Satu hari itu Megi isi dengan bermuram durja. Ia juga tak berusaha mengkonfirmasi perihal yang Bagas sampaikan tadi pada sang Paman. Terlalu takut jika kabar buruk itu benar adanya. Rasanya tenaga yang ia miliki terkuras hingga ke cadangan-cadangannya, berusaha fokus dengan tulisannya di tengah kekalutan asa sungguh bukanlah ide yang bagus. Jam di atas meja kerja Megi sudah menujukkan pukul 18:30 wib. Ia harus segera mengusaikan kewajibannya. Es krim yang ia booking siang tadi bisa-bisa tak jadi ia bawa ke rumah sakit karena gerainya tutup tepat pukul 19:00. Megi menekan tombol print di naskah terbarunya yang akan di muat di kolom editorial bisnis. Meski belum tentu juga, tergantung apakah naskahnya akan dipilih kepala redaksi nantinya. Megi mematikan CPU dan layar komputernya, memasuk