jawaban apapun. Aku sebenarnya merasa bersalah padanya..” Kata Feli dengan pelan. Ken kembali mengecup puncak kepala Feli. Ken memang bukan tipe pria yang suka berbicara panjang lebar. Ken akan bertanya seperlunya dan memberikan jawaban secukupnya. Ken lebih suka menunjukkan sikapnya dengan perbuatan langsung yang dia lakukan. Seperti apa yang sedang Ken lakukan saat ini, Ken akan selalu memberikan dukungan untuk Feli. “Apakah kamu berpikir kalau Sagara dan Tristan keluar dari band karena diriku?” Tanya Feli dengan pelan. Sebenarnya sejak kemarin Feli sudah dihantui dengan fakta ini. Feli takut kalau sebenarnya Sagara mengarang alasannya, Sagara dan Tristan keluar karena Feli. Jujur saja Feli takut dengan semua itu. Feli sudah memikirkan semuanya semalaman, tapi Feli tidak mendapatkan jawaban apapun. Baik Sagara maupun Tristan tidak akan mengaku kalau Feli memaksa mereka untuk mengatakan apa yang sebenarnya menjadi alasan mereka. Iya, Feli tahu akan hal itu. Tapi Feli benar-benar tidak suka kalau Sagara dan Tristan keluar dari band hanya karena mereka ingin melindungi Feli dan serangan orang-orang. Feli memutuskan apa yang dia inginkan, Feli tidak ingin memutuskan apa yang orang lain kerjakan. “Tidak mungkin seperti itu. Mereka pasti punya alasan yang besar untuk keputusan mereka. Tidak mungkin mereka keluar hanya karena kamu keluar. Itu hal yang sangat tidak masuk akal, Feli..” Perkataan Ken memang membuat Feli merasa sedikit lebih baik. Tapi kenyataan yang ada membuat Feli semakin terganggu. Feli ketakutan dengan pikirannya sendiri. Feli tidak ingin orang lain sampai harus melakukan sesuatu yang besar dan berdampak buruk pada diri mereka. “Saat itu Yuda menyudutkan aku. Setelah itu Sagara dan Tristan mengatakan keputusan mereka untuk ikut keluar. Aku takut kalau—” “Feli..” Kata Ken dengan pelan. Feli mengalihkan tatapannya untuk fokus menatap mata Ken yang sedang mencoba menenangkan dirinya. Feli menghembuskan napasnya dengan pelan sebelum mendengarkan kalimat selanjutnya yang dikatakan Ken. Katanya, “Aku tidak akan mungkin keluar dari pekerjaanku hanya karena Farel keluar. Dengan keadaan yang sama, Sagara dan Tristan juga tidak akan keluar dari band itu hanya karena kamu keluar. Mereka punya alasan tersendiri, Feli. Masalahnya saat itu kamu sedang mengumumkan pengunduran dirimu, mereka mungkin berpikir kalau ini adalah saat yang tepat untuk mengatakan keputusan mereka juga..” Saat itulah Feli merasa jauh lebih tenang..  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD