Bab 12

1194 Words
40 Hari Sebelum persidangan Ken melihat ke arah pintu masuk. Kenapa Farel dan Rosaline belum datang juga? Apakah ada masalah yang membuat mereka sampai terlambat datang? Padahal tadi Ken dan Feli harus menjemput Caleb terlebih dahulu, tapi kenapa kedua orang itu yang malah terlambat datang? Feli dan Caleb terlihat masih bertengkar dan bergurau seperti biasanya. Dua orang itu memang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Mereka terlihat seperti dua orang saudara yang akan selalu bertengkar setiap waktu. Ya, begitulah.. Ken menghembuskan napasnya dengan pelan karena dia merasa kalau ada sesuatu yang salah dengan semua ini. Kenapa Farel dan Rosaline tidak segera datang? Apakah mereka memang mengalami masalah? Haruskah Ken menghubungi Farel? “Ken, Feli selalu saja menggangguku! Apakah kamu bisa memberinya hukuman? Dia, dia sangat menyebalkan. Aku benci, aku benci pada Feli!” Ken mengalihkan tatapannya dari arah pintu untuk melihat apa yang dilakukan oleh Caleb dan Feli. Apa lagi yang terjadi saat ini? Kenapa Feli dan Caleb selalu bergurau secara berlebihan sehingga salah satu dari mereka bisa berakhir dengan marah sungguhan? Ken memang sudah sangat lelah karena bekerja seharian ini. Ken harus bolak-balik untuk mengurus semua masalah yang dia tangani. Jujur saja ini adalah kasus yang cukup sulit untuk Ken. “Jangan seperti itu, Caleb. Feli hanya bergurau denganmu..” Kata Ken dengan pelan. Ken menatap Feli yang sedang tertawa ketika mendengar apa yang dikatakan oleh Ken. Hei, apakah ada yang salah? Ken mengernyitkan dahinya sambil menatap Feli dengan sedikit kebingungan. “Lihatlah apa yang dia katakan. Dia membelaku, Kak.. jadi Kakak harus memelukku sekarang!” “Perkataan tidak dilihat, tapi didengar! Tidak dilihat tapi didengar! Apakah kamu mengerti akan perbedaan itu? Tidak dilihat! Tidak dilihat!” Ken semakin kebingungan ketika mendengar apa yang dia katakan. Oh astaga, semua ini memang membuat Ken semakin kebingungan. Sepertinya tidak masalah kalau dia harus bergabung dan ikut dalam pembicaraan Feli dan Caleb. Dua orang itu memang terlihat sangat sibuk dengan perdebatan mereka sendiri. Kadang Ken merasa iri dengan Feli dan Caleb yang sepertinya bisa mengekspresikan apa yang mereka rasakan dengan sangat mudah. Feli akan tertawa ketika dia bahagia, lalu akan menangis ketika dia merasa sedih. Sama seperti Feli, Caleb juga akan menjerit lalu berlari ketika dia ketakutan, Caleb juga akan menolak untuk melakukan sesuatu yang tidak dia suka. Tidak sama seperti Ken yang hanya bisa diam ketika dia bersedih dan ketakutan. Selain itu, Ken juga tidak bisa menjerit lalu berlari ke arah yang berlawanan ketika dia mulai merasa ketakutan. Dengan beban yang Ken tanggung, Ken dituntut untuk tidak merasa ketakutan sama sekali. Pada dasarnya, semua orang memang memiliki rasa takut. Ken adalah manusia biasa, dia juga sering ketakutan kadang-kadang. “Tidak, tidak, tidak. Aku tidak mau memelukmu! Kamu patut untuk dihukum karena telah mengganggu Kakakmu sendiri! Ken akan menghukummu! Dia tidak akan membela dirimu!” Caleb terus berbicara seolah dia sangat sebal dengan Feli. Dua orang itu memang terlihat sangat dekat satu sama lain tapi juga sering bertengkar karena hal-hal yang sangat remeh. Ah, rasanya sangat menyenangkan kalau bisa duduk di antara dua orang yang sangat berisik itu. “Memangnya apa yang dilakukan oleh Feli sehingga aku harus menghukumnya?” Tanya Ken sambil menatap Caleb dan Feli secara bergantian. Feli tersenyum geli ketika mendengar pertanyaan Ken. Ketika Feli tersenyum, secara otomatis Ken juga akan ikut tersenyum. Wanita itu memang sangat luar biasa.. “Dia, dia ingin memelukku! Aku tidak suka dipeluk karena aku sudah besar!” Kata sambil menunjuk ke arah Feli dengan tatapan kesal. Feli tertawa dengan pelan ketika mendengar tuduhan Caleb. Sama seperti Feli, tidak ada hal yang bisa dilakukan oleh Ken selain ikut tertawa bersama dengan wanita itu. Kadang Ken merasa kasihan dengan