E. Ketahuan

920 Words
Raut wajah ayah sangat menakutkan dia sangat marah tangannya terkepal kencang sepertinya bersiap menghajar reno Liam segera berdiri menahan ayahnya, ia panik sepertinya ibu tidak di rumah, karena hanya ibunya yang bisa menenangkan ayah. "minggir kamu" si ayah tegas "jangan emosi yah, tanya baik-baik dulu" usul Liam Si ayah tidak menjawab dia menyingkirkan liam di hadapannya yang menghalangi jalan Liam bingung dia tidak bisa berbuat apapun lagi, jika ayahnya sudah marah tidak ada yang bisa menahannya. Safa keluar dari toilet, suasana macam apa ini mengapa sangat menegangkan dia bertanya dengan ekspresi wajah pada al namun al menggeleng tidak tahu. Liam berbalik ke belakang lalu eye contacts dengan safa Safa bertanya ada apa dengan ekspresi wajah namun liam tidak menanggapi, dia bingung harus jawab apa "Alvian masuk ke kamar cepat" kata laim tegas "iya kak" Al berlari ke kamarnya tuk.. tuk..tuk sia ayah mengetuk pintu kamar reno "bentar" reno yang tidak tahu ayahnya ada di rumah santai membuka pintu dengan rokok yang masih di tangan nya sehingga muncul asap di belakang tubuhnya "kurang ajar" kata si ayah marah kemudian langsung menampar wajah reno dengan keras plak!!.... plakk!.. dua kali si ayah menampar reno kemudian si ayah membawa reno keluar kamar dengan menarik bajunya lalu dia menghajar reno kembali. reno tidak melawan dia pasrah saja di hajar sang ayah sungguh menyedihkan "Liam..." safa mendekati Liam takut Liam menatap safa dengan tatapan sulit diartikan. "akh..." "Aaarrggh" reno sangat kesakitan "ampun yah," reno sudah lemas "anak kurang ajar " ucap si ayah emosi Tiba-tiba si ibu datang lalu berteriak kaget dengan keributan ini "berhentiiiii........." teriak si ibu namun si ayah tidak berhenti menghajar "berhenti yah, dia anak kamu, sudah hentikan, reno memang keterlaluan tapi jangan menghajar nya sampai seperti ini yah" kata si ibu dengan air mata bercucuran kemudian memeluk si ayah agar berhenti menghajar reno si ayah pun berhenti kemudian dia pergi ke lantai bawah, si ibu segera menyusul ayahnya. reno terkapar lemas di lantai wajahnya babak belur penuh luka, baru kali ini di di hajar si ayah separah ini Liam masih bungkam tidak berkata apapun Safa segera mendekati reno yang terlihat sangat menghawatirkan " reno" panggil Safa reno tidak menjawab dia hanya menggeleng kemudian air mata jatuh dari ujung matanya hal itu terlihat sangat menyakitkan bagi safa, lalu dia segera berlari ke lantai bawah mengambil air es . "kemana" tanya Liam dengan ekspresi lemas "ambil air es" jawab Safa Liam membiarkan Safa turun lalu dia menatap reno dengan tatapan iba rasa sakit muncul dihatinya melihat adiknya babak belur oleh ayahnya sendiri dan dia lagi-lagi tidak bisa berbuat apapun membuat dia merasa tidak berguna dan pikiran sangat kacau. Safa kembali ke lantai atas membawa air es serta kotak p3k di lengan nya saat reno melihat safa tiba-tiba terbit sebuah senyuman tipis di wajahnya dia ingin bangun namun kesulitan sehingga safa membantu dia untuk duduk "ini pasti perih banget kamu tahan ya" ucap safa pelan reno mengangguk safa memberikan sebuah kain yang di gulung tebal untuk digigit reno agar tidak berisik saat diberikan obat di wajahnya. dia membersihkan luka di wajah reno dengan hati-hati "akh" reno bersuara pelan lalu dia menggigit kain itu kuat-kuat. "tahan ya, ini emang sakit banget, tapi kalo gak di obati bisa lebih parah" tutur safa "ya" jawab reno pelan hampir tidak terdengar. Safa terus mengobati luka reno sampai selesai kemudian dia memberikan botol air es kepala reno untuk lebam nya agar tidak semakin parah "makasih ya" ucap reno "sama-sama" "aku pergi dulu udah sore, waktu ngajar aku juga udah habis" kata safa reno mengangguk "cepat sembuh, dan kalo bisa jangan diulang lagi" ucap safa sambil tersenyum reno membalas senyuman safa dengan tulus, entah mengapa reno tidak merasakan sakit padahal wajah nya babak belur ia hanya merasakan kehangatan di hatinya. Safa turun ke bawah namun tidak ada siapapun di sini, tadinya ia ingin berpamitan dengan bu hera, karena tidak ada dan keadaan sangat kacau ia memutuskan untuk pulang saja. Safa keluar dari rumah itu ia teringat liam, kemana lelaki? saat mengobati reno Liam tiba-tiba hilang safa jadi kepikiran "ngapain gue mikirin dia, mending gue pulang lagian bukan urusan gue juga" ucap safa pada dirinya sendiri ... Safa lewat dua menit bus sudah berangkat, alhasil dia harus menunggu tiga puluh menit untuk bus selanjutnya. Dia melihat seorang lelaki yang tadi sempat ia pikirkan mengapa ada di sini, melamun sendirian sungguh menyedihkan melihatnya Safa memutuskan untuk menghampirinya "Liam ngapain lo di sini" tanya safa Liam tidak menjawab "Liam lo budeg ya?" Safa aneh Liam diam saja tidak seperti biasanya "gue, gak mau diganggu, mendingan lo pergi aja" kata Liam tanpa menoleh kearah Safa "ko ngusir emang ini tempat milik lo" kata safa tidak terima Liam tidak lagi menanggapi dia terdiam lagi "malah diem" kemudian safa ikut duduk di sebelah Liam "gue kaget banget sama kejadian tadi kenapa bisa begitu tapi gue gak perlu tau itu kan masalah keluarga lo" kata safa "gue juga tau lo ngerasa bersalah kan karena gak bisa bantu apapun saat ayah lo mukulin reno, tapi lo jangan kabur kaya gini seharusnya lo tu nasihati reno biar gak kaia gitu lagi, dewasa dikit lah" tutur safa "siapa yang kabur" ucap Liam "itu kucing tetangga, keluarga nya pusing banget nyariin" safa mengerang cerita "hahahaha" liam tertawa keras Setelah mendengarkan safa ada kelegaan di hatinya, dia pun bisa tertawa kembali. "liam gue pulang, udah hampir magrib nih" kata safa "gue anterin" tawar Liam "emm...,oke deh, lumayan hemat ongkos" jawab safa dengan senyum senang, tidak seperti biasanya yang selalu emosi jika dengan Liam kira-kira kenapa ya safa jadi berubah sikap terhadap liam
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD