“Aku tak bisa melakukan itu, Dokter,” lirih Anjeli, saat matanya tak lagi berkabut akibat Rahul memintanya untuk membuka saree yang ia kenakan.
Hal itu lantas membuat Rahul menjadi kesal, “Kau menolaknya? Apa kau tak mengerti apa maksudku tadi?!” lalu mencengkeram kedua lengan Anjeli.
“Aku hanya akan menjual rahimku, Dokter. Aku tidak menjual tubuhku,” lirih Anjeli Sharma begitu bergetar, “Jika itu diperbolehkan, maka sudah sejak lama aku menjadi istri ketujuh Tuan Manoj Pratab Singh. Aku bukan wanita seperti yang kau kira, jadi tolong suruh saja aku melakukan pekerjaan lainnya dari pada harus menodai kesetiaanku,” lanjutnya menundukkan kepala.
Tentu saja Rahul begitu terkejut mendengar ucapan wanita yang sempat ia anggap lemah tadi, namun amarahnya sudah lebih dulu lepas tak terkendali.
Ia lantas kembali mendekati tubuh Anjeli dan mencengkeram rahang wanita itu lagi, “Apa kau pikir aku berselera meniduri perempuan lusuh tak terawat sepertimu ini?!” lalu terkekeh keras hingga menggema disetiap sudut ruangan.
“Aku hanya menegaskan saja, Dokter. Bukan bermaksud untuk—”
"Ck! Jangan mengguruiku, Nyonya Anjeli! Tugas seorang Dokter kandungan tentu saja tak jauh dari kata tubuh wanita, karena hanya kalian sajalah yang bisa mengandung dan melahirkan. Kecuali jika pria bisa melakukan itu, tentu saja aku juga pasti akan selalu menyentuh bagian sensitif dari laki-laki. Kau mengerti?!” tegas Rahul dan Anjeli salah tingkah.
Namun penjelasan tersebut tetap tak membuat Anjeli bergerak untuk membuka saree yang ia kenakan, sehingga dengan cepat Rahul menarik selendang tipis di tubuh wanita itu.
“Jangan—”
“Buka, Anjeli! Kau ingin aku menolongmu atau tidak, hah?! Harus berapa kali kujelaskan jika pasienku kali ini adalah pengusaha nomor satu di Mumbai? Apa kau ingin aku salah memilihmu dan pada akhirnya reputasiku sebagai seorang dokter kandungan hancur, akibat komplain yang bisa saja mereka lakukan nanti? Jadi buka saree sialan ini dan perlihatkan seluruh bentuk tubuhmu! Aku hanya ingin melihat apakah kau memiliki cacat fisik atau tidak, bukan bermaksud lebih dari itu! Kau mengerti?” dan lagi-lagi Rahul begitu emosional dengan tingkah yang Anjeli perlihatkan.
Alhasil sang ibu dua anak itu dengan cekatan membuka saree yang melekat di tubuhnya hingga pada akhirnya Rahul pun terpana seketika.
“Apa benar dia adalah wanita yang sudah pernah melahirkan anak hingga dua kali? Mengapa payudaranya masih sebagus itu?” batin Rahul akibat saree di tubuh Anjeli sudah terlepas bagian atasnya.
“Apa saree ini sudah bisa kupakai lagi?” ujar Anjeli membuyarkan lamunan Rahul.
“Lepas bagian bawahnya juga!” perintah Rahul, dan pun Anjeli mematuhinya.
Tak sampai satu menit waktu berputar, tubuh wanita itu sudah tidak memakai apa pun lagi, selain sepotong kain yang menutupi pangkal pahanya.
Rahul lantas maju beberapa langkah ke depan dengan pandangan mata yang sudah sedikit terbakar gairah, “Apa kau yakin bisa mengandung anak itu dengan baik, Anjeli?" lalu bertanya sembari memutari tubuh Anjeli.
“Ak-ku... Eh, aku...”
“Apa kandunganmu pernah bermasalah? Lebih baik kau naik ke brangkar besi dan aku akan memeriksa bagian dalam rahimmu, Anjeli!” titah Rahul yang sekali lagi menunjuk ke arah brangkar besi, “Aku tidak tahu riwayat kehamilan dua anakmu, karena aku tidak pernah merasa memeriksamu dulu. Jadi ceritakan apa saja yang kau alami selama dua kali mengandung dengan jujur, demi uang jutaan Rupee yang bisa kau pakai untuk membiayai pengobatan suami dan juga membayar semua hutangmu sekarang!” lanjut Rahul, mengambil ultrasonik gel.
Maka Rahul pun memeriksa kondisi kandungan Anjeli menggunakan ultrasonografi 4 dimensi, sembari dengan seksama mendengarkan semua cerita tentang kehamilan wanita itu.
“Apa kasus yang kau alami selama kehamilan hanya kondisi bayi kurang sehat dan bobot tubuh mereka tak cukup, sehingga harus dimasukkan ke dalam inkubator saja? Apa tidak ada kasus lainnya lagi?” tanya Rahul yang sesekali mencuri pandang ke arah tubuh molek Anjeli.
“Iya, Dokter. Anda bisa tanyakan saja pada Dokter Kanna. Dia juga sudah pernah kuceritakan tentang hal ini, saat ia masih bekerja sebagai dokter biasa di klinik. Dulu dia sering memberi anak-anakku s**u dan gandum yang banyak setiap bulan, tapi sekarang sudah jarang karena dia sudah bekerja di Rumah Sakit ini,” sahut Anjeli mengenang kebaikan kakak kandung Rahul, “Kami sudah jarang bertemu selama beberapa bulan ini dan itu juga karena Suamiku tidak pernah mau aku membawanya ke sini saat ia sedang kesakitan. Tapi hari ini—”
“Cukup! Aku tak ingin mendengar cerita tentang suamimu dan penyakitnya! Aku hanya ingin mendengar riwayat kehamilanmu dulu dan juga memeriksa segala sesuatu di tubuh molekmu ini sebelum proses transfer embrio ke dalam rahimmu terjadi. Kau paham?” sahut Rahul meletakkan telapak tangannya di atas paha Anjeli.
“Ssttt...” satu desahan pun tidak sengaja keluar dari bibir Anjeli, dan Rahul sedikit terkejut di sana.
“Hem, peka terhadap berbagai rangsangan. Aku suka dengan kondisi tubuhmu. Kau masih sangat bagus, seperti seorang wanita yang belum pernah menikah,” lirih Rahul, memainkan telunjuknya di sekitar p******a Anjeli.
“Dokter, aku—”
“Ssttt... Diam, Anjeli. Aku tak meminta kau untuk berbicara. Kau harus diam dan dengarkan apa yang aku katakan, demi uang jutaan Rupee itu. Mengerti?!” tegas Rahul meletakkan telunjuknya di bibir Anjeli.
“Iy-iya, Dokter. Ak-ku mengerti.”
“Bagus!” sahut Rahul menampilkan senyum iblisnya, “Jadi aku akan mengatakan pada mereka jika kau belum menikah dan juga tidak pernah melahirkan, sehingga proses menjadi seorang ibu pengganti ini dapat segera berjalan. Jadi, anak-anakmu nanti akan diurus oleh Kanna. Karena—”
“Tapi aku tak mau berpisah dari mereka, Dokter. Lalu bagaimana dengan suamiku? Siapa yang akan merawatnya?” sanggah Anjeli yang langsung bangkit dan terduduk di atas brangkar besi tersebut.
Jarak yang tidak sengaja tercipta hanya lima centimeter akibat Rahul masih sedikit merunduk, kini berhasil membuat jantung sang dokter kandungan berdegup sangat kencang. Sehingga itu membuatnya tidak segera menjawab pertanyaan tersebut dan pada sang raja durjana pun berhasil menguasai.
“Argh! Dokter, aku— Hemphhh...” lalu terjadilah sesuatu yang panas di sana.
Rahul menindih tubuh molek Anjeli, kemudian melumat habis bibir ranum wanita itu dengan sangat menggebu. Sampai-sampai sang dokter kandungan itu tak memedulikan kesakitan Anjeli yang didengarnya. Ia bahkan memilih berpindah tempat, agar dapat mencicipi seluruh tubuh Anjeli yang sangat membakar birahinya.
“Argh! Dokterrr...” rintih Anjeli akibat puncak p******a kanannya yang tiba-tiba saja dilumat habis oleh Rahul.
Akan tetapi terjadi sesuatu yang merusak keintiman dua sejoli tersebut.
Tok tok tok tok tok tok
“Rahulll... Kau masih di dalam? Ini aku, Kanna! Tolong buka, Rahul! Ada sesuatu yang perlu kutanyakan pada Anjeli!” dan itu adalah ulah dari Kanna Maholtra yang mengetuk dan memainkan handle pintu ruangan kerja tersebut.
Tak ayal Rahul terlihat begitu kesal, “Sial! Kanna memang saudari b******k yang selalu mengganggu kesenanganku!” hingga membuatnya mengumpat, lalu melepas bibir Anjeli yang sudah sedikit membengkak.
Secepat kilat sang dokter kandungan turun dari brangkar besi, lalu diikuti oleh Anjeli Sharma yang sudah memunguti saree miliknya.
“Pakai saree itu di dalam kamar mandi saja, tapi jangan keluar sebelum aku panggil. Kau paham?!” namun ia masih saja memerintah, ketika melihat Anjeli ingin menutup kembali tubuh moleknya.