keadaan Caleb yang memiliki banyak sekali kekurangan, tapi sekarang Ken sadar kalau bukan hanya Caleb yang memiliki kekurangan, Ken juga sama seperti Kakaknya. Semua manusia memiliki kekurangan, jadi.. tidak perlu merasa kasih pada orang lain. Yang pertama, kasihani dirimu sendiri. Hidup ini sangat besar untuk dilalui, seseorang tidak bisa selalu membantu orang lain kalau dia saja tidak bisa membantu dirinya sendiri. “Aku rasa tidak ada hal yang salah dengan itu. Sekalipun sudah besar, seseorang tetap boleh mendapatkan pelukan..” Kata Ken dengan pelan. Caleb langsung menggelengkan kepalanya lalu menatap Ken dengan pandangan tidak setuju. Ah, apakah Kakaknya memiliki pendapat lain? Ken sebenarnya sangat senang ketika mengetahui Caleb yang ingin tetap bersekolah sekalipun sudah bertahun-tahun yang lalu Caleb lulus dari sekolah itu. Kakaknya mungkin merasa sangat kesepian ketika harus ditinggal di rumah setiap hari. Baik Ken maupun Rosaline terlalu sibuk bekerja sehingga mereka sering lupa untuk meluangkan waktu bersama dengan Caleb. Sama seperti Rosaline dan Ken, Ibu mereka juga memiliki kesibukan yang sama. Sekalipun setelah kematian ayahnya, ibunya memilih untuk berhenti menjadi seorang pengacara, tapi Ibunya tetap memiliki banyak sekali kesibukan. Ibunya memilih untuk menjadi seorang perancang busana sekarang. Ken sama sekali tidak tahu kalau sejak dulu ibunya memiliki bakat yang luar biasa dalam membuat busana yang indah. Bekerja menjadi pengacara mungkin membuat Ibunya semakin mengingat mengenai kematian Ayahnya, semua itu sama sekali tidak mudah. Oleh sebab itu, ketika Ibunya mengatakan dia ingin berhenti menjadi pengacara, yang bisa Ken dan Rosaline lakukan adalah terus memberikan dukungan untuk Ibu mereka. “Tid-tidak! Tidak, tidak begitu, Ken! Kata Mama, aku tidak boleh mendapatkan pelukan darinya. Aku sudah besar, Mama tidak mau memeluk seorang anak yang sudah besar” Ken menatap Caleb dengan pandangan terkejut. Kenapa Caleb bisa berbicara seperti itu? Sama seperti Ken, Feli juga tampak sama terkejutnya. Ketika Ken menatap ke arah Feli, wanita itu tersenyum seakan dia ingin mengatakan kalau Ken harus meluruskan apa yang dikatakan oleh Caleb. Kadang Ken memang merasakan kalau Ibu mereka memperlakukan Caleb dengan keras. Iya, Ibunya memang ingin Caleb hidup mandiri dan tidak bergantung pada bantuan orang lain lagi, masalahnya.. Caleb memang tidak akan bisa hidup seperti itu. Sampai kapanpun, Caleb tetap akan membutuhkan bantuan orang lain untuk bertahan hidup. Bukan hanya Caleb saja, semua orang juga membutuhkan bantuan orang lain dalam hidupnya. “Tidak, bukan seperti itu maksud Mama—” “Sudah, kamu diamlah, Ken! Kamu tidak tahu apa yang dikatakan oleh Mama! Mama memang selalu mengatakan itu pada Kak Caleb” Ken baru akan kembali berbicara ketika terdengar suara langkah kaki yang mendekati mereka. Pada akhirnya, setelah menunggu lebih dari 15 menit, Rosaline dan Farel datang juga. Entahlah, Ken sama sekali tidak tahu apa yang membuat dua orang itu datang sangat terlambat padahal menurut Ken, mereka hanya membutuhkan waktu kurang dari 30 menit untuk sampai di sini jika mereka lewat jalan yang benar. “Maafkan aku yang terlambat, Feli. Kakakmu sepertinya lupa jalan untuk ke tempat ini” Kata Rosaline yang langsung mengambil tempat duduk di samping Feli. Wanita itu juga menyapa Caleb yang bertepuk tangan karena merasa gembira bisa melihat adiknya setelah berminggu-minggu tidak bisa bertemu. “Tidak masalah, sekalipun aku merasa sangat tidak yakin kalau Kakakku melupakan jalan ke tempat ini. Hei, ini adalah restoran favorit kami berdua, bagaimana mungkin dia lupa?” Apa yang dikatakan oleh Feli semakin membuat Ken merasa kebingungan. Semua orang juga tahu kalau kalau ini adalah restoran favorit Feli, tidak akan ada yang melupakan jalan menuju ke tempat ini. Tapi.. kenapa Farel yang juga sangat sering datang ke sini bisa sampai lupa pada jalan ini?      
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD