TAK SELAMAT

1113 Words
“Aku tahu memang ini takdirku, tapi aku sudah punya pengganti. Itu sebabnya aku rela pergi. Aku minta kamu jaga anakku baik-baik. Jangan sampai dia tidak selamat karena dia adalah penerusku.” Itu yang Banyu katakan melalui voice note pada Wangi. Intinya Banyu melarang Wangi menggugurkan kandungannya dan wajib menyelamatkan bayi itu hingga lahir dengan sehat. Pada papanya juga pada Biru, Banyu mengatakan bahwa dia menitipkan bayi yang ada di perut Wangi, karena itu adalah titisan dirinya. Itu yang Banyu katakan melalui voice note, jadi memang dia yang melakukan. Kalau pesan tertulis ‘kan bisa saja dilakukan orang lain. Karena di depan umum Wangi adalah tunangan Biru dan Wangi saat itu sudah hamil dua bulan maka dengan terpaksa Biru menikahi Wangi secepatnya tanpa pesta. Dengan catatan begitu bayi itu lahir Biru menceraikan. Yang penting bayi tersebut punya akta atas nama Biru. Itulah keputusan Biru ketika mengetahui bahwa anak yang dikandung Wangi adalah anaknya Bayu. Dia baru tahu kalau ternyata adiknya selama ini kekasih Wangi yang sesungguhnya. Dia baru mengetahui semuanya setelah Banyu meninggal karena semua chat, Riwayat panggilan serta galeri foto membuktikan semuanya. Biru merasa sangat bodoh telah dikelabui Banyu dan Wangi yang ternyata telah pacaran sejak empat tahun sebelum banyu meninggal. ≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈ “Eyang jangan pergi,” kata Senja pada Julanar Halwa, Nenek Senja atau ibu kandung Biru, saat mereka sedang sarapan sebelum Senja berangkat sekolah. “Kenapa?” tanya Biru lembut. “Perempuan itu ingin bikin eyang mati. Eyang jangan pergi,” kata Senja lagi. Senja memanggil Julanar dengan panggilan eyang, tapi memanggil Wistara Chandra Syahab, atau Tara dengan panggilan Kakek. Tara tahu bahwa Senja itu mempunyai kemampuan indigo, dia sendiri juga indigo tapi entah mengapa kalau untuk orang yang dia cintai dia sulit membaca. Semua tak terlihat terhalang pagar kabut tebal. Untuk istrinya sejak pacaran dia tidak bisa membaca. Mungkin memang sama seperti dokter. Para dokter kan tidak bisa ngobatin diri sendiri. Tara juga tahu dia tidak bisa membaca membaca Banyu yang juga indigo. Kalau sama Biru, Tara sesekali masih bisa tampak luarnya tapi tampak dalamnya tak bisa. Kalau pada Senja sama sekali tidak bisa. Tapi hebatnya Senja masih bisa membaca istrinya atau eyangnya. Padahal Senja tak bisa membaca Biru yang tidak indigo. “Sudah Ma, kalau Senja bilang begitu Mama sudah tidak usah pergi lah. Nanti bahaya,” cegah Tara. “Tapi Mama harus pergi Pa. Mama ketua panitia, tidak mungkin tidak pergi. Kita sudah janjian ini dua minggu lalu, mau meeting. Masa pas tiba waktunya Mama harus membatalkan. Tidak mungkin kan Pa?” ucap Julanar. Dia sadar ucapan cucunya tak bisa dianggap main-main. “Kalau begitu kita akalin saja Pa,” usul Biru. “Maksudmu?” kata Tara. Biru menjelaskan semua secara rinci pada Tara dan Julanar. “Oke, Papa rasa bisa seperti itu,” jawab Tara, setelah mengetahui apa yang Biru ungkapkan. ≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈ Julanar keluar dari rumah tidak naik mobil pribadi. Dia naik taksi online melalui pintu samping. Mobil pribadinya sudah berangkat lebih dulu 10 menit lalu. Di belakang taksi online Biru minta satu mobil pengawal, ditambah dua motor. Kalau hanya motor nanti kalau masuk tol tidak bisa dikawal. Jadi dua motor satu mobil mengawal sang mama yang naik taksi online, mobil pribadi mamanya malah tak dikawal. ≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈ “Saudara terjadi kecelakaan mobil di jalur tol dan sepertinya tidak ada yang selamat,” kata reporter televisi yang meliput sebuah mobil terbakar di jalan tol ruas tengah kota. “Maaf pemirsa, ternyata sopir selamat karena dia bisa keluar sebelum mobil meledak. Dia mengalami luka lecet di seluruh tubuhnya tapi tidak luka berat. Sungguh keajaiban. Namun saat ini sopir masih syok dan tak bisa dimintai keterangan,” jelas reporter televisi. Itu berita televisi yang disiarkan pagi ini jam 10.00. Tentu saja semua mata memandang pada berita tersebut karena di dalam berita disebutkan mobil tersebut adalah mobil milik seorang pengusaha besar yaitu Wistara Chandra Syahab. Diinfokan bahwa mobil itu berisi Julanar Halwa, istri Wistara Chandra Syahab yang hendak menuju sebuah pertemuan. Polisi menyebutkan ada seorang korban jiwa di jok belakang dari pakaiannya jelas itu seorang perempuan tapi wajah dan tubuhnya sudah melepuh terbakar tak bisa dikenali. Tentu saja berita kematian istri Wistara Chandra Syahab cepat tersebar luas. Keluarga pun segera menanyakan pada Tara dan Biru. ≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈ “Saya minta semua yang ada di pertemuan ini tidak menyiarkan kehadiran saya di sini. Tidak membuat foto saya berada di sini dan tidak menyiarkan bahwa saya ada di sini saat ini. Untuk selanjutnya pertemuan berikut-berikutnya mungkin saya akan melalui zoom meeting saja karena keamanan saya sangat riskan. Lihat berita di TV sekarang kematian saya sudah merebak,” Julanar meminta teamnya bekerjasama dengannya. “Jadi saya minta mohon tidak memberitahu pada siapa pun bahkan pada suami Anda karena bisa saja dari suami nanti nyebar ke siapa pun, jadi tolong untuk yayasan yang kita pimpin semuanya keep silent. Anggap saja berita tersebut benar adanya,” kata Julanar. ≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈ “Ada apa?” tanya Biru. “Apakah Senja kembali di ganggu?” “Tidak Tuan, kami sudah tiba di depan ruma,” ucap bik Siwa. “Lalu ada kendala apa?” tanya Biru. “Kami tidak bisa masuk Tuan. Rumah penuh wartawan juga ada nyonya Wangi. Kami bingung,” lapor bik Siwa. “Suruh sopir balik ke kantor saya. Kalian tunggu di kantor saja,” jawab Biru. “Baik Tuan,” akhirnya Senja dibawa ke kantor daddy-nya sebab suasanya tak kondusif. Rumah keluarga Tara masih tertutup rapat. Wartawan tidak bisa mencari kejelasan belum ada tanda bendera kuning. Kalau di Jakarta dan sekitarnya tanda orang meninggal adalah bendera kuning. Kalau di Jawa Tengah dan Jogja menggunakan bendera putih. Di daerahmu apa warna benderanya? ≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈ “Kalian ada di mana?” tanya Wangi pada Biru. “Kalian maksudmu siapa?” “Tadi aku lihat mobil yang biasa Senja naiki sudah sampai rumah. Kenapa sekarang mobil itu kembali pergi dari rumah dan kamu juga belum sampai rumah. Apa masih di rumah sakit menunggu mayat ibumu?” tanya Wangi. “Memang ada apa dengan ibuku, kok aku tidak tahu,” jawab Biru. “Jangan bohong! Di semua stasiun TV sudah disiarkan kalau mobil ibumu kecelakaan, yang selamat hanya sopir. Lalu mobil terbakar dan penumpangnya tidak selamat. Dia memakai pakaian ibumu. Mana mungkin kamu tidak tahu. Pasti rumah sakit dan semua orang sudah menghubungimu,” ucap Wangi emosi. “Kenyataannya aku tidak tahu dan aku memang tidak di kantor. Aku lagi have fun dong sama perempuan, ya aku tidak tahu. Aku tidak nonton TV ada berita apa,” kata Biru. “Who’s calling Honey?” sapa seorang perempuan terdengar oleh Wangi. Lalu terdengar nada suara sssttttt dari mulut Biru tanda meminta perempuan itu tak bersuara. “Sudah ah, kamu jangan ganggu aku,” kata Biru. dia pun menutup sambungan telepon. ≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD