Prolog
"Karena mereka masih sangat muda gimana kalau kita adakan tunangan saja dulu" Cetus Tono- papa dari Galih yang tentu saja membuat dua sejoli yang duduk berhadapan itu memasang wajah bingung bukan main, jujur ini kali pertama mereka bertemu namun orang tua dari keduanya sudah berbicara soal pertunangan.
"Pertunangan ? tapi kam--
"Arin, dengar ya nak. Galih anak nya baik kok mama jamin itu" pungkas Nur-- mama Arin
"Iya sayang, anak om baik kok" tambah Tono memanasi, Arin memasang wajah kesal berbeda dengan pria yang kini malah sibuk makan seolah tidak peduli dengan apa yang baru saja terjadi.
Gadis itu memilih kabur dari meja makan.
"Sayang tolong susulin Arin" Perintah Rima-- mama Galih, pria itu mengangguk pelan dan mengikuti Arin.
Disini Arin sekarang di taman belakang restoran cepat saji, tempat sepi yang cocok untuknya.
"Suka banget cari perhatian" Gumam pria yang kini berdiri tak jauh darinya, Arin lantas membalikkan tubuhnya memandang sekilas pria itu.
"Ngapain kesini?"
"Disuruh ortu lah, banyak kerjaan banget gue ngikuti lo sampe sini"
"Yaudah pulang aja sana"
"Jangan banyak tingkah"
"Salah aku?"
"Menurut lo?"
"Aku nggak mau tunangan sama kamu!!" bentak Arin
"Menurut lo gue mau punya istri modelan kek lo! najis banget!!' cibir pria berkemeja hitam itu, yang tentu saja membuat Arin sakit hati.
"Yaudah kita batalin aja"
"Nggak bisa!'
"Kata kamu nggak mau nikah sama aku!"
"Bukan berarti gue nggak mau bisa di batalin, bloon!"
"Kamu kalau ngomong kenapa kasar banget"
"Kalau lo nggak bloon gue juga nggak bakal ngomong kasar!"
"Aku nggak mau punya suami kasar kek kamu !" Kesal Arin, lalu pergi meninggalkan Galih seorang diri.