40 Hari Sebelum Persidangan
Ken melangkahkan kakinya dengan pelan untuk membawa Feli yang sedang menggenggam tangannya menuju salah satu taman yang terletak tidak terlalu jauh dari kediamannya.
Wanita itu memang memilih untuk ikut pulang dengan Ken karena besok pagi dia harus kembali bekerja dan menikmati kesibukannya lagi. Sama seperti yang lalu-lalu, Ken dan Feli akan kembali kehilangan waktu untuk bisa bersama. Mereka terlalu larut dalam pekerjaan yang tidak ada habisnya. Memang terasa sangat sulit untuk dijalani, tapi mau bagaimana lagi? Mereka sama sekali tidak memiliki pilihan lain. Ken sudah tahu konsekuensi yang akan mereka terima karena terlalu sibuk dengan pekerjaan masing-masing.
“Aku tidak menyangka kalau kita akan segera menikah”
Kadang, ketika sedang berdua saja bersama dengan Feli, yang dilakukan oleh Ken hanya akan saling diam dan menikmati kebersamaan mereka. Tapi kali ini, mungkin Feli ingin berbicara dengannya mengenai apa yang dirasakan oleh wanita itu. Benar, sudah berminggu-minggu mereka menghabiskan waktu tanpa bisa bertemu satu sama lain. Sekarang Feli memiliki hak penuh atas waktu Ken.
Berhubungan dengan Feli adalah hal yang tidak pernah Ken bayangkan sebelumnya. Sebelum memutuskan untuk menjadi pasangan kekasih, mereka adalah sahabat dekat karena Ken dan Feli memang satu tingkat ketika sekolah. Sekalipun tidak pernah benar-benar berada di satu kelas yang sama dengan Feli, kedekatan mereka berdua sejak masih kecil sudah cukup membuktikan kalau mereka saling tahu pribadi masing-masing dengan sangat baik.
“Kamu senang dengan keputusan ini?” Tanya Ken.
Yang selalu Ken ingin pastikan adalah kebahagiaan Feli. Kalau wanita itu memang belum siap untuk berumah tangga dengan Ken, maka Ken akan berusaha untuk mengundur pernikahan mereka hingga Feli benar-benar siap. Bagi Ken, hubungan mereka yang seperti ini saja sudah lebih dari cukup untuk membuatnya merasa bahagia. Dengan adanya Feli yang akan selalu berada di sampingnya, semua itu sudah lebih dari cukup.
Sering kali Ken memang menyimpan banyak masalah di dalam pikirannya, Ken hanya tidak ingin menjadi beban bagi orang-orang yang sangat dia cintai.
Selama mengambil alih tugas ayahnya untuk menjadi seorang kepala rumah tangga, tidak pernah Ken mengeluh dengan apa yang harus dia lakukan. Bagi Ken, dia adalah kepala, dia pemimpin di dalam keluarganya. Kalau pemimpinnya mengeluh, apa yang akan dilakukan oleh orang yang memimpin? Selama ini memang tidak ada pelajaran yang benar-benar mengajarkan cara untuk menjadi kepala rumah tangga yang baik, di sekolah Ken sama sekali tidak pernah mendapatkan pelajaran itu. Tapi Ken bertekad untuk menjadi seorang kepala rumah tangga yang baik. Keluarganya membutuhkan Ken, semua urusan penting yang berkaitan dengan keluarganya, semua itu harus Ken selesaikan tanpa pernah mengeluh sedikitpun.
Kadang memang terasa lelah, tapi dengan melihat senyuman yang terlukis di bibir keluarganya, Ken merasa kalau lelahnya sudah terbayar.
“Senang, sangat senang. Aku senang karena aku tidak perlu tinggal berjauhan lagi dengan kamu.. aku tidak suka kalau kita sama-sama sibuk seperti ini, Ken..” Kata Feli.
Ken tahu kalau tidak mudah menjalani hubungan seperti ini. Sebagai seorang wanita, wajar jika Feli ingin memiliki seorang kekasih yang bisa menemaninya untuk menghabiskan waktu berdua layaknya pasangan kekasih yang lainnya. Sayangnya Ken sama sekali tidak bisa melakukan semua itu. Ken sangat sibuk dengan dunianya sendiri tanpa peduli kalau Feli juga membutuhkan perhatian dari dirinya. Kalau sudah seperti ini, Ken sama sekali tidak bisa melakukan apapun.
Ketika memiliki waktu luang, yang selalu Ken lakukan adalah menghabiskan waktunya bersama dengan Caleb karena Ken tahu, Kakaknya itu sangat membutuhkan dirinya. Tapi Ken sering kali lupa, bukan hanya Caleb yang membutuhkan dirinya, Feli juga membutuhkan waktunya..
Ken banyak melakukan kesalahan dalam hubungan ini. Setelah mereka menikah, Ken harus mengubah segalanya. Jangan sampai Ken kembali sibuk dan tidak peduli pada istrinya sendiri.
Tujuan Ken menikah Feli adalah untuk membawa Feli benar-benar datang ke dunianya, membuat Feli selalu bahagia dengan apa yang dia lakukan. Kalau sampai ketika mereka menikah Ken masih gagal untuk membahagiakan Feli, itu artinya Ken adalah seorang suami yang gagal.
“Aku memang sedang banyak pekerjaan, Feli. Katakan padaku, apa yang harus aku lakukan untuk menebus semua kesalahanku selama ini?”
Feli menolehkan kepalanya lalu memeluk Ken dari arah samping seperti yang biasa dilakukan oleh wanita itu.
Ken sangat senang dengan apa yan dia miliki sekarang. Iya, dengan memiliki Feli, Ken merasa kalau semua perjuangan yang dia lakukan selama bertahun-tahun ini berbuah dengan manis. Feli adalah hasil dari segala hal yang selama ini diimpikan oleh Ken. Wanita itu tetap ada sekalipun sering kali Ken lupa untuk meluangkan waktunya. Feli adalah wanita yang sangat mengerti keadaan Ken tanpa pernah mengeluh ataupun berharap kalau Ken bisa berubah secara drastis.
“Apapun yang terjadi, kamu harus selalu bahagia. Kadang dunia ini memang sulit untuk dimengerti, tapi apapun yang terjadi.. tetaplah bahagia, Ken. Aku hanya ingin itu dari dirimu..” Feli menjawab sambil tersenyum.
Ken ikut tersenyum ketika mendengar apa yang dikatakan oleh Feli.
Selama ini, Ken sering kali mendapat tugas untuk menangani sebuah kasus perceraian dimana pasangan suami istri sedang berebut harta ataupun anak. Ketika melihat semua itu, Ken sering merasa takut. Dia takut kalau pada akhirnya kisah cintanya akan kandas di tengah jalan, kisahnya akan hancur karena sebuah masalah yang tidak bisa diselesaikan secara baik-baik. Tapi begitu Ken bertemu dengan Feli, Ken tahu kalau dia sama sekali tidak perlu merasa resah. Feli akan selalu bersamanya, wanita itu akan selalu menemani Ken sekalipun nanti akan ada badai yang datang dan menyerang rumah tangga mereka. Tidak masalah, perkara memang sangat sering datang untuk menghancurkan sebuah hubungan, tapi Ken percaya kalau dirinya dan Feli akan bisa melewati setiap masalah yang terjadi.
“Kamu juga harus selalu bahagia. Kita sudah berjalan terlalu jauh, tidak mudah kalau kita ingin kembali. Aku tahu hubungan kita memang masih jauh dari kata sempurna, tapi jangan pernah menyerah, Feli..” Ken menatap Feli dengan pandangan memohon.
Ketika Ken memiliki beban berat sesaat ketika ayahnya meninggal secara mendadak, hanya Feli yang selalu berada di sampingnya. Bagaimanapun caranya, Feli selalu berusaha untuk tetap memberikan dukungan pada Ken. Tidak mudah untuk melewati hari-hari itu, Ken sering merasa tidak sanggup ketika dia harus mengurus segala hal yang biasanya diurus oleh ayahnya. Sebagai seorang laki-laki, Ken harus bertanggung jawab penuh pada keluarganya, Ken harus menjadi sosok kepala rumah tangga yang baik. Ken harus memastikan kesejahteraan keluarganya, Ken harus memastikan kalau Caleb dan Rosaline tidak kekurangan kasih sayang ketika ayah mereka meninggal.
Sebagai seorang adik, Ken sebenarnya jauh lebih sering berperan sebagai seorang kakak. Caleb memang selalu membutuhkan sosok yang akan mendampingi dan membantu pria itu setiap saat. Lalu Rosaline, sekalipun Caleb tahu kalau Rosaline sangat tangguh dan mampu bertanggung jawab atas hidupnya sendiri, sering kali Ken juga harus memastikan kalau Kakaknya itu tetap baik-baik saja. Iya, Rosaline memang seorang wanita, tapi Ken tidak pernah memandang rendah kakaknya itu sekalipun dia seorang wanita. Memangnya kenapa kalau Rosaline adalah wanita?
Di saat Ken selalu merasa sibuk dengan keluarganya hingga sering kali dia sampai lupa memberikan kabar pada Feli, wanita itu sama sekali tidak marah. Ken sangat beruntung karena dia bisa menemukan seorang wanita yang sangat tepat untuk mendampingi dirinya. Kalau tidak ada Feli, mungkin sekarang Ken sudah gila karena dia tidak sanggup menjalani apa yang terjadi.
Memiliki seorang saudara yang mengidap sebuah sindrom autis memang tidak mudah untuk dijalani. Ken bukan merasa malu pada keadaan Kakaknya, tidak.. sama sekali tidak. Ken hanya sering merasa kerepotan ketika harus mengurus Caleb yang sering kali sangat sulit untuk diatur.
“Kenapa aku harus menyerah? Aku memiliki kamu, Ken.. hidupku sudah sangat sempurna. Bahkan, kalaupun aku harus mati saat ini, aku akan mati dengan senang hati”
Ken mengernyitkan keningnya ketika dia mendengar apa yang dikatakan oleh Feli. Kenapa Feli berbicara seperti itu?
“Jangan berbicara seperti itu, Feli..” Ken langsung menegur Feli yang sekarang sedang tertawa pelan.