Berlarilah,Selamatkan dirimu!

1215 Words
Maya’s POV Hatiku masih berdebar keras saat aku minum segelas teh hangat yang disajikan oleh wanita tua yang baik hati itu. “ Apa yang menimpamu dear? Mengapa kamu tampak sangat binggung.” Aku terdiam, setelah memikirkan beberapa saat apa yang harus aku katakan pada wanita ini, akhirnya aku memutuskan untuk sedikit berbohong mengenai siapa diriku dan apa yang menimpaku hari ini, kata-kata Arya agar aku tidak mempercayai siapapun tergiang-giang di telingaku. “ Saya dan suami dalam perjalanan ke bandara untuk kembali ke Indonesia. Tapi di perjalanan, mobil kami dihadang penjahat dan mereka ….. mereka membunuh suami saya dan mengambil mobil kami.” “ Oh my god. Memang akhir-akhir ini sejak keadaan ekonomi memburuk di Amerika, banyak penjahat yang membajak mobil dengan menggunakan kekerasan, tapi mereka sungguh kejam, sampai membunuh. Apakah suamimu melawan? Seharusnya jangan dilawan, serahkan saja semua harta kalian. Lebih penting nyawa daripada harta dalam kondisi seperti ini.” Aku kembali hanya mengangguk, tak bisa menjawab. Untung paspor Amerikaku , dompetku dan laptopku masih ada dalam backpack yang selalu kutenteng. Kalau tidak aku pasti tidak akan bisa lari dan sembunyi karena tidak ada identitas diri dan uang. “ Jadi sekarang apa rencanamu, dear? Kamu mau lapor polisi?” “ Ya.. Izinkan aku menenangkan diri sebentar, setelah itu aku akan pergi ke kantor polisi terdekat untuk melapor.” Aku berbohong. Melapor juga percuma di saat ini. Lebih baik aku segera ke bandara dan terbang Ke Indonesia untuk bersembunyi sesuai arahan Arya. Wanita ini mengangguk setuju. “ Istirahatlah sebentar, lalu kamu bisa mengambil jalan setapak sebelah kanan yang akan membawamu ke kantor polis terdekat.” “ Kalau arah bandara?” Tanyaku. “ Belakang rumahku ini, adalah pintu belakang bandara. Tapi gerbangnya akan ditutup jam 7 malam nanti. Pintu itu khusus untuk karyawan yang bekerja di bandara karena banyak karyawan tinggal di perumahan ini.” Katanya menjelaskan Aku memandang Apple watch ku, 5 menit lagi jam 7 dan penerbanganku jam 8.00. Kalau aku pamit sekarang, aku masih sempat mengejar penerbanganku ke Bali. Aku lalu memutuskan untuk pamit , wanita ini tampak terkejut. Tapi dengan perasaan menyesal dan hati yang masih berdebar aku mengatakan “ Saya harus pamit sekarang, Madam.Lebih cepat saya melapor, pasti lebih cepat masalahku selesai.” “ Baiklah. Hati-hati dear.” Wanita itu berkata ketika mengantarku keluar dari pintu rumahnya. Aku pura-pura berjalan ke arah kanan, agar wanita tua itu berpikiran aku menuju kantor polisi, setelah meyakinkan diriku, kalau pandangannya tidak bisa lagi melihatku, aku berbelok dari jalan setapak dan beralih mengambil arah belakang rumahnya. Lalu sekuat tenagaku, aku berlari kencang menuju pintu belakang gerbang bandara. Tiga menit menjelang jam 7. Aku berlari, bagai pelari sprinter dan tiba di sana saat security guardnya bersiap-siap menutup pintu gerbang “ Wait! Aku penumpang pesawat! ” Aku berteriak kencang. Menghentikan gerakan Security Guard yang akan segera menggembok pintu kecil itu. “ Pardon Madam. Penumpang tidak bisa masuk dari pintu ini. Ini pintu khusus karyawan.” Kata Security guardnya sopan “ Tolong aku Pak, Mobilku kecelakan di ujung jalan sini. Aku tidak punya kenderaan yang bisa membawaku ke bandara. Kalau harus dari pintu keberangkatan,aku pasti akan ketinggalan pesawat ” Kataku dengan wajah memelas. “ Baiklah, karena ini termasuk keadaan darurat, aku akan mengizinkanmu.” Katanya membuka pintu kecil itu lebar-lebar. “ Terimakasih.” Aku langsung berlari kencang menuju terminal karena letaknya cukup jauh dari tempatku ini. “ Tunggu Madam. Mohon perlihatkan paspormu dan tiketmu.” Jerit security guard menghentikan langkahku. Pasti dia tidak ingin disalahkan membiarkan seorang wanita tak dikenal masuk begitu saja lewat pintu karyawan. Aku mengambil kedua benda yang dimintanya dan memperlihatkan kepadanya. “ Tolong aku Pak. Mobilku kecelakaan, sehingga aku masuk ke perumahan ini untuk minta bantuan. Aku bertemu wanita tua baik yang