HANYA INGIN MEMBANTUNYA

1040 Words
Tsarwah langsung kalang kabut mengetahui hal itu. Dia benar-benar tak percaya anaknya tidak mengindahkan apa yang beberapa kali dia bilang. Memang dia juga sering bilang jangan gegabah mengganggu kerja Wangi, ternyata anaknya tak peduli dan sekarang inilah kenyataannya. Dia langsung menghubungi dua putranya untuk mencoba men-take down berita tersebut. Anak kedua tentu saja kalang kabut mengetahui dirinya jadi objek bully-an di media sosial. Dan benar saja tanpa bisa dibendung Erina Maulina, istri Sadhil Hafeez Haz adik kedua Wangi juga terseret kasus. Terlihat bagaimana dia sedang dugem di sebuah klub dan mempertontonkan kelakuan vul-gar bersama beberapa lelaki. Tentu saja orang tua Erina Maulina kaget melihat bagaimana kelakuan anak mereka sebab mereka dikabari keponakannya yang melihat di internet. Hancur sudah reputasi Sadhil Hafeez Haz dan Erina Maulina istrinya karena berita itu tidak bisa dibendung lagi. Bayangkan Erina Maulina main dengan beberapa lelaki di klub. Bukan hanya satu, dan adik iparnya yaitu Parabawa Laksita Haz main di pesta narkoba. “Kamu hati-hati, mungkin sebentar lagi masalahmu yang terbuka kata Tsarwah pada Sadhil, atau mungkin Elok.” Elok Candramaya adalah istri Ara. “Tapi kan bukan aku pelakunya, bukan aku yang menyuruh menghabisi nyonya itu,” bantah Parabawa Laksita Haz. “Seharusnya Abang yang kena. Kenapa kak Wangi malah menjurus ke aku? Harusnya Abang yang dihukum, Abang yang melakukan,” Ara sangat kesal dirinya yanag jadi sasaran kemarahanWangi. “Sebentar lagi pasti kena. Wangi tadi hanya asal saja. Dia tidak tahu siapa pelakunya sehingga dia cuma suruh buka satu. Pasti sebentar lagi ada kasus lain yang akan dia buka. Itu sudah berapa kali Mama bilang jangan pernah ganggu kakakmu!” Tsarwah kesal pada dua putranya. Harusnya sebagai anak lelaki mereka yang memegang tampuk usaha. Sayang kemampuan keduanya jauh dibawah rata-rata sebagai pemimpin. Sehingga Ekata tak mau menyerahkan perusahaan pada Shadil atau Ara. “Kalian usil. Sudah Mama bilang, Mama cuma cerita, tidak menyuruh kalian. Mengapa kalian terlalu bodoh? Lihat saja sepertinya penjara juga tidak bisa sedemikian mudah kalian lewati. Oke kita bayar, bisa hanya beberapa bulan kalian di penjara, tapi untuk kasus berikutnya, berikutnya, dan berikutnya, itu tetap akan ada. Kalau kalian sudah menyinggung Wangi pasti dia tidak pernah akan melepas kalian sedemikian mudah,” sesal Tsarwah. Sadhil Hafeez Haz yang melakukan inisiatif menghajar Julanar Halwa ibunda Biru tentu saja kaget. Dia sungguh tak percaya Wangi langsung membalasnya dengan telak seperti itu. Sadhil sadar untuk selanjutnya dia harus berhati-hati. Tak boleh sembarangan lagi melakukan hal apa pun. Dia juga harus berhati-hati dalam bergerak. Sadhil tidak mau salah langkah. Untuk sementara dia akan mengurangi keluar rumah agar tidak terpantau oleh paparazzi. “Aku hanya meringankan tugasnya. AKU HANYA INGIN MEMBANTUNYA DAN INGIN DIA BANGGA PADAKU KARENA AKU TELAH MERINGANKAN BEBANNYA!” teriak Sadhil Hafeez Haz, dia juga sangat ketakutan kalau aibnya dibongkar, sedang kelakuan istrinya sudah mulai dibuka. ≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈ Wangi yakin ibunda Biru tidak meninggal, karena sampai saat ini dia tidak melihat berita kelanjutan tentang pemakaman atau rumah duka keluarga Syahab. Tak ada berita apa pun dari sana. Bahkan wartawan sudah meninggalkan rumah itu sejak semalam jam 21.00 saat Biru mengumumkan kepada wartawan untuk tidak mengganggu kenyamanan rumahnya, karena tak ada hal apa pun terkait dengan kecelakaan ibunda. Wartawan memang mendesak bagaimana keadaan ibunda tapi Biru mengatakan doakan saja yang terbaik. “Apa itu berarti nyonya Julanar Halwa masih hidup?” “Kalau saya bicara doakan yang terbaik, berarti dia belum mau dimakamkan kan? Itu saja jawaban saya,” kata Biru lalu dia masuk ke dalam rumahnya. Biru hanya sendiri wartawan satu persatu meninggalkan rumah Biru. Satu jam kemudia barulah Siwa masuk sambil menggendong Senja yang sudah terlelap. ≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈ Wangi sejak membuka mata memang mencari info tentang berita kelanjutan Julanar Halwa, tapi dia tak mendapat hal apa pun. Hanya potongan berita wartawan yang satu persatu meninggalkan rumah Biru karena Biru bilang doakan saja yang terbaik. “Wah aku masih bisa berkesempatan untuk menekan Biru. Kalau dia tidak mati berarti aku hanya bilang itu adalah aku yang melakukan tinggal dia harus tunduk pada permainanku,” jiwa licik Wangi pun melintas. Dia akan gunakan kecelakaan kemarin sebagai senjata untuk menekaan Biru. ≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈ “Saya mau bicara. Bisa minta waktu sebentar?” tanya Biru pada Pelangi saat dia mengantar putranya. “Sebentar lagi kelas saya mulai Tuan, jadi tidak bisa. Mohon maaf, kalau Tuan ingin bicara sebaiknya Tuan cari di waktu saja jam pulang mengajar karena saat itu waktu saya lebih banyak. Kalau waktu pagi saya terlalu terburu-buru. Maaf Tuan,” ucap Pelangi sopan. “Baik saya akan kembali nanti siang dan ingin bicara berdua. Kalau bisa tidak di sekolah bisa?” Tuan sebutkan saja lokasinya karena saya bawa motor. Nanti saya ke sana,” ucap Pelangi. “Tidak bisa. Kamu tidak bisa bawa motor. Saya tahu kok sudah empat hari ini kamu selalu menghindar dari mantan suamimu yang mengikutimu tiap hari,” balas Biru tenang. ‘Dari mana dia tahu soal Hasto?’ kata Pelangi dalam hatinya. “Tidak apa-apa Tuan. Saya tetap akan naik motor, karena sehabis saya bicara dengan Tuan saya akan langsung kuliah seperti biasa,” kata Pelangi lagi. Pelangi menggandeng dua siswa yang baru datang tentu saja itu membuat Senja marah, sejak tadi dia menunggu daddy-nya bocara, selepas daddynya bicara dia malah diabaikan. “Mengapa aku ditinggal?” protes Senja. “Kamu tinggal ikutin Miss kan? Ikutin saja. Apa harus dipegang tangannya juga? kalau harus dipegang juga ayo satu pegang jari yang lain,” Pelangi memberikan saty jari untuk Senja pegang. Maka dua anak berada di memegang jemari tangan kanan Pelangi sedang seorang memegang tangan kiri. ≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈ “Sedemikian bahagia kamu dengan anak-anak. Apa kamu demikian karena kehilangan Gerhana anak kita?” kata Hasto dari jauh. Dia tak pernah bisa lepas dari Pelangi. Sejak tiba di Indonesia Hasto langsung mencari jejak Pelangi. Satu minggu dia mencari sampai akhirnya mendapat kenyataan bahwa Pelangi mengajar di yayasan ini. Tapi Hasto tidak mengetahui di mana Pelangi tinggal. Itu yang membuat Hasto terus mencari agar bisa mendatangi Pelangi malam-malam di luar jam mengajar. Hari ini Hasto juga lebih pintar. Dia naik motor besar dengan helm full face sehingga tidak terlihat siapa dirinya, dan nanti dia akan mengikuti Pelangi sampai ke gang kecil. Dia tidak mau lagi kehilangan jejak Pelangi. Itu sebabnya Pelangi mau pun Biru hari ini tak melihat mobilnya Hasto karena Hasto bukan naik mobil. ≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD