PART 1 - Temperamental

2483 Words
BACA CHARACTERNYA DULU YA:) Jangan lupa follow dan klik 'love' buat masukin cerita ini ke Library kamu, biar kamu tau kalo aku update! ..... "Saya masih belum menemukan Nona, Tuan," ucap Arthur dengan kepala yang menunduk, antara takut dan malu, keduanya adalah yang dirasakan Arthur saat ini. "Bisakah kau tidak melaporkan hal yang sama setiap hari? Apa aku memberikanmu gaji tinggi untuk ini?" tanya Kenan dengan nada sinis. "Maafkan saya, Tuan. Tuan harus bersabar sedikit lagi, Nona pasti akan ditemukan." Pyar! "Apa kata maafmu bisa membuat dia ditemukan, Arthur?" tanya Kenan menatap Arthur tajam. Hening, Arthur memilih diam dari pada apa yang dia katakan akan semakin memicu kemarahan Tuannya itu. "Ini sudah lima tahun... Kau mau aku bersabar yang bagaimana lagi?" tanya Kenan lirih, hampir tak terdengar. "Keluar, jangan laporkan apapun padaku sampai kau berhasil menemukan Lilyku," ucap Kenan dingin. Arthur memilih untuk segera keluar dan menutup pintu ruangan bernuansa abu-abu itu perlahan. Disisi lain James yang baru datang melihat Arthur yang baru keluar dari ruangan sahabatnya itu "Oh! Arthur! Kenan ada didalem nggak?" tanya James yang kini sudah berdiri didepan Arthur. "Iya, Tuan didalam," ucap Arthur datar. "Oke," ucap James ingin langsung masuk seperti biasanya. "Tunggu," cegah Arthur menahan tangan James. "Tolong jangan membawa topik yang tidak menyenangkan pada Tuan Kenan hari ini. Suasana hatinya sedang tidak bagus," ucap Arthur memperingatkan James dengan wajah seriusnya. "Ck, kenapa bilang begitu sih? Gue 'kan jadi takut mau masuk," gerutu James. "Lebih baik anda pulang saja... Saya tidak bisa menjamin keselamatan anda didalam sana," ucap Arthur. "Tapi gue punya foto cewek cantik buat Kenan," ucap James masih kekeh. "Terserah anda, jika anda keluar dari sana dalam keadaan babak belur juga saya tidak begitu peduli," ucap Arthur datar. "Kenapa elo sama nyebelinnya kayak Kenan hah!" kesal James. "Selamat siang, Pak Arthur," sapa Office Boy pada Arthur sambil membungkukkan tubuhnya sopan. "Bapak mau kedalam?" tanya Arthur diangguki pria paruh baya itu. "Pak Kenan manggil saya keruangannya, suruh bersihin beling katanya... Pak Kenan marah-marah mecahin barang lagi ya, Pak?" tanya Office Boy itu dengan logat medok. "Iya, hati-hati," ucap Arthur memperingati Office Boy itu. "Udah biasa kalo saya mah... Permisi Pak, saya mau masuk dulu," ucap Office boy itu sopan. "Tunggu," cegah Arthur. "Anda mau masuk bukan? Masuklah bersamanya," ucap Arthur pada James. "Nggak jadi lah, mau pulang aja gue..." ..... Hari ini Nathan tidak memiliki jadwal apapun yang mengharuskannya untuk keluar rumah. Pria itu dengan santainya membaca koran pagi diruang tengah. "Kenapa kau sudah pulang?" tanya Nathan begitu melihat Adrian memasuki rumah dengan menggunakan seragam sekolah padahal jam masih menunjukkan pukul sepuluh pagi. "Gurunya rapat," jawab Adrian singkat. "Jangan bohong, Adrian," ucap Nathan memperingatkan. Well, sudah berkali-kali Nathan tertipu mulut lemes Adrian... "Skorsing tiga hari," ucap Adrian santai. "WHAT!!!" "Aish, telingaku..." dengus Adrian. "ADRIAN!!!" .... Kenan sedang duduk diam diatas kursi kebesarannya. Menatap sebuah bingkai foto yang selalu ada dimejanya. Bingkai berisi foto-foto candid gadis dua belas tahun yang telah usang. "I miss you..." lirih Kenan. "Sudah lima tahun... Apa kau tidak merindukanku? Apa kau sudah melupakanku? " gumam Kenan lirih. Sudah lima tahun berlalu, dan tidak seharipun Kenan lalui dengan tanpa merindukan Lily, Lilynya. Tok tok tok! Suara ketukan pintu membuat Kenan tersadar dari lamunan galaunya. "Bang? Ian masuk ya?" tanya Adrian yang kini sudah menyembulkan kepalanya dipintu yang terbuka sedikit. "Kamu sudah masuk kedalam, Adrian," ucap Kenan dingin. "'Kan kepalanya doang... Badannya boleh?" tanya Adrian membuat Kenan menghela nafasnya pelan. Demi tuhan, Kenan sedang tidak dalam mood yang baik untuk diajak bercanda. "Tidak boleh, jepitkan saja kepalamu disana," ucap Kenan membuat Adrian mendengus. Memang... Tidak ada yang bisa mengalahkan pedasnya mulut Kakaknya. Adrian membuka pintunya dan memilih masuk saja, tidak menghiraukan ucapan Kenan yang ingin dia menjepitkan kepalanya dipintu. "Ada Office Boy keluar barusan... Abang mecahin apa lagi?" tanya Adrian penasaran. "Vas," jawab Kenan singkat. "Oh... Hobi banget Abang mecah-mecahin barang." Hening, Kenan enggan merespon ucapan Adrian itu. "Bagi duit dong," ucap Adrian tiba-tiba. "Apa kau seorang preman?" tanya Kenan menatap Adrian tajam. "Ayolah, Bang... Ian udah diomelin Dad waktu pulang tadi, masa Abang mau ngomelin Ian juga sih!" gerutu Adrian. "Mau apa?" tanya Kenan malas. "Uanglah!" ucap Adrian langsung. "Dad tidak memberimu uang saku lagi? Kali ini apa ulahmu?" tanya Kenan menatap Adrian yang kini sedang menggaruk tengkuknya. "Ian cuma bolos tiga jam pelajaran matematika. Guru BK kadang-kadang emang lebay banget, itu 'kan cuma point kecil," dumel Adrian. "Kamu akan mendapat skorsing jika kamu terus mengumpulkan point yang menurutmu kecil itu," ucap Kenan cuek. "Tunggu... Kenapa kamu sudah pulang?" tanya Kenan yang baru menyadari jika ini masih belum waktunya Adiknya itu pulang dari sekolah. "Skorsing," ucap Adrian cengengesan. Lain Adrian, lain lagi dengan Kenan. Pria itu kini sedang menghela nafas dengan kasar. "Aku benar-benar akan berhenti membelamu saat diomeli Daddy," ucap Kenan serius. "Nggak masalah," ucap Adrian cuek. "Aku akan menyewa bodyguard lagi untukmu." "NGGAK! BIG NO! Apaan sih Bang? Jangan ikut-ikut Daddy deh! Apaan coba bodyguard-bodyguard," tolak Adrian mentah-mentah. "Adrian... Kamu sudah kelas dua belas... Bersikaplah yang baik," ucap Kenan. "Ian udah baik, Bang..." "Kakak serius. Bagaimana jika sekolah mengeluarkanmu? Kenapa kamu terus berulah begini?" tanya Kenan tak habis pikir dengan kelakuan Adiknya yang makin hari makin aneh-aneh saja. "'Kan sekolahnya punya Abang... Ian gak mungkin dikeluarin dong..." pd Adrian. "Kata siapa? Aku bisa membuatmu dikeluarkan sekarang. Jadi berhentilah bertingkah," ucap Kenan tegas. "Kamu akan segera lulus dan memimpin perusahaan... Jadi..." "Ian nggak mau, Bang... Kan Ian udah bilang... Kehidupan bisnis-bisnis kaya Abang sama Dad bukan gayanya Ian," ucap Adrian kesal. "Terus kamu maunya bagaimana, Adrian..." ucap Kenan mulai lelah. "Gatau, Bang... Entar Ian cari sambil jalan," ucap Adrian santai. "Kamu kira pom bensin dicari sambil jalan?" tanya Kenan sinis. "Bang... Kok Abang jadi ngomel juga sih? Ian kesini mau minta duit doang!" kesal Adrian. Kenan menghela nafasnya pelan melihat kelakuan Adiknya ini. "Aku tidak bawa uang, kamu mau kartu?" tanya Kenan akhirnya. "Mau banget dong, sini sini," ucap Adrian semangat. Adrian baru akan menerima kartunya ketika