mengatakan kepadaku kalau aku bisa masuk ke bandara lewat pintu ini.” “ Maksudmu wanita yang rumahnya ada di dekat gerbang ini?” Tanyanya. “ Iya, aku sampai lupa menanyakan namanya tadi.” Kataku menyesal. “ Mrs White. Dia nenekku.” Kata security guard itu sambil tersenyum ramah. “ Mari aku antar anda ke terminal dengan motorku. Kamu tidak akan tiba tepat waktu dengan berlari karena jarak pintu ini dengan area keberangkatan sekitar 2 Km” “ Terimakasih. Terimakasih.” Kataku. Aku naik ke atas motornya, lalu kami melaju menuju terminal keberangkatan. Untung aku sudah online check in dan beberapa saat kemudian, pesawat United Airlines pun terbang tingi membawaku menuju pulau Bali tapi tidak untuk menghadiri konvensi Water World, melainkan aku harus lari dan sembunyi ke pulau lain yang ada di Indonesia. Tapi kemana aku harus pergi? Negara Indonesia ini terdiri dari ribuan pulau. Negara yang merupakan tempat lahirku tapi sudah aku tinggalkan sejak aku masih balita. Aku sama sekali tidak pernah kembali ke Indonesia, bahkan suamiku Arya yang masih berkewarganegaraan Indonesia saja juga sudah lama tidak kembali ke negaranya , karena kami berdua terlalu sibuk dengan penelitian-penelitian yang kami lakukan. Mengingat Arya, hatiku melilit sedih. Apakah Arya akan selamat? Tapi aku tidak yakin, melihat punggungnya yang terkena tembakan dan darah segar yang menggucur begitu banyak dari punggungnya juga suara tembakan terakhir yang bergema saat aku lari, menghancurkan harapanku. Aku tahu bahwa penjahat-penjahat itu telah merenggut nyawa suamiku tercinta. Seorang suami yang selalu mencurahkan kasih sayangnya kepadaku tanpa batas. Suami yang terus mendukung setiap langkah penelitianku. Seorang lelaki gigih yang berjuang selama dua tahun untuk mendapatkan hatiku, meski awalnya aku menolak semua bentuk cinta dan perhatiannya karena lebih memilih tenggelam dalam penelitian pentingku tapi Arya dengan kesabarannya yang no limit, membuatku terjatuh dalam pesonanya yang tenang dan menghanyutkan. Mengapa lelaki baik ini begitu cepat meninggalkanku? Air mataku mengalir deras, hatiku hancur berkeping-keping dan aku menangis tersedu-sedu sampai bahuku bergetar hebat. Untung aku duduk di kelas bisnis, di sisi bagian jendela, sehingga tidak ada yang melihat tangisku . Aku memandang kursi kosong di sampingku, kursi yang seharusnya Arya duduki, tapi tidak ada Arya di sana hanya ada kekosongan yang membuat hatiku bertambah sedih. “ Madam Santoso. Are you Okay?” Tanya seorang pramugari yang melayaniku. “ Yes.. I am Okay. Just a little stressed.” Kataku berbohong. “ Just rest madam. I will let you rest until meal time.” Katanya lembut. Aku mengangguk dan mengambil selimut biru, menutup wajahku bukan untuk tidur, tetapi untuk melanjutkan tangisku , mengenang suamiku tercinta. Penerbangan 23 jam ini sungguh terasa sangat berat, karena mulai hari ini, Arya tidak lagi di sampingku. Aku harus bersembunyi dan menghadapi semua bahaya ini sendirian jika ingin tetap hidup dan memaparkan penemuanku pada dunia. Aku pasti bisa, tekadku sebelum menangis lagi. Aku berjanji, setelah turun dari pesawat, aku tidak akan lagi menangisi Arya, karena dia pasti tidak ingin aku terus menangis. Arya hanya ingin aku tetap hidup. Itu yang harus aku lakukan. Bertahan hidup Namun, saat aku menarik selimut lebih erat, aku mendengar bisikan dari dua pria yang berdiri di belakangku. "Apakah kamu yakin dia berhasil naik ke pesawat ini? Dia tidak ada di kelas ekonomi. Kalau kelas bisnis, kita tidak bisa mencarinya, karena pasti kita akan diusir pramugari." "Bagaimanapun, kita harus menemukan cara untuk menghentikannya sebelum dia tiba di Bali." Jantungku berdegup kencang. Siapa mereka? Mengapa mereka terus mengejarku? Apa yang harus aku lakukan? Bahaya yang mengintai lebih mengerikan dari sebelumnya. Penjahat itu satu pesawat denganku, dan mereka akan terus memburuku sampai aku menghembuskan napas terakhir. Aku menyadari bahwa penerbangan ini bukan hanya tentang mencapai tujuan, tetapi juga tentang bertahan hidup.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD