Gary membeku, begitupun Bimo. Seumur-umur ia tak pernah melayangkan telapak tangannya untuk menampar ataupun memukul anak-anak dan istrinya. Namun mendengar Gary mengatakan hal yang paling tak masuk akal sungguh membuat amarahnya memuncak begitu saja. Dan sekejap saja setelah benturan dengan wajah sang putra terjadi, rasa bersalah menyergap sukmanya. Gary diam saja, ia menjauh dari Bimo, mengambil tas punggungnya, membereskan barang-barang yang ia bawa dari Jakarta agar tak ada yang tertinggal. Bimo hanya memandang putranya dengan kedua mata yang berkaca-kaca. Setelah semua yang ia butuhkan masuk ke ranselnya, Gary menyambar gitar hitam kesayangannya untuk ia bawa, lalu beringsut beberapa langkah, menarik tuas pintu yang tak tertutup sempurna. Terkesiap. Megi pun baru saja keluar dar