Mars mengerutkan alisnya tajam, sedangkan matanya masih menatap lekat-lekat ke layar ponsel di tangannya. “Menuju ... areal parkir di bawah tanah?” gumam Mars sambil menggigit bibirnya sendiri, mengantisipasi rasa cemas yang tiba-tiba menguasai dirinya."Apa yang dilakukan gadis itu di sana?" “Mars?” Austin mendatangi Mars, membuatnya kalang kabut menghentikan aktivitas ilegalnya dan membuka aplikasi game yang sangat jarang ia buka. “O—oh, hai, Bro. Apa semuanya baik-baik saja?” “Ada sesuatu yang kausembunyikan,” ujar Austin sembari menepuk pundak Mars yang masih berusaha menguasai dirinya dengan senyuman yang kurang wajar, “Apa yang sebenarnya mengganggu pikiranmu sejak tadi? Apa ada masalah? Kau tahu, kau selalu bisa bicara denganku,” lanjut Austin khawatir. “Oh, e