Kenan kembali menurunkan tangannya. "Dengarkan aku," ucap Kenan dengan nada serius. "Apa kamu selalu menganggap aku senang mengomelimu?" tanya Kenan pelan. Adrian hanya diam menatap Kenan yang masih bertahan dengan wajah seriusnya. "Kalau aku diam saat kamu melakukan kesalahan, artinya aku tidak peduli padamu... Karena itu aku sering memarahimu, aku mengkhawatirkanmu, Adrian... Begitu pula dengan Daddy." "Dad ngekang Ian Bang... Emangnya Ian anak gadis apa?" dumel Adrian. "Kalau Kakak punya anak kayak kamu, Kakak malah pengen kerangkeng kamu," ucap Kenan sinis. "Emang Ian apaan pake dikerangkeng segala" kesal Adrian. "Karena kamu tidak pernah mendengarkanku," ucap Kenan geram. "Ian dengerin Abang kok... Ian udah pernah bilang'kan? Ian sayang banget loh sama Abang," ucap Adrian dengan gaya menye-menye. Sengaja, agar Kenan berpikir jika dia sedang bercanda. Well, Adrian sedang serius. Dulu Adrian sering bermanja-manja dengan Mommy-nya untuk mengembalikan moodnya... Tapi semakin dewasa Adrian, semakin malu dia untuk bermanja-manja dan berlaku kekanakan didepan Mommy-nya. Adrian hanya ingin menjadi jagoan saja di mata Mommy-nya, menjaga Mommy-nya, sama seperti Daddy dan Kakaknya. Sebaliknya, Adrian malah bertingkah sangat-sangat kekanakan didepan Kenan. Kebadungan dan segala tingkah pola Adrian, Kenan sudah hafal diluar kepala... Kenan adalah tempat Adrian menaikkan mood setelah mendapat omelan panjang dari Daddy-nya.. Moodnya selalu membaik setelah berbicara dengan Kenan. Walaupun Kenan terlihat cuek dan tidak peduli, atau bahkan mengomelinya dengan kalimat pedas. Kenan selalu mengurus semua kekacauan hasil kebadungan yang Adrian lakukan atau dengan sekedar memberikan Adrian uang agar Adiknya itu tidak terlalu menderita karena uang bulanannya ditahan Daddy-nya. Kenan selalu melindungi dan menyayangi Adrian dengan caranya sendiri. Adrian sudah mulai memahami bagaimana seorang Kenan yang sulit mengekspresikan dirinya itu. "Kakak tidak akan melarangmu melakukan hal yang kamu suka selagi masih baik untukmu, Adrian." "Tolong jangan bertingkah lagi untuk memberontak aturan Daddy, itu semua untuk kebaikanmu sendiri. Maaf, Aku tidak bermaksud mengomelimu lagi siang ini, tapi kelakuanmu itu memang benar-benar minta diomeli," ucap Kenan geregetan. "Hah... Mulutku keram bicara dengannya.. Kenapa aku bicara panjang sekali," gumam Kenan yang masih bisa didengar Adrian. Adrian tersenyum dan memeluk pria itu tiba-tiba. "Emang Abang yang paling the best!" ucap Adrian sebelum melepaskan pelukannya. "Jangan lebay," ucap Kenan cuek. "Mood Ian balik lagi kalo sama Abang... Ian mau nongkrong dulu ya?" "Sama Bara? Dia diskorsing juga?" tanya Kenan membuat Adrian tersenyum kecil. Walaupun masih dengan wajah datarnya, Abangnya ini begitu perhatian padanya. Kenan hafal mana saja tempat tongkrongan Adrian, semua nama temannya, bahkan menyimpan semua nomor telfon teman nongkrong Adrian dihandphone-nya. "Iya, sama Bara, di Cafe biasanya... Jangan telfonin Bara nyuruh Ian cepet pulang ya? Kasian, gamenya kalah mulu," ucap Adrian terkekeh. "Asal tidak melebihi jam malammu, pulang kalau sudah waktunya pulang. Dad dan Mom khawatir padamu." "Abang gak khawatir gitu?" tanya Adrian memancing. "Kalau Kakak tidak khawatir, Kakak tidak akan menelfonnya," ucap Kenan yang kini sudah kembali berkutat dengan berkas-berkasnya, masih dengan ekspresi datarnya. "Abang sweet banget kalo Ian denger-denger," ucap Adrian dengan nada mengejek. "Jangan mulai," ucap Kenan datar, memperingati Adiknya untuk tidak mencari gara-gara dengannya. "Hahaha, oke deh, Ian pergi dulu, Bang." "Hmm." Adrian kembali menghentikan langkahnya ketika tangannya telah memegang gagang pintu. "Bang." "Apa lagi?" tanya Kenan malas. "Ian selalu berdoa biar Abang cepet ketemu sama Lily," ucap Adrian tulus. "Terima kasih, hati-hati, cepat pulang," ucap Kenan dengan nada datar membuat Adrian tersenyum kecil. ....... Qia merapikan pakaiannya sebelum memasuki ruangan Kenan dengan langkah anggunnya. For your information, Qia adalah sekertaris Kenan. "Pak... Saya membawa model promosi project terbaru kita, namanya Lily," ucap Qia dengan senyuman manis tersungging dibibirnya. Kenan yang tadinya begitu fokus pada dokumennya langsung mengangkat kepalanya begitu nama Lily memasuki gendang telinganya. Kenan menatap lekat Wanita yang berdiri disamping Qia itu. "Namamu Lily?" tanya Kenan cepat. "I-iya." "Lily siapa?" tanya Kenan tidak sabaran. "Liliana Putri," ucap wanita yang bernama Lily itu salah tingkah. Kenan menghembuskan nafasnya kasar. Kenapa dia berharap? Sangat jelas wanita didepannya ini tidak memiliki kemiripan dengan wajah cantik Lilynya sama sekali. Kenan menatap Wanita yang berdiri disamping Qia dengan pandangan tajam, membuat Wanita itu makin salah tingkah karena merasa ditatap secara intens oleh Kenan. "Aku tidak suka, ganti modelnya," ucap Kenan datar. "Kenapa, Pak?" tanya Qia masih dengan senyuman dibibirnya. "Kau tuli? Aku bilang aku tidak suka, bawa dia keluar," ucap Kenan tajam. "Ba-baik Pak." Kenan menyugar rambutnya ke belakang dengan helaan nafas berat begitu Qia dan Liliana sudah keluar dari ruangannya. "Bagaimana kabarmu hari ini? Aku sedang tidak baik, dan sama seperti hari-hari sebelumnya, aku sangat merindukanmu," lirih Kenan menatap nanar bingkai foto dimejanya. ...... Kenan sedang berada di Night Club milik James. Meluangkan waktunya sebentar untuk melepaskan penat dari kesibukannya dengan quality time bersama dengan sahabat-sahabatnya. Kenan, James, dan Kevan duduk dengan segelas minuman beralkohol ditangannya. Lain dengan Ryan yang meminun segelas Orange Juice. "Tuh yang itu, dia liatin elo dari tadi Ken... Elo masih ingetkan? Yang gue kenalin minggu lalu," ucap James membuat Kenan mendengus. "Nggak," ucap Kenan singkat, padat, dan jelas. "Masa nggak inget? Cantik banget loh itu... Gue panggil kesini deh ya," ucap James langsung pergi kearah wanita yang duduk diujung ruangan, menatapnya sedari tadi. Kenan hanya bisa mendengus melihat James yang bertingkah seenaknya sendiri itu. Kenan memilih untuk diam dan bersikap bodo amat. "Hai Ken! Gue Grace! Masih inget gue nggak?" tanya Grace yang kini sudah duduk disamping Kenan. "Nggak," ucap Kenan membuat James menghela nafasnya pelan, benar-benar putus asa dengan sikap cuek Kenan setiap dia mengenalkan seorang wanita untuknya. "Nggak inget ya? Nama gue Grace..." "Elo udah bilang nama elo dua kali," ucap Kenan datar. "Lo lucu, gue suka," ucap Grace terkekeh pelan. "Lo berisik, gue gak suka," ucap Kenan membuat Kevan dan Ryan yang sedari menyimak hanya bisa terkekeh pelan. Tidak habis pikir dengan cara Kenan bersikap pada wanita secantik Grace. "Gue cantik nggak?" tanya Grace tiba-tiba. James terkekeh pelan mendengar betapa tingginya tingkat kepercayaan diri Grace. Well, Grace adalah teman sekelas James waktu SMP. Tidak terlalu dekat sebenarnya... Tapi Grace meminta James untuk dicomblangkan dengan Kenan. Benar-benar permintaan yang sulit sekali dikabulkan mengingat bagaimana sifat dingin Kenan. "Nggak," ucap Kenan tanpa menoleh, enggan menatap Grace sedari tadi. "Masa sih? Kalo kaya gue nggak cantik, yang cantik kaya gimana?" tanya Grace tersenyum manis. Grace terus mencoba untuk tidak menghiraukan ucapan dan nada bicara Kenan yang sebenarnya melukai harga dirinya. Grace tidak pernah tertolak oleh pria manapun sebelumnya. Kenan mengeluarkan dompet dari saku jasnya dan mengeluarkan selembar foto dari sana. "Mereka, mereka yang paling cantik," ucap Kenan menatap Grace datar. "Siapapun tau kalo dia Nyonya Imanuel, ini nyokap elo," ucap Grace terkekeh. "Gue bilang apa? Mereka," ucap Kenan datar. Grace mengernyit bingung sebelum akhirnya membalik selembar foto itu, dan ternyata ada foto lain dibaliknya, dua foto itu tertempel satu sama lain. "Siapa? Adek lo?" tanya Grace bingung. James tidak pernah mengatakan apapun tentang gadis ini padanya. Yang ia tau hanya, Kenan sangat dingin pada wanita. Point penting yang sudah terbukti dengan jelas. "Kenan mana ada adek cewek... Itu mah dedek gemesnya Kenan," ucap Ryan terkekeh. "Dedek gemes?" gumam Grace masih kebingungan. "Sugar Baby?" tanya Grace membuatnya mendapat lirikan tajam dari Kenan. "Jangan ngomong sembarangan. Gue gak pernah ragu gampar orang, mau cewek sekalipun," ucap Kenan tajam. "Selow-selow, minum aja nih-nih... Enak banget loh yang ini," ucap Kevan menengahi, menuangkan minuman lagi kedalam gelas Kenan yang sudah kosong. "Ya sorry, guekan cuma tanya, kok elo jadi marah sih!" ucap Grace kesal. Fakta jika Kenan berkata sangat kasar padanya hanya untuk membela gadis kecil dalam foto itu membuat Grace kesal. Kenan menarik foto ditangan Grace dengan kasar dan kembali memasukannya kedalam dompetnya. "Itu Lily, ceweknya Kenan lima tahun yang lalu," ucap James karena melihat jika Grace masih dilanda kebingungan. Salahnya juga karena tidak pernah menyinggung Lily saat menceritakan tentang Kenan pada Grace. "Jadi dia mantannya Kenan?" tanya Grace masih begitu penasaran. "Cewek? Mantan? Emang dulu udah jadian?" ledek Ryan yang langsung mendapat lirikan tajam dari Kenan. "Lima tahun lalu? Kita umur sembilan belas? Kok dia keliatan masih kecil banget gini?" tanya Grace masih begitu penasaran. "Iya, difoto itu dia masih dua belas tahun, sekarang udah tujuh belas, dia seumuran sama adeknya Kenan, dedek gemes gitu," jelas James lagi. "Dulu Kenan pacaran sama degem?" tanya Grace lagi. "Gue udah bilang 'kan, belum jadian..." "Berarti apa? Ttm atau..." "Bisa diem gak?" ucap Kenan dingin. "Gue cuma tanya dia si..." "Lo nggak berhak tanya apapun tentang Lily, lo pikir elo siapa?" tanya Kenan tajam. Grace diam, begitupun dengan ketiga pria disana. Grace membatu karena dia tidak tau harus menjawab apa, sementara ketiga pria disana memilih diam karena takut. "Siapapun Lily, yang jelas dia penting buat gue, dan gue nggak suka elo sok tau tentang dia, elo cuma perlu tau itu," ucap Kenan lalu berdiri dan memilih untuk pergi dari sana. ...... Jangan lupa follow dan klik 'love' buat masukin cerita ini ke Library kamu, biar kamu tau kalo aku update! SEE YOU DI CHAPTER SELANJUTNYA:) PLEASE LEAVE A COMMENT:)
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD